Bab 18

Setelah mandi, Elizabeth keluar dari kamar mandi dan tidak melihat adanya Abraham di kamar.

"Dimana dia?" Elizabeth mengedarkan pandangannya ke segala arah di kamar itu, namun tak ada yang Elizabeth cari.

"Honey?!" Elizabeth mencoba memanggil Abraham.

Elizabeth keluar kamar untuk mencari Abraham, banyak yang ingin dia tanyakan. Elizabeth turun, di sana kosong tak ada siapa-siapa.

"Ada yang anda butuhkan, nyonya?" tanya Sekertaris Kim mengagetkan Elizabeth karena tiba-tiba muncul dari belakang.

"Astaga, Sekertaris Kim. Kau mengangetkan ku saja" Ujar Elizabeth sambil mengusap dadanya yang berdebar akibat terkejut.

"Kenapa anda keluar, nyonya? Apa ada yang anda butuhkan?" tanya Sekertaris Kim lagi.

"Ah tidak ada!" Jawab Elizabeth cepat "Kenapa anda belum tidur, Sekertaris Kim?" Elizabeth mencoba mengalihkan pembicaraan.

Elizabeth menengok kanan dan kiri, mencari keberadaan Abraham, namun orangnya tetap tak kunjung keluar.

"Ada yang anda cari, nyonya?" tanya Sekertaris Kim lagi.

"Ah itu. Apa....?" Elizabeth berhenti karena binggung harus ngomong apa?

Elizabeth masih fokus dengan pencariannya dan tertuju pada pintu ruang kerja. "Apa dia di sana?"

"Tuan tidak ada di sana, nyonya" ujar Sekertaris Kim, seakan tau Elizabeth mencari Abraham.

"Si..siapa juga yang mencari tuan mu itu, Sekertaris Kim?" ujar Elizabeth terbata-bata.

"Lalu kenapa anda ke bawah, nyonya?"

"Aku hanya mau mengambil minum" Jawab Elizabeth melangkah gelagapan ke dapur.

"Air sudah di sediakan di kamar, nyonya. Jadi anda tak perlu turun" Ungkap Sekertaris Kim memberhentikan langkah Elizabeth.

"Ah, itu. Airnya abis" Jawab Elizabeth berbohong, sebenarnya dia juga tidak tau airnya habis atau tidak.

"Benarkah, nyonya?!"

"Ia. Aku akan ke dapur" Elizabeth melangkah pergi ke dapur.

"Sekertaris Kim, Bos besar dimana?" ujar seseorang pada Sekertaris Kim, membuat Elizabeth memelankan langkahnya untuk mendengarkan percakapan mereka. Sekertaris Kim melihat sekilas tingkat Elizabeth.

"Apa benar kata Bram, bahwa anda mulai khawatir dengan tuan, nyonya?"

"Kau lambat sekali!" ujar Sekertaris Kim pada orang itu.

"Aku itu dokter, bukan pesulap yang bisa datang dengan sekali panggil. Cring langsung sampai. Aku sudah seperti orang mabuk di jalan. Bisa bisanya kalian memberikan waktu hanya 20 menit untuk sampai, sedangkan seharusnya membutuhkan waktu 35 menit dengan kecepatan 80 km/jam" Cerocosnya tidak terima "Lagipula kenapa tuan mu itu? suka sekali luka malam-malam, kan aku sudah tidur" lanjut protes orang itu.

"Anda bisa tanyakan langsung pada tuan, Dokter?"

"Dokter? Tuanmu terluka? Abraham? Apa Abraham yang terluka? Bukankah dia baik-baik saja tadi?"

Sekertaris Kim dan dokter itupun naik. Elizabeth mengintip kearah mana mereka akan pergi

"Apa benar Abraham yang terluka?" Tanya Elizabeth dalam hatinya.

Elizabeth mengurungkan niatnya ke dapur dan melangkah ke arah ruangan yang di masukin Sekertaris Kim dan Dokter itu.

Di depan pintu.

Elizabeth mendengarkan percakapan di dalam sana, karena pintu tak terkunci sempurna, masih ada celah untuk Elizabeth mengintip.

"Kau terlambat, Yoseph!" ujar Abraham melihat dokter itu, dokter yang bernama Yosephine itu menampakkan wajah kesalnya kepada majikannya itu. Yoseph adalah Dokter keluarga Duken.

"Maafkan saja, tuan. Saya sudah berusaha untuk cepat datang kesini dari rumah" ucap Dr. Yoseph sambil membuka peralatannya.

