Setelah ceramah panjang dari Dr. Yoseph dan perdebatan kecil, akhirnya Abraham dan Elizabeth terlelap dalam tidurnya.
"Astaga tuan, ini baru saya jahit dan perban dengan rapih. Tidak bisakah anda kasian sedikit saja dengan tubuh anda ini? Tidakkah anda merasakan sakit? Saya tak habis pikir, bagaimana bisa ada manusia seperti anda yang tidak merasakan sakit sama sekali.... BLA BLA BLA" oceh Dr. Yoseph sambil Menganti perban Abraham. Dr. Yoseph juga mengajarkan Elizabeth cara membalut luka itu. Elizabeth bukan tidak bisa, hanya tidak berani takut ada yang salah.
Setelah itupun, masih ada perdebatan antara Elisabeth dan Abraham yang dimana Elizabeth minta pisah kamar, meminta untuk dirinya tidur di kamar ini dan Abraham di kamar mereka atau sebaliknya, karena Elizabeth takut tanpa sengaja menyentuh luka Abraham saat tidur dan tentu Abraham tidak mengijinkan itu.
"Bagaimana jika aku butuh bantuan? Aku kan sedang sakit, Apa kau akan meninggalkan aku sendiri?!" tanya Abraham.
"Iya. Aku lupa. Oke. Kita satu kamar, tapi aku akan tidur di sofa"
"Tidak bisa!" tolak Abraham "Aku tidak akan mengizinkanmu tidur di sofa"
Setelah perdebatan itu, akhirnya Elizabeth mengalah, dimana Elizabeth dan Abraham akhirnya tidur seranjang, namun membatasi tubuh mereka dengan guling. Melihat tingkah Elizabeth yang lucu, Abraham tak hentinya tersenyum. Akhirnya mereka tertidur dengan pulas.
Jam 10.00
"Elis, bangun!" Abraham membangunkan Elizabeth. Elizabeth masih sangat terlelap dalam tidurnya, karena semalam mereka tidur terlalu larut malam, bahkan bisa di katakan sudah masuk kata pagi.
Abraham sudah bangun dari pagi, dia bahkan sudah mandi, makan, dan meminum obatnya. Bahkan Abraham meminta Dr. Yoseph mengantikan perbannya lagi.
Sekertaris Kim dan Dr. Yoseph melihat semua itu, merasa mungkin matahari telah terbit dari sebelah timur dan dunia akan segera kiamat. Dengan segera Dr. Yoseph menyuruh seseorang untuk melihat matahari terbit dari sebelah mana untuk melakukan tobat nasuha jika matahari sudah terbit dari sebelah timur, namun ternyata matahari masih terbit dari sebelah barat.
Seorang Abraham seperti itu? Itu tidak mungkin. Tapi semua memang terjadi di depan mata mereka. Sungguh hal yang mustahil, namun nyata.
"Elis? Sudah siang, Elis!" ujar Abraham lagi berusaha membangunkan Elizabeth.
Elizabeth bahkan tidak terganggu sama sekali, dia masih terlelap dengan tenang.
Abraham mendekatkan tubuhnya ke Elizabeth. Melihat wajah Elizabeth yang tenang, seakan tanpa beban. Abraham mengecup sekilas bibir itu, bahkan dalam keadaan seperti inipun, bibir itu menggoda seakan memanggil Abraham untuk mengecupnya. Abraham hanya mengecupnya sekilas. Elizabeth hanya terganggu sebentar dan kembali ke alam bawah sadarnya itu.
Abraham kembali mengecup bibir Elizabeth dan sekarang sedikit menggigit bibir bawah itu.
Elizabeth terbangun dan langsung mendorong tubuh Abraham. Abraham tertawa, melihat Elizabeth yang belum sadar 100% itu.
"Kenapa kau menggigit bibir ku, Honey?" ujar Elizabeth malu. Pagi-pagi begini dia sudah mendapatkan perlakuan seperti itu dari suami mesumnya itu.
