Setelah kepergian Abraham, Elisabeth menangis sejadi-jadinya.
Setelah puas menangis, dia berusaha bangkit.
Sakit di seluruh tubuh, tidak terasa begitu sakit. Elisabeth berusaha bangkit.
Sesampai di dalam kamar mandi. Elisabet menghidupkan keran air dengan deras agar air tersebut mengguyur tubuhnya dengan cepat membasahi seluruh tubuhnya.
Elisabeth kembali menangis meluapkan semua yang dia rasakan. Perih! luka kena air seakan tidak terasa bagi Elizabeth.
Walau sudah lama Elisabeth mandi, dia merasakan bau pria kejam itupun tidak menghilang walau sudah di gosoknya berkali-kali.
1 jam Elisabeth mandi. Membersihkan apa yang bisa dia bersihkan.
Akhirnya ia keluar menggunakan jubah mandi.
Elisabeth terkejut bahwa ada seseorang pelayan yang berdiri memberi hormat.
"Selamat pagi, Nyonya" sapa nya
"Ada apa?" Bentak Elisabeth sambil menahan tangis.
Walau sudah lama menangis, namun air matanya sepertinya tidak kering-kering. Karena terus saya mengalir.
"Tuan besar mengutus saya untuk membawa nyonya ke kamar sebelah"
"Ke.. ke...ke..kenapa?" Tanya Elisabeth terbata-bata karena takut.
"Karena pintu akan di perbaiki, nyonya" Elisabeth teringat bahwa pintu itu rusak saat Abraham masuk ke kamarnya tadi malam.
"Oh. Baiklah. Tapi apakah kamu bisa mencarikan aku pakaian terlebih dahulu?"
Dia berjalan mendekat ke meja rias dan menekan tombol disana. Terbukalah sebuah pintu. Bila kemarin di dekat rak buku, sedangkan ini di meja rias. Dan yang terbuka dinding yang berbeda dan berlawanan.
"Silahkan, nyonya" ucap pelayan itu mempersilahkan Elisabeth.
Elisabeth melangkah pelan agar tidak ada yang curiga. Elizabeth terkejut, melihat apa yang dia dilihat sekarang. Lemari kaca yang berisi pakai wanita dari gaun, celana, rok, kaos, celana panjang, tas, sepatu, dan semua peralatan ada disana. Bahkan ada beberapa lemari yang bukan lemari kaca.
"Tuan sudah menyediakan pakaian nyonya sebelum pernikahan"
"Pernikahan? Apakah kamu mengenalku? Apa aku pernah kesini?"
"Ya, saya mengenal, nyonya. Tapi nyonya tidak pernah di kesini"
"Lalu dimana kita bertemu?"
"Di rumah kedua tuan"
"Ah. Orang kaya mah bebas. Ada rumah sepuluh juga"
"Lalu apa kamu tau, kenapa aku kabur saat pernikahan?"
"Saya tidak tau, nyonya. Alasan kenapa anda kabur. Yang pasti kami tau, karena itu tuan besar sangat terpukul. Yang pasti malu di depan semua orang"
"Apa..."
"Maafkan saya, nyonya. Sebaiknya anda mengganti pakaian terlebih dahulu" potongnya sebelum Elizabeth melanjutkan pertanyaannya.
"Ah iya" Elisabeth masuk keruangan itu dan pelayan tadi juga mau masuk.
"Kenapa kau ikut masuk?"
"Saya akan membantu anda untuk bersiap, nyonya" jawabnya.
"Tidak perlu! Aku bisa sendiri. Anda keluar saja"
"Baiklah nyonya. Jika anda memerlukan bantuan, saya ada di luar"
Elisabeth masuk dan menutup pintu.
"Ah. Bagaimana bisa dia tau alasannya, aku saja tidak tau. Lalu siapa yang tau? Ah bagaimana bisa aku bertanya seperti itu? Bagaimana bisa juga dia tau? Sedangkan aku sendiri yang kabur tidak ingat apa-apa. Dan ah bikin frustasi saja, bisa-bisanya dia jawab dengan datar begitu. Apa pelayan di rumah ini pada bermuka datar, seperti sekertaris Kim, pak Run, dan pelayan tadi"
...Setelah berganti pakaian. Elisabeth keluar....