"Kamu tidak ke rumah sakit?"

"Mana ada, dokter jam segini masih di rumah sakit, Tuan. Kecuali keadaan mendesak, ada pasien gawat darurat"

"Bagian yang mana yang terluka, tuan?" tanya Dr. Yoseph itu, melihat tak ada yang terluka di tubuh tuannya itu.

Abraham berbalik dan menunjukkan tubuh belakangnya. Abraham melepaskan bajunya yang berdarah dan ada kain yang terbalut juga dengan penuh darah, membuat dokter muda itu sangat terkejut.

Dokter itu melepaskan balutan kain yang tebal di belakang tubuh Abraham.

"Astaga! Apa yang anda lakukan dengan tubuhmu ini, tuan? Kenapa di balut dengan kain sangat tebal?" Gerutu nya sambil memutar tali itu. Dr. Yoseph akan menjadi cerewet, jika mulai dengan pengobatannya.

Betapa terkejutnya dia, bahwa kain tebal menutupi luka yang dalam dan besar.

Elizabeth terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Dia tadi tak melihat punggung itu berdarah, Karena Abraham sudah berusaha menutupinya dengan kain yang sangat tebal, namun baru saja Elizabeth masuk ke kamar mandi darah sudah kembali sampai ke permukaan.

"Astaga. Astaga. Astaga. Ini benar-benar sangat dalam. Anda habis ngapain sih, tuan? Kenapa ada bekas luka sebesar ini? Kenapa kau tak pernah mempedulikan tubuhmu ini" cerocos Yoseph sambil terus memberikan alkohol.

"Berisik?!" bentak Abraham.

"Anda bisa diam, Dokter?!" tanya sekertaris Kim.

"Sudah ku bilang kan, Kim. Jangan panggil dia. Dia itu hanya bisa mengoceh saja" ujar Abraham marah Sekertaris Kim.

"Maafkan saya, tuan" ujar Sekertaris Kim

"Maaf maaf maaf. Bagaimana cara kau Kim, menjaga tuamu ini? Bagaimana bisa dia terluka sedalam ini? Sudah tau begini, kau seharusnya membawa tuan mu ini kerumah sakit, ini sangat bahaya jika tidak langsung di obati" ucapnya pada Sekertaris Kim dan terus mengelap darah yang masih mengalir.

"Saya sudah meminta, tuan ke rumah sakit, Dr. Tapi Tuan ingin pulang terlebih dahulu"

"Seret saja, Kim. Kalau tuan mu ini tak mau. Kau jangan begitu takut dengan tuan mu ini. Dia memang keras kepala" Yoseph mengambil peralatan menyahit nya, dan siap menjahit luka tuannya itu.

"Apa kakak ipar tau, tuan? Dia pasti khawatir melihat anda seperti ini. Ku dengar, kakak ipar telah ketemu dan kalian sudah menikah? Dimana dia?

"Kau bisa diam, Yoseph?!" bentak Abraham membungkam mulut Yoseph sebelum dia membuka mulutnya lagi "Dia tak perlu tau, hanya luka kecil"

"Luka kecil? Yang luka besar yang seperti apa?!" tanya Elizabeth yang sudah tidak tahan lagi dan keluar dari persembunyiannya.

"Kakak ipar?!"

Abraham mematung mendengar suara Elizabeth di sana.

"Diam! Tak usah bergerak, biarkan dokter melakukan tugasnya" ujar Elizabeth yang melihat Abraham yang akan memutar tubuhnya. Dokter Yoseph diam, merasakan ada yang berbeda dari nyonya itu.

"Apa yang anda lakukan, dokter?" tanya Elizabeth melihat Dr. Yoseph terdiam.

"Aku akan menjahitnya sekarang? Perlu aku bius atau tidak, tuan?" tanya Dr. Yoseph pada Abraham.

"Jahit saja, Tak perlu di bius. Hanya luka kecil" ujar Abraham. Dokter itupun mulai menjahitnya dengan teliti.

Elizabeth mendekat dan menyentuh punggung abraham.

"Ini, pasti sangat sakit kan, honey?!" ujar Elizabeth yang sedih melihat luka itu. Lagi-lagi, Dr. Yoseph dan Sekertaris Kim di buat terkejut.

"Hanya luka kecil, Elis" Abraham mencoba menenangkan Elizabeth.

"Kau mau apa? Mau makan apa? Aku akan buatkan?" ujar Elizabeth yang sudah gupek.

