Bab 10

Pulang kuliah.

"Akhirnya hari ini berakhir juga. Besok Mr. Frank lagi" keluh Raisya.

Raisya, Reyhan, dan Elizabeth sedang siap-siap akan pulang.

"Enak kok Mr. Frank, Sya. Baik lagi orangnya" ujar Elizabeth.

"Bela. bela. bela aja terus. Ia ia Mr. Frank baik, baik cuma sama kami, Lis. Kalau sama saya ya ampun kejamnya?!"

"Kamu masih mending, Sya, cuma di suruh ngerjain di depan. Kalau sama Gua? amit amit dah. Kena sasaran mulu perasaan" balas Reyhan.

"Biasa Rey. Elis mah spesial kita mah apa atuh?"

"Spesial apaan, Sya? Sama aja, perasaan"

"Loe engga sadar apa, Lis? Mr. Frank itu suka sama loe"

"Engga ah. Perasaan kamu aja, Sya. Dia baik sama semua kok. Sama saya tuh, karena saya kan selalu ngerjain tugas nya. Makannya rajin!"

"Loe ini, bedalah. Loe engga lihat tah tatapannya tuh. Beda antara sama gua atau sama Loe"

"Beda bagaimana?"

"Dasar engga peka! Kok bisa ya gua punya teman, semuanya engga peka"

"Oh gitu. Terus kalau tatapan Reyhan sama Loe kek mana, Sya?!" tanya Elizabeth "Kata Loe kan Loe peka. Jadi tatapannya tatapan apa?"

"Tatapan teman" jawab Raisya cepat.

"Cih. Benarkah? Padahal aku berharap kalian jadian loh. Aku kan menjodohkan kalian berdua"

"Itu engga mungkin!" Jawab Reyhan dan Raisya bersamaan.

"Cie. Kompak loh"

"Sudah lah, Lis. Kamu pulang naik, apa?" Reyhan mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Di jemput, Sepertinya..." jawab Elizabeth ragu-ragu.

"Sama siapa?" lagi-lagi Reyhan dan Raisya kompak.

"Cie. Cie. Sama majikan sepertinya"

"Dia udah bilang mau jemput kamu, Lis?" tanya Reyhan.

"Engga sih"

"Terus?" Elizabeth menggeleng, dia juga tidak tau mau di jemput atau tidak.

"Udah bareng gua aja!"

"Engga engga engga" tolak Elizabeth cepat. " kamu bareng Raisya aja, Rey. Sya, kamu engga ada yang nganter kan? Bareng Rey aja loh"

"Tapi..." Raisya mau menolak namun di larang Reyhan.

"Tapi Loe benaran kan di jemput sama bos kamu?"

"Iya, Rey"

"Bisa bahaya kamu, Rey. Jika si bos ngelihatin kamu nganterin aku sampai ke rumah penjara itu"

" Hati-hati ya, Lis. Kalau ada apa-apa hubungin kita, ya?" ujar Raisya.

"Hehehehe Hp aku kan rusak, Sya"

"Terus kek mana? Kapan Loe beli hp lagi, Lis. Gua kan khawatir sama Loe"

"Saat punya duit lah"

"Pakai duit aku dulu, Lis" ujar Reyhan.

"Enggak usah, Rey. Nanti pas aku gajihan aku beli"

"Tapikan masih lama, Lis"

"Engga apa-apa, Rey. Tenang aja. Bye"

Elizabeth meneruskan jalan ke gerbang depan. Namun Elizabeth kembali berhenti.

"Rey, Sya. Kalian kenal orang ini engga?" tanya Elizabeth menunjukan foto di banner yang tertempel tidak jauh dari mereka.

"Bukannya itu... Abraham Duken, kan?" tanya Raisya.

"Yoi" terus Reyhan "Kenapa loe nanyain dia, Lis?"

"Engga papa sih" jawab Elizabeth "Apa kalian pernah lihat dia jalan sama aku engga?" tanya nya membuat ke dua temannya itu binggung.

"Loe sehatkan Lis?" tanya Raisya sambil memegang dahi Elizabeth "Engga panas kok"

"Dia itu, pengusaha muda yang sedang naik daun, Lis. CEO D'Company, mana mungkin jalan sama Loe"

"Oh iya juga, ya"

"Terus pernah engga, aku cerita kalau aku mau nikah?"

"Nikah? Kapan? Sama siapa, Lis?" tanya terotot Reyhan.

"Engga! aku cuma mau tanya aja. Pernah engga aku cerita sama kalian kalau aku mau nikah gitu?"

"Loe benar-benar sakit deh, Lis" ujar Raisya "Jangankan mau nikah, pacar aja Loe engga punya. Jangankan ngomongin tentang pernikahan, bicarain cowok aja, Loe acuh"

"Gitu, ya"

"Loe baik-baik aja kan, Lis?" tanya Reyhan khawatir.

"Engga apa-apa kok. Baik-baik aja. Jadi aku engga pernah cerita itu, ya?"

"Engga pernah" Reyhan dan Raisya kompak.

"Oh gitu. Oke. Bye"

"Lis?! gua antar aja, ya" panggil Reyhan.

"Dah" Elizabeth melambaikan tangannya.

"Bye. Hati-hati, Lis. Kalau bisa kasih kabar"

"Pasti!"

"Jadi aku juga engga pernah cerita soal ini. Mereka engga tau dan aku engga bisa membawa mereka dalam kasus ini. Abraham itu orang seperti apa? aku juga engga tau. yang pasti dia orang yang kejam. Aku engga mau teman-temanku dalam bahaya"

"Teman Loe satu itu benar-benar engga peka ya, Sya" Reyhan masih menatap kepergian Elizabeth.

"Sama seperti loe, Rey"

"Gua sukanya sama dia, dia malah ngejodohin kita berdua. Benar-benar engga peka kan?" Reyhan beralih dari memandang Elizabeth yang pergi dan beralih ke Raisya yang ternyata Raisya sedang memandangnya. Dengan cepat Raisya mengalihkan pandangannya.

"Iya. Iya . Elis emang engga peka, Rey" jawab Raisya gugup " Harusnya Loe Lebih terbuka sama Elis, Rey. Loe Ungkapin perasaan Loe sama Elis"

"Ngacok Loe. Yang ada dia ngejauhin gua. Sudah lah! Ayok kita pulang!"

Reyhan pergi kearah yang berbelok dengan Elis tadi, karena Reyhan akan keparkiran.

"Loe juga sama engga peka, Rey. Masak loe engga nyadar sih, gua suka sama Loe"

"Loe bengongin apa, Sya. Ayo" panggul Reyhan.

"Eh iya"

######

"Apa aku di jemput, ya?" tanya Elizabeth melihat kiri-kanan tapi tak ada mobil ataupun keberadaan Abraham.

"Apa aku sekarang bisa kabur? Ini kan kesalahan mereka juga. Siapa yang salah engga jemput? Tapi..... "

Jam 17.00

Di sisi lain

Di kantor.

Abraham masih melakukan rapat dengan client pentingnya.

Beberapa menit kemudian, Rapat pun selesai.

"Senang berkerja sama dengan anda, Tuan Duken" ujar client Abraham mengajak Saliman padanya. Dan Abraham langsung menerima jabatan tangannya.

"Saya yang sangat senang tuan, karena perusahan besar Sasendri mau menerima permintaan kerja sama kami yang hanya perusahaan kecil ini, bahkan sekertarisnya yang terkenal itulah yang sendiri datang ke sini"

"Anda sangat rendah hati tuan Duken. Saya juga sekalian datang untuk menemui cucu saya"

"Apakah cucu anda ada di Sini, Mr?"

"Ya cucu cucuku masih kuliah di Harvard, dan sebentar lagi akan lulus"

"Cucu cucuku?"

"Iya. Cucu dan menantu cucuku. Bukan kah sama saja?"

"Aku tak menyangka anda selain hebat juga memiliki jiwa yang besar. Menantu pun kau anggap cucu sendiri"

"Iya. Tuan besar memang murah hati. Saya yang hanya orang biasa ini pun dianggap sebagai ayahnya sendiri"

"Apa yang kuliah itu anak dan menantu tuan besar Sasendri, Mr. Sasendri?"

"Ya. Kamu benar sekali"

"Waw. Sungguh beruntung kami bisa berkerja sama dengan Sasendri Company" ujar Abraham kagum "Apa saya boleh tahu, alasan Sasendri menerima ajuan kerja sama kami? Aku yakin bukan karena kami sedang meningkat kan, Mr.?"

"Ya itu salah satunya dan yang terpenting karena ada yang mengatakan kepada kami Kelebihan D' Company"

" Apa saya boleh tau siapa dia, Mr.?"

"Anda, tidak perlu tau, tuan Duken. Dia hanya seorang kenalan saya saja. Dan kami juga sedang butuh kerja sama ini"

"Benarkah? Tapi saya jadi penasaran, tuan"

"Aku harus pergi!" ujar Pak Andri pada Abraham dia harus menemui Anggra, Dion, dan juga Shaquille.

"Mari saya antar, tuan"

Abraham mengantar pak Andri sampai depan gerbang.

"Kim, cari tau siapa yang membantu kita mendapatkan kerja sama ini? Aku merasa ada yang janggal dengan kerja sama ini"

"Baiklah, tuan"

"Hari ini aku maafkan kau berangkat kantor. Besok kau harus melibur, Kim"

"..."

"Kau tau, aku tak suka ditentang, Kim"

" Maafkan saja, tuan"

Flashback

Saat sampai Kantor Abraham tidak mendapatkan Kim, karena hari ini dia di hukum libur. Hanya ada Doris dan pegawai lainnya.

Doris adalah teman Abraham dan juga Kim. Kedudukannya ada di bawah Kim.

Saat siang, tiba-tiba Kim ke kantor. Tepat Abraham akan keluar kantor, karena mendapatkan pesan dari anak buahnya yang mengikuti Elizabeth yang mengirimkan foto Elizabeth di peluk Raisya dan Reyhan di taman. Dengan kesal, Abraham akan menjemput Elizabeth, namun dihalangi oleh Sekertaris Kim.

"Kau di sini, Kim? Apa tidak jelas ucapkan ku tadi pagi?!" tanya Abraham penuh emosi.

"Maafkan saya tuan. Tapi jam 13 kita ada pertemuan dengan tuan Grammy"

"Aku tau! masih ada waktu, Kim. Apakah ini yang membuatmu kesini?"

"Bukan tuan, Tapi Sekertaris Sasendri company memberi tau, jam 4 sore mereka akan mampir kesini?"

"Bukankah jadwalnya besok?"

Sekertaris Kim menatap pada Doris.

"Sorry. Gua lupa, Kim"

"Matilah gua" gumam Doris

"Kau bisanya apa, Ris? Untung aku datang"

"Salahkan tuanmu itu, Kim. Yang pagi-pagi terlihat ceria. Aku kan jadi lebih berminat mengodanya"

"Kau menyalahkan aku, Dor?!" tatap Abraham tajam pada Doris.

"Bom kali"

"Hehehe maafkan aku, tuan" Tatapan Abraham menusuk Doris sehingga membuat nyalinya menciut.

"Dan jam 15 kita juga ada pertemuan dengan Perwakilan Df company, tuan"

"Jadi kau akan bilang, bahwa hari ini aku harus lembur, Kim?"

Sekertaris Kim mengangguk.

"Bagaimana dengan Elis, Kim?"

"Aku akan menyuruh Bram untuk menjemputnya, tuan"

Abraham, Doris dan sekertaris Kim adalah teman dari kecil. Doris adalah satu-satunya yang terlihat santai dan hanya Doris lah yang terlihat tidak takut pada Abraham. Sifat Doris dan Sekertaris Kim berbanding terbalik.

Bukannya takut, sekertaris Kim menghormati Abraham sebagai tuannya.

Dan Abraham mentolerir kedua sifat temannya itu, paling buruk mungkin hukumnya di pukul sampai masuk rumah sakit. Karena Abraham tau Doris dan sekertaris Kim adalah orang yang setia.

Sekertaris Kim, Doris, maupun Abraham sebenarnya tak takut mati, karena pekerjaan mereka yang sebenarnya adalah menantang maut.

Mereka bertiga jika di luar akan terlihat sangat menakutkan. Bisa di bilang trio kejam. Doris hanya seperti ini jika di depan Abraham dan Sekertaris Kim.

"Potong gajihnya, bulan ini, Kim" ujar Abraham dan masuk keruangan. Doris tak ingin menentang kalaupun menentang, mungkin dia lagi menantang maut saja. Buang-buang nyawa kan tidak bagus.

Flashback off

...#######...

Sekertaris Kim memberi hormat pada Abraham. Abraham telah siap akan pergi pulang. Dia sudah tidak sabar bertemu dengan Elizabeth.

"Ada apa?" tanya Abraham.

"Maafkan saya tuan. Nyonya tadi siang kabur, tuan"

"Apa?! Brengsek! Berani sekali dia!" Abraham lemparkan gelas, dan gelas itu pecahan tak berbentuk. Abraham ingat jika Elizabeth pernah berjanji tidak akan kabur " Aku sudah mulai mempercayaimu, Elis. Dan kau selalu mengecewakan ku. Sepertinya kau ingin tau beberapa kejamnya aku?"

"Di mana di sekarang? kau pasti sudah menemukannya kan?"

"Nyonya sekarang ada di kontrakannya, tuan"

"Bagaimana semua bisa terjadi, Kim?"

"Saat Bram datang nyonya sudah tidak ada dan nyonya berhasil lolos dari penjagaan kita tuan"

"Cih kau tak becus, Kim"

"Maafkan saya, tuan"

"Tunggu aku, Elis!" Abraham melangkah dengan amarah.

Di kosan Elizabeth.

Elizabeth lagi mengoleskan salep ke kakinya yang lecet dan bengkak..

"Lihat saja kau! Ini semua rencana mu kan? Kau ingin membunuh ku kan? Sok sok mengizinkan aku ke kampus. Tapi saat pulang, kau tak memberikan aku Hp dan uang. Setidaknya balikin Hpku dan kartu ATM ku yang ada di belakang Hpku kan, setidaknya aku tak perlu jalan kaki. Bahkan aku tak tau alamat untuk pulang. Ini semua rencanamu, kan? Kaki ku lecet semua. Ses perih" Gumam Elizabeth kesal.

"Aku lapar"

Elizabeth dengan tertatih ke dapur untuk memasak mie, karena hanya itu yang ada.

Saat Elizabeth baru menghidupkan kompor, airnya pun belum mendidih, dan Elizabeth sedang memotong sayuran, lampu tiba-tiba padam.

Bret.

"Aaaaaa" teriak Elizabeth saat lampu mati.

Elizabeth tidak takut gelap hanya terkejut saat mati tadi.

"Ya ampun lengkap sudah hari ini. Pakai mati lampu lagi. Hp? Hp aku dimana, ya?! Aku kan tidak punya Hp. Lilin? Oh iya lilin" Elizabeth mencari lilin dan menghidupkannya dengan api kompor.

"Siapa?" tanya Elizabeth merasa ada orang di dalam kosannya itu.

Elizabeth mengambil pisau yang dia gunakan untuk memotong tadi.

"Si.siapa?" tanya Elizabeth takut.

"Ya Tuhan lindungilah aku"

Elizabeth mengarahkan lilinnya untuk melihat sekilas.

"Siapa kau? Jangan mendekat" bayangan itu mendekat ke Elizabeth.

"Ku bilang jangan mendekat. Atau aku lempar dengan ini" ujar Elizabeth mengacungkan pisaunya. Bayangan itu tak juga menjauh malah makin mendekat.

"Brak" Elizabeth melempar pisau.

"Au" ujar seseorang yang tak jauh darinya.

Elizabeth mengambil pisau lagi dan mengacungkan kedepannya.

"Jangan macam-macam, ya?"

Seseorang telah berdiri di depan Elizabeth, dengan gesit Elizabeth melawan, namun Elizabeth kalah telak. Elizabeth di cekik dan di Pepet di tembok. Elizabeth berusaha melepaskan tangan yang mencekiknya.

Lampu kembali hidup, dan Elizabeth dapat melihat orang yang mencekiknya.

"Ini yang kau mau kan? Elis?!" ujar Abraham yang semakin mengeratkan cekikan nya.

Elizabeth tetap berusaha melepaskan tangan orang itu, karena nafasnya mulai habis, sampai tangannya melemah.

Abraham melepaskan cekikan nya, hingga Elizabeth terduduk dan mengambil nafasnya cepat, mengisi paru-parunya nya lagi dengan oksigen.

"Bawa dia!" perintah Abraham.

"Tunggu!" ujar Elizabeth saat anak buah Abraham makan mengangkatnya.

Elizabeth berdiri, dan Abraham mengarahkan pistol tepat di dahi Elizabeth.

"Aku lapar. Aku sedang masak mie. Duduklah! Aku akan memasak untukmu!" ujar Elizabeth kembali melangkah ke dekat kompor. Airnya sudah mendidih, mungkin airnya itu sudah mau habis.

"Dor" Abraham menembak. Elizabeth terkejut sampai tubuhnya mematung sejenak.

"Setidaknya biarkan aku makan. Aku sudah tak makan dari tadi siang. Aku benar-benar lapar" entah apa yang membuat Elizabeth begitu berani.

"Aku tak akan percaya pada dirimu lagi, Elis"

"Kruk" bunyi perut Elizabeth.

"Tuh perutku saja sudah jujur. Duduklah. Aku juga akan pergi kemana-mana"

Di kosan Elizabeth banyak anak buah Abraham berjaga di sana.

Elizabeth meneruskan memasak mienya.

"Tuan besar"panggil Sekertaris Kim.

"Sudahlah Kim" Abraham memilih duduk dan Sekertaris Kim melihat-lihat kosan kecil itu.

Tak lama kemudian Elizabeth datang dengan membawa 3 mangkuk berisi mie.

"Kau juga makan, sekertaris vKim" ujar Elizabeth meletakan mangkuk berisi mie ke depan Abraham dan Sekertaris Kim.