"Aku hanya ingin membangunkan mu saja, kok" jawab Abraham santai
"Apa begitu cara membangunkan orang?" balas Elizabeth.
"Iya. Begitulah cara membangunkan orang, khususnya dirimu. Apalagi bagusnya jika kamu yang membangunkan ku seperti itu, lebih bagus lagi jika kau menciumnya tak hanya di bibir, tapi seluruh tubuhku. Aku jamin akan bangun dan aku langsung mengajakmu tidur lagi..."
"Dasar mesum?!" Elizabeth melemparkan bantal pada Abraham yang mengatakan semua itu dengan tenang dan santai. Abraham menangkap bantal itu dan tersenyum. Elizabeth menyembunyikan dirinya di bawah selimut, pasti mukannya itu sudah merah padam. Abraham hanya tersenyum melihat tingkah Elizabeth yang bukannya bangun malah masuk kembali dalam selimut.
"Sekarang jam berapa, sih?" tanya Elizabeth menimbulkan wajahnya dari balik selimut.
"Jam 10 lewat, Elis" Jawab Abraham, Seketika mengembalikan semua nyawa Elizabeth yang tadi hanya kembali secara perlahan dan Elizabeth langsung bangun dari tidurnya.
Elizabeth melihat posisi kamarnya masih gelap, karena Abraham memang sengaja menutup semua tirai, agar Elizabeth bisa tidur dengan tenang.
"Kau sudah mandi, Honey?" tanya Elizabeth.
"Sudah" jawab Abraham.
"Oh oke. Aku akan siapkan makan untukmu dan juga obatmu" Elizabeth hendak bangun dari kasurnya, namun Abraham berdiri di depannya, menghalangi Elizabeth untuk berdiri.
Abraham mencondongkan tubuhnya dan meletakan tangannya di antar tubuh Elizabeth.
"Aku sudah makan dan meminum obatku" ujar Abraham tepat di wajah Elizabeth.
"Per....Perban mu, sudah di ganti?" tanya Elizabeth terbata-bata sambil melihat manik-manik hitam milik Abraham yang menusuk bagi Elizabeth.
"Sudah. Yoseph yang menggantikannya"
"Maafkam aku, Honey. Aku kesiangan" ujar Elizabeth" Ujar Elizabeth merasa bersalah karena tidak menjalankan perannya sebagai istri yang merawat suaminya yang sedang sakit itu. Suaminya itu malah sudah melakukan segalanya dan dia belum terbangun.
"Em. Apa begitu caramu meminta maaf?!" Tanya Abraham sambil menaikkan sebelah alisnya itu menggoda "Tidak terlihat tulus" lanjut Abraham.
"Jadi aku harus bagaimana?" tanya Elizabeth polos.
"Lakukan sesuatu? Buktikan jika memang tulus"
"Lakukan apa?"
"Ya apa gitu"
Elizabeth berfikir dengan keras, bukti ketulusan minta maaf itu seperti apa? Buktinya ya engga akan melakukan kesalahan itu lagi kan? tapi itu tidak bisa di buktikan sekarang juga.
Abraham tersenyum melihat Elizabeth yang masih berfikir itu. Sifat Elizabeth semakin hari semakin membuat Abraham terpesona.
"Sudah ketemu jawabnya, Elis?" tanya Abraham menyadarkan Elizabeth dari lamunannya.
"Belum" Elizabeth menggelengkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya.
Cup. Abraham sudah tidak tahan lagi untuk mengecup bibir yang dari tadi menggodanya itu apalagi di kerucutkan oleh Elizabeth. Elizabeth mengedipkan matanya karena terkejut, namun dia tidak mendorong Abraham, dia membiarkan Abraham menciumnya.
Tanpa penolakan, Abraham menarik tekuk leher Elizabeth untuk memperdalam ciuman. Elizabeth mengalungkan tangannya di leher Abraham. Tangan itu dengan sendirinya bergerak mengalung di sana.
Elizabeth tersadar, dan mendorong tubuh Abraham pelan.
"Dasar mesum!" ujar Elizabeth yang langsung lari masuk ke kamar mandi. Abraham tertawa..