"Apa kau, yakin? Kau bisa masak apa saja?" tanya Abraham.

"Nasi goreng, aku bisa masak nasi goreng. Aku akan turun dan memasaknya jika kau mau?"

"Boleh"

"Aku juga mau, kakak ipar" Ujar Dr. Yoseph pada Elizabeth.

"Oke. Aku akan memasak untuk kalian" Elizabeth langsung pergi ke bawah. Abraham menyetujui Elizabeth masak, karena dia tak mau Elizabeth melihat sampai akhir proses pengobatannya. Sedangkan Elizabeth bingung harus apa?.

"Siapa yang kakak ipar mu? Dia istriku!" Abraham tidak terima.

"Tapi saja rasa, Nyonya berubah ya, tuan?!" ujar dokter itu terus melanjutkan jahitannya.

"Berubah bagaimana ya, dokter?!" tanya Sekertaris Kim yang penasaran.

"Aku rasa begitu, Yos" jawab Abraham.

"Nyonya lebih periang dan makin cantik"

"Kau ingin mati, dokter?!" tanya Sekertaris Kim.

"Hehehe"

"Tapi menurutku memang benar, Kim. Dia lebih mengemaskan" ujar Abraham setuju dengan pernyataan Yoseph.

"Tuh Kim, tuan mu saja setuju. Iya kan, bos? Nyonya lebih imut, tapi juga sedikit beribawa dan menakutkan. Tadi tatapannya seperti dirimu bos, apa karena sering bersama anda, sehingga cara menatapnya saja sama seperti anda. Sama sama menusuk dan tajam" Jawab Dr. Yoseph sambil membalut luka Abraham.

"Aku juga merasa begitu" Abraham ingat saat Elizabeth sangat berani mengatakan semua sama Haruki saat itu. Tatapan dan caranya bicara tidak seperti Elizabeth yang lembut, namun seperti orang yang sangat berani dan tak takut akan kematian.

"Iya kan, Kim? Bos besar saja setuju. Tapi bukankah nyonya jadi lebih menarik. Selesai." Dr. Yoseph Akhirnya selesai memperban luka Abraham.

"Apa kau ingin mati, Yoseph?!" tanya Abraham, membuat Yoseph segera menutup mulutnya "Ku maafkan sekali ini, kau mengatakan semua itu tentang Elis-ku, sampai suatu saat kau mengatakan yang tidak-tidak, akan ku potong lidahmu" ujar Abraham mengancam.

"Maaf kan aku, tuan besar"

"Em"

"Anda baik-baik saja, tuan besar?" tanya sekertaris Kim cepat melihat Abraham memenggang kepalanya.

"Aku baik-baik saja"

"Tuan, anda harus banyak-banyak beristirahat. 1 jam lagi akan ada yang melepaskan transfusi darahnya" ujar Yoseph saat ini, Abraham sedang melakukan transfusi darah, karena darah Abraham banyak yang keluar. Itulah yang membuat kepala Abraham sakit. "Ingat! Jangan makan sesuatu yang bisa memicu elergi, jangan bergerak terlalu keras, itu bisa membuka jahitannya" ujar Dr. Yoseph "Kim, beli obat tuan di apotik. Ini sudah aku tuliskan resepnya" lanjut Dr. Yoseph memberikan resepnya pada sekertaris Kim.

"Kalian keluarlah" usir Abraham "Kim bangunkan aku 20 menit lagi. Aku ingin istirahat sebentar"

"Baik, tuan" jawab sekertaris Kim dan Dr. Yoseph bersamaan.

"Ingat! tuan jangan bergerak terlalu kuat, misalnya seperti bermain kuda-kuda dengan nyonya itu juga tidak boleh"

"Berisik?! Pergilah!" usir Abraham.

"Ayo, dokter" ujar Sekertaris Kim mempersilahkan.

Di luar, Sekertaris Kim menyuruh Alex untuk membeli obat Abraham yanh ada di resep Dr. Yoseph itu tadi

Melihat Sekertaris Kim dan juga Dr. Yoseph turun, Elizabeth mendatangi mereka, karena nasi gorengnya pun sudah selesai.

"Kalian sudah turun? Bagaimana keadaannya?" tanya Elizabeth mendekat pada Sekertaris Kim dan juga Dr. Yoseph.

"Nyonya?!"

"Kakak Ipar, anda tak perlu khawatir. Tuan baik-baik saja. Hanya butuh istirahat saja dan meminum obatnya secara teratur. Saat ini tuan, sedang melakukan transfusi darah, tuan kehilangan banyak sekali darah dan hebatnya dia tak pingsan, malah terlihat baik-baik saja"

"Benarkah?! Apa obatnya sudah di minum?"

"Saya sedang menyuruh Alex untuk membeli obatnya, nyonya" Jawab Sekertaris Kim

"Oh jadi belum minum obat, ya? Apa saat ini, dia tidur? Aku sudah memasak nasi gorengnya untuknya"

"Iya nyonya, tuan sedang beristirahat sekarang"

"Oh begitu" Jawab Elizabeth "Aku juga memasak untuk kalian, makanlah! Ku harap sesuai dengan selera kalian"

"Aku di buatkan juga? Aku hanya bercanda tadi, kakak ipar. Aku malah merepotkan" ujar Dr. Yoseph tidak enak hati karena telah merepotkan majikannya itu.

"Tidak apa-apa, Dr. Sekalian juga masaknya, jadi tidak merepotkan sama sekali" Jelas Elizabeth.

"Aku yang senang, anda mau datang malam-malam begini. Aku tidak tau jika anda menolak untuk datang"

"Sudah kewajiban saya, nyonya" ujar Dr. Yoseph merasa binggung "Anda sangat berubah ya, nyonya? Dan seperti anda tak mengenal saya"

"Apa kita pernah ketemu?"

"Ah? Kita sering bertemu nyonya, saya dokter pribadi tuan, nyonya. Saat anda demam, saya juga yang mengobati anda. Masak anda melupakan saya?! Kim tolong jelaskan semua ini!" tanya Dr. Yoseph yang tambah tidak mengerti.

"Nyonya mengalami lupa ingatan, Dr. Dia tak mengingat kita?"

"Benarkah? Apa anda pernah mengalami kecelakaan? Kenapa aku tidak tau?" tanya Dr. Yoseph.

"Itu juga yang saya pertanyakan, Dr" Jawab Elizabeth "Apa anda bisa, memeriksa kepalaku? Aku benar-benar tak ingat apa-apa?!" ujar Elizabeth pada Dr. Yoseph.

"Anda terlihat baik-baik saja. Datanglah besok ke rumah sakit, Dr. Erdan akan memeriksanya dengan teliti"

"Saya sudah membuat janji dengan Dr. Erdan besok, Dr" Jelas Sekertaris Kim.

"Benarkah? Kenapa Erdan tidak mengatakan apapun padaku?"

"Tuan yang memerintahkan kepada Dr. Erdan untuk tidak mengatakan pada, anda, karena tak ingin merepotkan anda"

"Bulsit. Malam-malam begini apa itu tidak merepotkan? bilang saya tak mau mendengarkan kicauan ku"

"Itu salah satunya" jawab Sekertaris Kim santai.

"Bos ini obatnya" ujar Alex yang datang membawa seplastik obat dan juga perban.

Dr. Yoseph memeriksa kembali obat itu.

"Iya ini benar obatnya. Kim, pastikan tuan mu meminumnya sampai habis"

"Berikan pada ku, dokter" ujar Elizabeth pinta Elizabeth.

"Apa saya bisa meminta bantuan anda, nyonya?" tanya Sekertaris Kim"

"Ada apa sekertaris Kim?!"

"Tolong, pastikan tuan minum obatnya sampai habis. Tuan susah sekali untuk minum obat. Saya harap dengan anda dia mau minum obatnya"

"Saya juga mohon nyonya. Obat ini harus habis, karena ini tebasan pedang, saya takut besinya berkarat" jelas Dr. Yoseph

"Saya akan berusaha" ujar Elizabeth "Tapi bagaimana bisa Abraham kena pedang, Sekertaris Kim?"

"Tanyakan saya pada tuan, nyonya. Saya tidak tau harus bercerita seperti apa"

"Baiklah?! Selamat makan"

Elizabeth mengambil nampan yang telah dia siapkan, nasi goreng dan segelas susu yang Elizabeth siapakah untuk Abraham dan meninggalkan mereka berdua.

See you next time.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Sudah banyak orang yang merasa Elisabeth berubah. Kenapa Kim tidak juga bergerak menyelidikinya

2021-04-15

1

RezkySr

RezkySr

lanjutt thorr

2021-04-11

1

acenggg

acenggg

aaaa makinnn seruuuuu lanjuuttt thoorrr smngtttttt

2021-04-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!