"Ayo makan"

Elizabeth dengan semangat mengambil mangkuknya dan makan. Abraham dan Sekertaris Kim hanya melihat.

"Kenapa melihat saja. Ayo makan!" Elizabeth mengajak mereka berdua.

"Ayo lah"

Dengan berat hati Abraham mengangkat mangkuknya.

"Tuan?!" Panggil sekretaris Kim.

"Kau tak mau makan kan, Kim? Untuk aku saja!" Elizabeth mengambil mangkuk punya sekertaris Kim dan makan.

"Apa kau begitu lapar?" tanya Abraham tak jadi memakan mienya.

"Tidak. Sekarang sudah Kenyang. Tapi jika kau tidak mau makan mie mu. Untuk aku saja. Mubajir" ujar Elizabeth yang akan mengambil mangkuk Abraham.

"Tidak! aku akan memakannya" Abraham mulai memakannya. Rasa yang enak dan juga gurih, Abraham rasakan. Abraham dengan segera menghabisi mienya dengan lahap.

"Enak kan?!" tanya Elizabeth.

"Ya lumayan"

"Lumayan?! tapi habis"

"Baguslah jika lumayan" jawab Elizabeth.

Elizabeth mengambil mangkuk-mangkuk kotor dan juga gelas kotor itu dan kembali ke dapur. Dia mencuci piring.

"Kau mau kemana?"

"Mencuci mangkuk" jawab Elizabeth.

"Apakah seenak itu, tuan?" tanya Sekertaris Kim saat melihat Elizabeth sudah pergi. Sekertaris Kim penasaran karena melihat Abraham makan dengan lahap.

"Maka makan punyamu tadi!"

"Apa tuan baik-baik saja?!"

"Kau takut di racunikan, Kim? Itu yang aku tunggu"

"Maksud tuan? Anda juga tidak yakin ini bersih? Dan anda membahayakan diri anda, tuan"

Tak berapa lama Elizabeth kembali dengan kotak obat.

Elizabeth kembali dengan kotak obat.

"Untuk apa itu?"

"Tangan mu" Ujar Elizabeth menunjukkan pada lengan Abraham yang kena pisau lemparnya tadi.

Elizabeth memberikan obat pada kasa dan membuka lengan Abraham.

"Tunggu!" Sekertaris Kim memberhentikan tangan Elis

"Ada apa?!" tanya Abraham.

"Saya sudah memanggil dokter untuk anda tuan"

"Apa anda mencurigai ini bukan obat, Sekertaris Kim?" tanya Elizabeth.

Ya. Sekertaris Kim adalah orang yang paling membenci Elizabeth. Terutama saat Elizabeth kabur dengan pria lain, dan membuat malu tuannya.

Sekretaris Kim diam.

"Oke" Elizabeth memperlihatkan kakinya.

"Ada apa dengan kakimu?!" tanya Abraham.

"Ini gara-gara kamu tau. Aku harus berjalan dari kampus ke kosanku" jawab Elizabeth mengeluarkan unek-unek nya "Sudahlah!" Elizabeth mengoleskan obat itu pada lukanya.

"Ini bukan racun, Tapi ini obat untuk luka. Tidak percaya ya sudah" Elizabeth berusaha berdiri, namun di tahan Abraham.

"Lakukan!"

Elizabeth melanjutkan mengoleskan obat itu dan memperban nya.

"Saya baru tau anda pandai melempar, bahkan saat saat gelap nyonya? Apa tadi hanya kebetulan saja?" tanya sekertaris Kim.

"Dulu, Setiap hari minggu saat SMA, aku sering ikut teman bermain di tempat panahan dan aku sangat suka sekali. Di sana juga di ajarkan untuk cara melempar tanpa busur. Ya bisa jadi ini sebuah ke ahlian ku?"

"Benarkah? Aku baru tau. Kau sering belajar panahan. Kenapa kau tak pernah cerita?" ujar Abraham.

"Ya mungkin karena kamu tak pernah bertanya"

"Selesai" ujar Elizabeth telah memperban luka Abraham.

"Sudah larut mau tidur di sini atau pulang?" tanya Elizabeth.

"Kita pulang saja"

"Baiklah. Aku ganti pakaian dulu"

See you next time.

Slow update ya.

Terpopuler

Comments

RezkySr

RezkySr

semangat thoorr

2021-04-01

1

RezkySr

RezkySr

pasti Elis punya saudara kembarnya yg memang terpisahh satu ikut ibunya dan Elis ikut ayahnya

2021-04-01

1

Wati_esha

Wati_esha

Terima kasih update nya ya.
Next, ditunggu kelanjutannya.

2021-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!