Elizabeth masuk dan bersiap-siap, karena Abraham sudah mengatakan berkali-kali, kalau dia sudah harus siap saat dia menjemput nya untuk makan malam.
Elizabeth mengunakan gaun yang telah di siapkan di atas meja di dalam kamar.
"Apa aku harus pakai gaun ini?" ujar Elizabeth melihat gaun yang cantik.
Baru selesai mandi, Elizabeth di kejutkan karena ada pelayan di kamarnya.
"Kalian mengangetkan aku saja, Des Tir" ujar Elizabeth melihat Desi dan Tiara disana.
"Maafkan kami, nyonya" Desi dan Tiara memberikan hormat pada Elizabeth.
"Kami di sini diperintahkan oleh tuan besar untuk membantu nyonya siap-siap" ujar Desi sebelum Elizabeth bertanya.
"Ha?! Tidak usah Des ! Aku bisa sendiri" tolak Elizabeth.
"Tuan besar memerintahkan kami untuk memastikan nyonya siap dan cantik"
"Emang mau makan malam di mana sih? Harus cantik segala" Gerutu Elizabeth sekaligus pemasaran.
"Maafkan kami, nyonya. Kami juga tidak tau" jawab Tiara.
"Kapan kalian bersikap biasa saja sih. Kan kita teman tidak usah nyonya nyonyaan segala" Protes Elizabeth pada dua pelayannya itu. " Ayo bantu aku siap-siap saja, nanti aku tidak selesai ada yang mencekik ku lagi"
"Mari, nyonya"
Desi dan Tiara membantu Elizabeth bersiap-siap.
Setelah siap, Elizabeth keluar dan masih di buat terkejut, karena pak Run sudah berdiri dan membungkuk hormat di depan pintu.
"Selamat malam, nyonya" sapa pak Run.
"Malam, Pak" Balas Elizabeth "Ada apa ya, pak?"
"Jemputan anda sudah datang, nyonya"
"Jemputan? Apa tuanmu tidak datang, Pak Run?"
"Tuan besar sudah menunggu nyonya di tempat makan malamnya, Nyonya"
"Oh. Baiklah. Terima kasih"
Elizabeth turun kebawah di ikuti pak Run.
"Selamat bersenang-senang, nyonya"
"Terima kasih, pak"
Elizabeth mendekat pada Bram yang sudah berdiri di samping mobil seperti biasa.
"Selamat malam, nyonya" Sapa Bram dan membukakan pintu mobil untuk Elizabeth.
"Malam, Bram" Elizabeth pun masuk ke mobilnya.
Bram mulai mengendarai mobilnya membelah jalan raya.
"Kau tau kita akan kemana, Bram? Apa kau tau?"
"Kita akan makan malam di Hotel B, nyonya"
"Emang ada acara apa, ya? Apakah aku boleh tau?"
"Tentu nyonya. Ada teman tuan besar yang merayakan ulang tahun putranya"
"Cih kenapa dia tidak memberi tahuku?" gumam Elizabeth kesal. "Aku tidak menyiapkan kado untuknya. Bagiamana ini, Bram?" ujar Elizabeth panik.
"Tuan besar yang telah menyiapkan hadiahnya nyonya. Anda hanya perlu datang ke sana"
"Oh gitu..."
"Dor" bunyi ledakan dan mobil yang dikendarai Elizabeth dan Bram hilang kendali dan Bram langsung memberhentikan mobilnya. Sepertinya ban mobil itu meledak.
"Anda tidak apa-apa, nyonya?" tanya Bram khawatir.
"Ada apa, Bram? Aku merasa ban kita meledak"
"Akan saya lihat, nyonya"
Handphone Bram berbunyi dan terpaksalah Bram tidak jadi keluar dan mengangkat terlebih dahulu.
"Katakan?!"
"..."
"Apa?"
"..."
"Ulur mereka, aku akan melindungi, nyonya"
"Ada apa, Bram?" tanya Elizabeth saat melihat Bram panik setelah menerima telepon.
Bram mencari sesuatu di dalam dasboard mobilnya dan mengeluarkan senjata dari dalam sana. Di luar mobil banyak sekali bunyi ledakan yang bisa kita tebak itu bunyi tembakan.
"Untuk apa itu, Bram?" tanya Elizabeth melihat Bram memasukan peluru ke dalam pistol.
"Anda bisa mengunakan pistol kan, nyonya?" tanya Bram.
"A...aku..."
"Bawa ini, nyonya" potong Bram memberikan pistol yang telah siap di gunakan itu pada Elizabeth. Elizabeth menerimanya dengan binggung.
"Anda harus baik-baik saja, nyonya. Ingatlah nyonya! apapun yang terjadi, Anda hanya boleh membukakan pintu mobil ini jika itu saya, Sekertaris Kim, atau tuan besar"
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bram?"
"Ingat! kata kata saya tadi nyonya. Tapi jika sampai ponsel ini berdering dan tak ada tuan besar, Sekertaris Kim, dan saya yang datang. pergilah sendiri dan bersembunyi. Saya yakin tuan besar akan menemukan anda"
"Bram?!" bentak Elisabeth karena Bram tidak menjawab pertanyaan dari tadi "Ada apa? Apa yang terjadi di luar?"
"Hanya ada tikus besar pengangu saja. Jaga diri anda, nyonya"
Bram keluar dari dalam mobil, Elizabeth langsung mengunci pintu dari dalam. Dia melihat keluar.
Bram menembak dengan kedua tanganya dan melihat ada yang sudah tergeletak di jalan.
Karena takut, Elizabeth sembunyi di bawah.
Tak lama, Elizabeth melihat ada yang mengetuk pintu mobilnya, Elizabeth melihat orang itu,
"Bram?!"
Elizabeth segera membukakan pintu untuk Bram.
"Nyonya, kita harus segera pergi" ujar Bram menarik tangan Elizabeth.
"Kau terluka?!" Tanya Elizabeth karena melihat darah mengalir di tangan Bram.
"Ayo, nyonya. Kita harus segera pergi!"
"Siapa mereka, Bram?" tanya Elizabeth di sela larinya.
"Kita harus segera bersembunyi, nyonya"
Elizabeth mengikuti Bram dan ikut pergi, mereka lari menjauh dari dalam sana.
Sampailah di sebuah rumah kosong. Bram dan Elizabeth bersembunyi di sana. Mereka berdua sama-sama menyandarkan diri di tembok. Bram terlihat pucat, begitu pula dengan Elizabeth. Elizabeth juga terlihat ketakutan.
Melihat Bram yang menyadarkan dirinya, melihat Bram memenangi lukanya dan darah yang mengalir. Membuat Elizabeth mendekat dan khawatir.
"Kau baik-baik saja, bram?" tanya Elizabeth khawatir.
"Hanya luka kecil, nyonya"
"Luka kecil? Ini luka besar, Bram. Coba aku lihat"
Elizabeth memeriksa tangan Bram. Elizabeth terkejut dan diam sejenak.
"Kau kena tembak, Bram?" ujar Elizabeth melihat peluru yang masih menancap disana.
Bram mengeluarkan belatinya.
"Untuk apa itu, Bram?" tanya Elizabeth ketakutan.
Membakar ujung belati dengan korek api.
"Kau...kau mengeluarkan peluru itu, sendirian, Bram?" ujar Elizabeth terkejut sekaligus takut, karena Bram mencongkel peluru itu dengan belati sampai keluar.
Elizabeth mengambil sapu tangannya dan mengikatkan pada lengan Bram.
"Terimakasih, nyonya"
"Sama-sama. Sepertinya kita sebaiknya beristirahat di sini. Sampai bantuan yang kau katakan datang"
"Iya, nyonya. Saya rasa juga begitu" jawab Bram
Bram melihat Elizabeth yang kedinginan, dia berinisiatif untuk mencari kayu dan akan membuat api unggun.
"Kau mau kemana, Bram?" tanya Elizabeth
" Saya Akan mencari kayu bakar untuk api unggun, nyonya. Agar kita tidak mati kedinginan" Jawab Bram
"Kau yakin kau bisa, Bram?"
"Tentu! Ini hanya luka kecil"
Bram pun pergi.
Disini lain di tempat Elizabeth tadi di serang, Abraham dan Sekertaris Kim dan beberapa anak buah sudah datang dan berhasil melumpuhkan musuh.
"Dimana Elis?!" bentak Abraham.
"Nyonya ada di dalam mobil tuan besar" jawab seseorang.
"Aku tak akan bertanya, jika dia ada di dalam mobil! " Bentak Abraham, karena tadi dia sudah melihat ke dalam mobil, namun tak ada Elizabeth.
"Di mana dia?! " bentak Abraham
"Nyonya tidak keluar dari dalam mobil, tuan"
"Apa kau kira aku buta?! coba kau lihat, ada tidak Elis di dalam?"
Orang itu mengecek ke dalam mobil dan benar tidak ada Elizabeth di dalam sana.
"Mana, Bram?! Dia yang menjadi sopir nyonya kan?! Dimana dia?!" tanya Sekertaris Kim.
"Saya di sini, bos?!" jawab sesorang yang datang, ya dia Bram.
see you next time.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
RezkySr
lanjutt thorr
2021-04-07
1
Wati_esha
Terima kasih update nya ya.
Next, ditunggu kelanjutannya.
2021-04-07
1
Wati_esha
Hmmm ... bertemu Abraham dengan me ninggalkan Elisabeth di persembunyian.
Bertemukah Abraham dan Elis?
2021-04-07
2