Pelayan tadi masih berdiri. Melihat Elisabeth keluar dia kembali menunduk memberi hormat.
"Silahkan, nyonya"
Elisabeth berjalan di ikuti oleh pelayan tadi.
"Aku harus kemana?" Tanyanya pada pelayan tadi yang tidak jauh dari belakangnya, karena dia tidak tau harus kemana.
"Ke bawah, nyonya. Ke meja makan. Anda harus sarapan"
"Aku tidak lapar. Aku hanya ingin istirahat"
"Tapi anda harus sarapan dan meminum obat anda nyonya"
"Obat? Obat apa? Aku tidak sakit!"
"Saya tidak tau, nyonya. Obat itu di sediakan oleh tuan besar sendiri."
"Obat apa? Apa obat KB? cih. berani berbuat tidak berani tanggung jawab"
"Mari nyonya"
"Apakah aku bisa istirahat sebentar?"
"Baiklah, nyonya" ucapnya membuka pintu yang tidak jauh dari mereka.
"Ini kamarnya, nyonya" ucapnya mempersilahkan Elisabeth masuk.
"Istirahatlah, nyonya.m. Sarapan dan obatnya akan di bawa ke sini"
"Tidak usah. A...Aku.."
"Ini untuk kebaikan kita bersama, nyonya" potong pelayan itu, mendudukkan kepala dan menutup pintu.
"Aku lebih baik sendiri dah dari pada berurusan dengan muka datar" Elisabeth membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Oh ya. Kuliahku bagaimana?Aku tidak boleh terjebak di sini terlalu lama. Aku harus kuat, ayah pasti menunggu ku" Ucap Elisabeth langsung duduk mengingat kuliahnya yang hari ini ada jadwal.
"Apa aku boleh berangkat, ya? Aku tanya aja kali, ya. Oh ya nanti kan dia mengantar makanan. Siapa ya tadi namannya?"
Tok tok suara pintu di ketuk.
"Masuklah" ujar Elisabeth.
Masuklah dua pelayan yang satunya pelayan yang tadi.
Mereka meletakan dua mangku entah isi apa, piring isi nasi, susu, air putih, dan obat.
"Selamat menikmati, nyonya" ujarnya setelah makanan itu tersusun dia tas meja.
"Terima kasih"
"Jika ada yang anda butuhkan nyonya, kami ada di bawah" ucapnya.
Mereka menunduk dan hendak pergi.
"Tunggu!"
"Ada apa nyonya? Ada ada yang anda butuhkan?"
"Apakah aku bisa kuliah siang nanti? Hari ini aku ada jadwal kuliah"
"Maaf nyonya. Kami tidak ada wewenang akan itu. Hanya tuan besarlah yang bisa mengizinkan anda"
"Lalu dimana tuan besar kalian itu?" Setelah Abraham pergi dari kamar Elisabeth tidak melihat kedatangannya lagi.
"Tuan besar sudah pergi ke kantor, nyonya. Anda bisa tanyakan setelah tuan besar pulang nanti"
"Tapi aku ada kuliah siang ini"
"Kami permisi, nyonya"
"Ya. ya ya ya. Silahkan"
"Saya beri tahu, nyonya. Jangan pikirkan untuk kabur lagi. Karena tuan pasti tidak akan memaafkan nya lagi dan yang akan celaka kami semua" ucap pelayan tadi mengingatkan.
"Em. Sudahlah biarkan kuliah hari ini. Biar aku tanya nanti malam saja"
Pelayan tadi menunduk hormat dan akan pergi.
"Tunggu!"
"Iya nyonya. Apa ada yang perlu kami bantu?"
"Tidak ada. Tapi bisakah kau menyebutkan namamu?"
"Maafkan saya nyonya. Saya Desi dan yang ini Tiara" Tiara menundukkan.
"Hai Des, Tir. Aku Elisabeth"
"Kami sudah tau, nyonya" ucap mereka kompak.
"Baiklah! Terima kasih. Kalian bisa pergi"
Mereka menunduk hormat pergi dan menutup pintu.
"Aku bisa gila tinggal dengan mereka. Aduh Bagaimana dengan kuliahku? Aku tau ini gila, tapi aku harus tetap kuat. Ayah tolong bantu aku. Doakan aku, aku tidak boleh lemah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments