Mata Akio membelak lebar dia sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang telah ia dengar
"Apa? Katakan lagi!" Mengguncang-guncang tubuh Yuki dengan kedua tangannya.
"Aku! suka! kamu!" Mulutnya meraih tangan Akio dan menggigitnya.
"Aaaggrrrrhhhhh sakitt!"
Segera setelah Akio melepaskan tangannya Yuki berjalan cepat untuk menjauh dari sana. Detak jantungnya hilang kendali seperti hendak meledak.
Sebelum terlalu jauh Akio mengejar Yuki dan berhasil menangkapnya. Dia mendekapnya, memeluknya dari belakang.
"Jadi, apa kau mau berkencan denganku?" Akio membenamkan wajahnya dibelakang tubuh Yuki.
"Umm!" Jawaban singkat mewakili dirinya yang masih malu dengan pengakuannya
Hatinya menjadi sangat tenang mendengar gadis yang disukainya itu ternyata menyukainya juga. Seperti telah terlepas dari belenggu yang selalu menghalanginya berkali-kali Akio menghela nafas panjang ia sangat lega.
Jarak sekolah sudah tidak jauh dari stasiun, mereka hanya perlu berjalan beberapa menit dan sampai. Sepanjang perjalanan Akio menggandeng erat tangan Yuki ia tidak mau melepaskannya sama sekali.
Ditengah perjalanan langkah Yuki terhenti, ia tersenyum canggung "Anuu..Akichi bisakah kita melepaskan ini? Telapak tanganku berkeringat"
"Tidak mau hehe" Akio membalasnya dengan tersenyum lebar lalu menarik Yuki memaksanya berjalan lagi.
Sampai sekolah pun Akio masih menggandeng tangan Yuki bahkan dikelas ia tidak kunjung melepaskannya dia merapatkan tempat duduknya tepat disebelah Yuki agar tetap bisa menggandeng tangannya.
***
Bel istirahat berbunyi, Akio dan Yuki keluar dari kelas menuju ke suatu tempat. Akio masih mengekor Yuki seperti anak itik yang tidak bisa dipisahkan dari induknya.
"Apa kau akan ikut masuk kedalam?" Yuki tampak menahan kekesalannya.
"Yup!" Dengan mudahnya Akio menjawab Yuki diiringi senyuman polos tanpa dosa
"Yup nenekmu!!! Aku mau kencing! Minggirr!!" Teriaknya sambil kemudian mencubit perut Akio
Orang-orang menatapnya heran Akio berjongkok diluar toilet tepat disamping pintu masuk dengan ekspresi sedih seperti anak anjing yang dibuang pemiliknya.
***
Istirahat siang masih belum selesai, mereka memutuskan untuk makan siang di kantin sekolah. Saat mereka tengah menyantap makan siangnya Shiro datang menghampiri mereka dengan membawa makanannya. Dia meminta izin agar dia dapat duduk bersama karena tidak ada lagi tempat yang tersisa.
Tentu saja awalnya Akio menolaknya mentah-mentah namun karena adanya Yuki akhirnya Shiro bisa duduk diseberang mereka.
"Apa aku beneran boleh disini? Sepertinya bergerak sedikit saja aku bisa diterkam" Shiro tidak nyaman dengan Akio yang terus menatapnya dengan lekat dan waspada
Dia menarik nafasnya dalam-dalam "Tidak apa-apa makanlah dengan tenang dia tidak akan melukaimu. Akichi kau juga tenanglah" Menenangkan Akio dengan mengelus kepalanya.
"Ahaha..dia beneran tunduk denganmu. Ngomong-ngomong kapan kamu mulai masuk club lukis? Itu sudah dimulai"
"Ah, aku akan pergi hari ini. Akio juga harus pergi ke club basketnya jadi kurasa kita masih bisa pulang bersama nantinya" Yuki menjawab tanpa melihat ke arah Shiro ia terfokus memanjakan Akio.
Shiro terdiam sejenak pandanganya terfokus pada tangan Yuki yang terus membelai rambut Akio. Sekilas dia juga teringat pada hari dimana Akio mengungkapkan perasaannya pada Yuki di balkon sekolah. Saat itu dia juga sedang berada disana dan tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Harusnya aku tidak salah dengar, Yuki menolaknya" Gumam Shiro menatap lekat setiap belaian Yuki.
"Ya? Kau bilang apa ?" Yuki memiringkan kepalanya.
"Tidak apa-apa. Aku sudah selesai jadi aku akan pergi terlebih dahulu, pastikan kamu datang ke club" Shiro beranjak pergi meninggalkan Yuki dan Akio.
Sesuai perkataanya, Yuki pergi ke club setelah jam pelajaran selesai. Saat ia sampai di ruangan club ia dikejutkan dengan Shiro yang tengah duduk dan melukis disana, ternyata Shiro juga mendaftar di club lukis pantas saja ia selalu menginformasikan tentang club lukis pada Yuki.
Anggota ekskul lukis termasuk Yuki hanya terdapat 3 orang, 2 diantaranya adalah Shiro dan Takashi Yuuma yang merupakan murid laki-laki tahun ke 3. Dialah yang menjaga stand club lukis saat hari upacara penerimaan murid baru.
Sekilas dia mirip dengan Akio, mempunyai badan atletis dan rambut panjang dikuncir yang dicat biru tua. Dia jarang berbicara, saat melukis dia nampak sangat tenang. Lukisannya sangat indah bahkan Yuki kagum dengan karya-karyanya.
Setelah kegiatan club selesai Yuki dan Shiro keluar bersama, tibanya digerbang mereka bertemu dengan Akio yang tengah menunggu Yuki dengan bersandar di gerbang dan menyilangkan tangannya.
Melihat Yuki dan Shiro yang berjalan beriringan Akio segera menuju ke arah mereka lalu menarik Yuki kedalam dirinya. Akio menatap tajam ke arah Shiro namun Shiro hanya tertawa kecil dan berpamitan pergi.
"Akichi lepas, aku tidak bisa berjalan kalau seperti ini" suaranya tidak terdengar jelas, wajahnya terbenam ditubuh Akio.
"Tidak! Tidak akan kulepaskan lagi!" Ia semakin erat memeluk Yuki.
Karena tahu drama akan semakin panjang jika Akio dibiarkan saja, Yuki mengeluarkan jurus terakhirnya yaitu cubitan maut yang mampu membuat Akio lepas darinya.
Sepanjang jalan Akio terlihat muram karena tidak diperbolehkan menyentuh Yuki berlebihan. Merasa kasihan padanya yang terus memasang wajah sedihnya Yuki mengalah dan menawarkan untuk bermain diluar sebelum pulang.
Tentu saja Akio langsung menyetujuinya dan menerima penawarannya. Mereka mengunjungi cafe,menonton bioskop, bermain mesin capit dan melakukan photo booth hingga tak terasa malam tiba
Hari mereka ditutup oleh salju yang turun dengan indah, membuat malam menjadi dingin namun bagi dua orang yang tengah mabuk cinta itu malam bersalju menjadi malam yang hangat seperti musim semi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Birru
yukii sangat kawai
2024-05-31
1
Tanz>.<
posesif banget ya pak 🤭
2024-05-08
1
Tanz>.<
udah kebayang ekspresi nya 🤣🤣
2024-05-08
1