Elizabeth benar-benar malu, karena tubuhnya tidak menolak malah merespon cumbuan Abraham itu.
Abraham tak henti-hentinya tersenyum, tingkah Elizabeth benar-benar lucu dan menggemaskan.
Tok tok tok. Abraham mengetuk kamar mandi.
"Mandinya jangan lama, Elis. Kita akan ke dokter. Dr. Erdan pasti menunggu kita" teriak Abraham, membuat Elizabeth yang masih bersandar di pintu dan memenggang dadanya itu, langsung buru-buru mandi.
"Dr. Erdan? Dokter yang akan memeriksa Kepalaku kan? Oh iya hari ini, ya?"
Setelah selesai mandi, Elizabeth memakan makanan di kamar, karena Abraham tadi membawa makanan untuk Elizabeth.
"Sudah makannya?" tanya Abraham melihat nasi Elizabeth sudah habis.
"Sudah. Kita akan berangkat jam berapa?"
"Seselesai kamu"
"Kok bisa gitu? Emang janjinya jam berapa?"
"Ya seselesai kamu. Kamu selesainya kapan?" jawab Abraham menaikan 1 oktaf saja.
"Kok bisa gitu? Kalau aku selesainya jam 12 malam, apa bisa ketemu dokternya?" tanya Elizabeth polos.
"Iya. Jika jam segitu, dokternya akan aku suruh kesini dan alat-alatnya" jawab Abraham santai.
"Enak ya? Kok bisa? Mau juga ya dokternya"
Abraham benar-benar tertawa lepas mendengar ucapan Elizabeth tersebut. Elizabeth yang merasa diketawai, mengerucutkan bibirnya itu tanda tak suka.
"Karena aku lah yang membayar mereka" jawab Abraham "Jadi akulah tuan mereka dan merekalah yang harus menurut padaku dan mengikuti semua jadwalku"
"Sultan mah bebas" ejek Elizabeth.
"Sudan ayo!. Kita akan terlambat"
Jam 14.00
Elizabeth dan Abraham telah pulang dari rumah sakit dan saat ini, mereka ada di restoran untuk makan.
"Kau kenapa, Elis?" tanya Abraham yang melihat Elizabeth masih bengong, bahkan makanan di depannya hanya di kucek dengan sendok. "Apa maknanya tidak enak?" tanya Abraham lagi.
"Ah engga. Maksudku enak kok" jawab Elizabeth sambil memasukkan nasi kedalam mulutnya. Fikiran Elizabeth masih tertuju pada perkataan dokter tadi.
Abraham meletakan sendok dan garpu nya dan fokus pada Elizabeth. Tangannya terulur untuk memberhentikan sendok yang berisi makanan untuk masuk ke mulut Elizabeth. Elizabeth terhenti dan melihat Abraham yang sedang menatapnya itu.
"Ada apa?!" tanya Abraham lembut namun penuh penekanan "Apa kau memikirkan yang di katakan dokter tadi, Elis?" lanjut Abraham menebak isi otak Elizabeth sekarang.
"A...aku... aku" ucap Elizabeth terpatah-patah.
"Katakan!" titah Abraham.
"Aku... Aku minta maaf" ujar Elizabeth cepat dan keras. Abraham tertawa melihat tingkah Elizabeth itu, Elizabeth langsung menundukkan wajahnya karena malu. Wajah Elizabeth bersemu merah, untung saja mereka hanya berdua, karena mereka ada di ruang private, kalau tidak mungkin Elizabeth akan memilih masuk kedalam lobang semut saja.
"Kenapa kau tertawa?!" tanya Elizabeth kesal, pasalnya dia sudah berusaha keras untuk mengatakan semua itu.
"Kau minta maaf untuk apa, Elis? Karena memakan makananmu seperti itu? Atau ada yang lain?" tanya Abraham yang sudah ke posisi semula.
"Aku tak habis pikir saja, ternyata kecelakaan yang sudah lama terjadi itu bisa mempengaruhi kehidupanku yang sekarang. Aku hanya ingin minta maaf gara-gara aku kamu pasti malu sekali di hari pernikahan kita itu, kan?" ujar Elizabeth lembut.
"Semua ini juga bukan keinginanmu, Elis" jawab Abraham "Kita mulai dari awal lagi. Kamu mau kan?" tanya Abraham sambil mengulurkan tangannya kepada Elizabeth.
"Emang bisa begitu? Kau sudah memaafkanmu?"
"Tidak! Aku tidak akan pernah memaafkanmu kesalahanmu ini. Berani sekali kau melupakanku!"
"Maaf" ucap Elizabeth merasa sangat bersalah.
"Jadi kau harus cepat ingat diriku. Ingat itu! Kau harus mengingatku, sebagai hukuman mu dan tak boleh melupakan aku lagi"
"Tolong bimbingan nya" Elizabeth tersenyum dan menerima uluran tangan Abraham. Abraham menghempaskan tangan Elizabeth itu
"Tidak! uluran ini untuk memulai dari awal?!" ujar Abraham "Perkenalkan aku Abraham Diken, suami Elizabeth Duken" Elizabeth tersenyum mendengar namanya di sebut dan sekarang sudah berganti menjadi keluarga Duken.
"Hai. Aku Elizabeth Duken istri Abraham Duken" Elizabeth menerima uluran tangan Abraham. Setelah itu mereka tertawa dengan sangat gembira.
Abraham Duken yang kejam, kini pintar bercanda dan bermain seperti ini. Hanya Elizabeth yang mampu membuat Abraham yang tak punya hati itu, berprilaku seperti anak kecil.
######
Di rumah sakit. Setelah semua prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
"Anda pernah mengalami kecelakaan ya, nyonya? Waktu anda masih kecil. Anda pasti pernah koma sampai berbulan-bulan, kan?" tanya dokter itu. Dr. Erdan pada Elizabeth. "Lihatlah ini nyonya" ucap dokter itu lagi sambil menunjukkan hasil rotgen tadi yang menunjukkan isi kepala Elizabeth, disana ada otak yang bewarna lebih gelap "Ini pasti akibat benturan yang terlalu keras"
"Benarkah?!" Elizabeth mencoba mengingatkan ingat kehidupannya "Ah iya, Dok. Waktu saja masih kecil, Dok, sekitar umur saja 5-6 tahunan. Saya koma beberapa bulan, saat itu saya juga tak ingat apapun, sampai sekarang pun aku tak ingat masa kecil saja. Namun ayah yang merawat saja dengan baik. Itu sudah lama sekali, dok saya bahkan sudah lupa akan hal itu. Apa itu bisa mempengaruhi keadaan saya sekarang?" tanya Elizabeth. Abraham hanya terkejut mendengar semua itu.
"Benar, nyonya. Ini berarti otak anda pernah mengalami benturan dan bahkan lupa ingatan, sehingga dengan mudah untuk terulang kembali"
"Tapi aku hanya melupakan Abraham dan orang-orang yang ada di dekat nya, dok. Aku masih ingat yang lainnya. Waktu itu aku bahkan tak ingat siapapun"
"Lupa ingatan ada beberapa macam, nyonya" Jawab dokter itu "Ada yang lupa ingat sebagian dan ada juga yang lupa segalanya"
"Apa baru baru ini, Elis terkena benturan, Erdan?" Tanya Abraham.
"Dalam kasus orang amnesia tak hanya akibat benturan, tuan. Demam yang tinggi juga bisa merusak otak dan menyebabkan orang melupakan sesuatu. Dalam kasus nyonya yang pernah mengalami kecelakan, demam seperti ini juga sangat memungkinkan untuk membuatnya lupa ingatan"
See You Next Time
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
acenggg
thoorrr yuhuuuuu
2021-04-16
2
Supina Boru Torus
masih penasaran dengan Elis Thor
sehat selalu Thor
2021-04-15
1
Wati_esha
Terima kasih update nya ya.
Next, ditunggu kelanjutannya.
2021-04-15
1