Setelah makan Abraham dan Sekertaris Kim masuk ke ruangan kerja Abraham, sedangkan Elizabeth kembali ke kamarnya.
Abraham duduk di kursinya dan Sekertaris Kim hanya berdiri.
"Kau mau di hukum apa, Kim?" tanya Abraham langsung.
"Hukuman apa ini? Apa hukuman untuk, nyonya yang tidak menunggunya? Apa nyonya tidur semalam? Ah tidak mungkin tadi nyonya dan tuan besar terlihat baik-baik saja"
"Iya kau benar. Elis tak menunggu ku. Dia tertidur. Dan kau telah berbohong padaku, Kim" ujar Abraham seakan tau isi pikiran sekertaris nya itu.
"Ha? Kenapa tadi mereka terlihat baik-baik saja?"
"Maafkan saya, tuan besar. Saya hanya menebak saja semalam, tuan besar"
"Jadi itu hanya tebakan mu saja, Kim? Berani sekali kau menyampaikan tebakan mu itu padaku!"
"Maafkan saya, tuan besar"
"Katakan hukuman apa yang kau inginkan, Kim? Aku kasih kau kebebasan untuk memilih sendiri hukuman mu itu"
"Apa aku bisa tidak memilih, tuan besar? Hukuman kok pilih sendiri, ini bisa di bilang berkah apa musibah, wahai tuan?"
"Berani sekali kau membuatku menunggu, Kim" Abraham mengarahkan pistol yang sudah di aktif kan siap tembak ke sekertaris nya itu.
"Maaf kan saya, tuan besar. Saya..." ucap Sekertaris panik. Abraham tertawa melihat tingkah sekertaris nya itu.
"Kenapa malah tuan besar tertawa?"
"Sudahlah. Duduk!" Kim Bingung namun dia memilih tetap berdiri.
"Ha?"
"Duduk!"
"Maafkan saya, tuan besar!" Sekertaris Kim tetap berdiri.
Abraham pindah duduk di ke sofa.
"Apa kau tak mendengar perintah ku, Kim!" bentak Abraham"
"Maaf kan saya, tuan besar" Dengan rasa takut Sekretaris Kim mengikuti perintah tuannya itu. Dia duduk di depan Abraham.
"Bagaimana dengan yang aku suruh semalam, Kim? Apa kau sudah mendapatkannya?"
"Sudah, tuan besar"
Sekertaris Kim memberikan berkas yang dia bawa pada Abraham.
"Nyonya benar kuliah di Universitas Massachusetts jurusan programmer, tuan besar.
"Apa ini bisa di percaya, Kim?"
"Ini saya dapatkan dari Rektor Massachusetts sendiri, tuan besar"
"Aku tak mengerti, Kim? Kenapa aku merasa tidak mengenalnya" ujar Abraham "Dia bilang ada ayah dan aku tau ayahnya sudah meninggal saat dia masih bayi. Setahuku dia lari di hari pernikahan kami dengan laki-laki itu dan hamil anaknya, tapi dia masih perawan, Kim. Lalu ini, yang aku tau dia tak suka belajar hanya ingin jadi model, tapi ternyata dia sekolah di Massachusetts jurusan programmer yang sulit. Apa dia orang yang berbeda, Kim?"
"Bagaimana bisa, tuan besar, dengan wajah yang sama dan namanya yang sama? Elizabeth Liman. Itu tidak mungkin orang yang berbeda tuan. Setidaknya mungkin salah satu saja, nama atau wajahnya"
"Kau benar, Kim" Abraham membenarkan pernyataan Sekertaris Kim "Apa dia lupa ingatan? Dan ingatan yang ada di kepalanya adalah ingatan orang lain yang namanya sama, Kim?"
"Apakah bisa seperti itu, tuan besar?" tanya Sekertaris Kim yang tidak yakin
"Kau yang harus cari tau, Kim"
"Baik, tuan besar"
"Sekarang, katakan!"
" Sekarang anda ingin aku mengatakan apa, tuan besar? Aku sudah mengabdi padamu 20 tahun tuan, tapi aku masih tidak bisa mengerti dirimu"
"Katakan kau mau di hukum apa, Kim?"
"A....A...Apa? Ku kira tadi sudah selesai"
"Maafkan saya, tuan besar. Saya tak bisa memilih hukumannya"
"Cih. Cari hukuman untuk diri sendiri saja tak bisa, tapi memberikan hukuman pada orang lain kau pintar, Kim" ejek Abraham
"Karena diriku sendiri itu, tuan besar. Makannya sulit"
"Maafkan saya, tuan besar. Saya akan menerima hukuman apapun dari anda, tuan besar"
"Benarkah?" tanya Abraham.
"Benar, tuan besar"
"Jika aku mau nyawamu?"
"Maka ambil nyawaku, tuan besar" jawab Sekertaris Kim mantap..
"Kau tak asik, Kim. Sudahlah bermainnya" ujar Abraham "Aku memberikanmu libur hari ini. Pulanglah dan istirahat. Cari tau besok saja. Semua akan di handel Doris"
"Apa libur hukuman saya, tuan besar?" tanya Sekertaris Kim tidak percaya dengan hukuman yang dia dapatkan
"Apa kau merasa libur adalah hukuman, Kim?"
"Iya, tuan besar"
Abraham tertawa mendengar jawaban sekertaris nya itu. Sekertaris Kim tak suka libur, karena jika dia libur maka pekerjaan esoknya akan menumpuk.
"Semua senang libur, Kim. Tapi kau? tak pernah ingin libur. Kecuali kau sakit dan itu terjadi 1 kali dalam setahun"
"Maafkan saya, tuan besar"
"Aku malah ingin kau libur satu bulan dan menyuruhmu pulang ke Korea, Kim" ujar Abraham. Sekertaris Kim hanya bisa diam "Apa kau tak rindu pada ibu dan ayahmu, Kim?" ujar Abraham kembali. Dan sekertaris Kim hanya diam. Rindu? Pasti! Tapi keras kepalanya yang membuatnya tak ingin pulang.
"Maafkan saya, tuan besar. Saya tak ingin libur ataupun pulang, tuan besar" jawab Sekertaris Kim
"Tapi itu hukuman mu, bagaimana?"
Sekertaris Kim terdiam.
"Sudahlah. Aku tak bisa memaksamu, Kim. Jika kau ingin pulang, maka pulanglah. Jika kau masih ingin di sini aku tak akan memaksamu untuk pulang"
"Terima kasih, tuan besar"
"Sampai kapan kau akan memanggilku tuan besar, Kim? Kita adalah sahabat dari kecil"
"Anda adalah tuan saja, tuan besar. Kewajiban saja untuk memanggil anda tuan besar"
"Coba kamu cari tau jadwal kuliah Elis, Kim?" ucap Abraham yang malas mendengar jawaban sekertaris Kim.
"Apa tuan besar akan membiarkan nyonya untuk berangkat kuliah?"
"Aku ingin lihat sampai mana dia bersandiwara"
"Saya sudah mencari tau jadwal nyonya, tuan besar"
"Bagus. Aku selalu di buat bangga oleh mu, Kim. Elizabeth semalam memang tidur, namun ia bukan tak menungguku, dia tertidur karena kita pulang terlalu larut. Bahkan dia sengaja tidak makan semalam dan ingin makan bersama ku"
"Benarkah itu, tuan besar?" ucap sekertaris Kim senang.
"Aman"
"Katakan!" perintah Abraham
"Hari ini, nyonya ada kelas pagi jam 08.00, tuan besar"
Abraham melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 07.15.
"Kenapa kau tak bilang dari tadi, Kim? Dia bisa terlambat!" Abraham meninggalkan Sekertaris Kim dengan kebingungan.
"Apa langsung pagi ini juga?"
Di sisi lain.
Elizabeth memilih untuk menonton TV. Bosen? Rindu dengan pelajaran dan apalagi hari ini pelajaran yang sangat digemari Elizabeth.
"Aku bosen. Kapan aku bisa kembali kuliah? Aku ingin kembali kuliah. Bagaimana dengan beasiswaku? Apa akan di cabut, jika aku tidak masuk masuk ?. Nilai ku pasti akan menurun nih" Elizabeth memilih duduk di sofa menonton TV.
"Aku rindu ayah. Andai aku dengarkan ayah dahulu, untuk tidak ke Amrika. Pasti tidak akan terjadi seperti ini" tak terasa air mata jatuh di pipinya.
"Hiks hiks Ayah aku rindu ayah. Ayah rindu Elis tidak?"
"Ayah masih hidup apa tidak, ya? jika aku lupa ingatan? Berapa lama aku lupa semuanya?" Elizabeth ingat kata sekretaris Kim yang mengatakan berbohong saat dia mengatakan ayah.
"Apa ayah sudah meninggal? Kan sekarang aku sedang lupa ingatan, jadi aku ingat ayah masih hidup." Terka Elizabeth.
Air mata terus mengalir di pipinya.
"Krek" pintu terbuka, membuat Elizabeth mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang masuk.
Melihat Abraham yang masuk, segera Elizabeth memalingkan pandangannya dan menghapus air matanya.
"Dia menangis? Begitu ingin kah untuk kuliah"
"Siap-siaplah. Kita akan pergi!"
"Kemana?" tanya Elizabeth.
"Bukankah hari ini kau ada jam pagi?"
"Apakah kau mengizinkan aku berangkat ke kampus?" tanya Elizabeth bahagia mendengar ucapan Abraham tadi.
"Cepatlah! Apa kau ingin terlambat?" ujar Abraham "Lima menit. Kau punya waktu lima menit untuk siap-siap. Aku akan menunggu dibawah"
"Siap, bos"
Elisabeth pergi keruang ganti, Abraham turun ke bawah.
Belum ada lima menit, Elizabeth sudah turun ke bawah.
"Sudah. Ayok" Elizabeth bersemangat.
"Kau sudah selesai? Kau akan pakai ini ke sekolah?"
Elisabeth hanya memakai celana jeans dan juga kaos. Rambut yang di ikat Cepol, make up hanya dengan bedak dan dipadukan dengan liptin saja.
"Apakah aneh?" tanya Elizabeth. Dia tak ingin hanya karena pakaian dia tak akan berangkat ke kampus.
"Oh tuhan jika aku di suruh ganti aku akan terlambat? Berapa lama ya dari sini ke kampus?"
Abraham melepaskan ikat rambut Elizabeth.
"Sempurna"
"Apa aku harus ganti, honey?" tanya Elizabeth hati-hati.
"Tidak! Ayo" ujar Abraham mengandeng tangan Elizabeth.
Di mobil.
"Apa kau jika kuliah selalu berpenampilan seperti itu?" tanya Abraham.
"Iya. Apakah ada yang salah?"
"Iya. aku tak suka jika kau mengikat rambut mu. Ingat! jangan ikat rambutmu jika di luar rumah"
"Kenapa?" tanya Elizabeth tak mengerti.
"Karena aku tak suka!" jawab Abraham "Jika kau ingin menunjukkan lehermu, cukup dengan aku saja"
"Apa?! ah iya"
"Iyain aja deh. Biar engga panjang urusannya. Aku lagi senang saat ini. Aku akan kuliah. Yes"
Di depan kampus Massachusetts.
Dengan semangat Elizabeth membuka pintu mobil saat mobil berhenti, namun pintu itu di kunci.
"Aku akan pergi?!" pamit Elizabeth dan berharap pintu itu segera di buka.
"Kenapa kau terburu-buru sekali, Elis?!" tanya Abraham.
"Oh tuhan. Aku hampir terlambat"
"Aku hampir terlambat, honey" ucap Elizabeth manja.
"Semoga ini menyelamatkan aku. Setelah ini aku akan mudah untuk kabur"
"Dan kau akan dengan mudah kabur, begitu?" Abraham seakan tau pikiran Elizabeth.
"Ti...tidak aku tak ada akan kabur. Benaran. Suer" Elizabeth menunjukkan jari tengah dan telunjuk menunjukkan huruf V.
"Aku tidak percaya!"
"Bagaimana caranya agar kau percaya?"
"Buat aku percaya, baru aku izinkan keluar dari mobil ini"
"Bagaimana ini?!" Elizabeth panik
"Aku tidak akan kabur. Aku berjanji padamu"
"Dulu kau berjanji dan kau pun kabur dariku"
"Jika aku tidak pulang tempat pada waktunya, kau boleh membunuhku. Bagaimana?"
"Aku tak butuh nyawamu!"
Elizabeth cemberut, sudah tak ada lagi akalnya untuk membuat Abraham percaya padanya. Karena dirinya sendiri tak bisa percaya pada dirinya. Ingatan ini benar atau salah?
"Sudahlah. Kita pulang saja" ujar Elizabeth pasrah.
"Kau tak ingin ke kampus? Bukankah kau sangat ingin kuliah?"
"Tapi aku tak tau harus bagaimana membuatmu percaya padaku" jawab Elizabeth pasrah.
"Baiklah, aku percaya"
"Benarkah?!" ucap Elizabeth gembira sampai tanpa sadar memeluk Abraham.
"Maaf. Aku terlalu senang" ucap Elizabeth sambil melepaskan pelukannya.
"Oke. Aku masuk, ya?"
Elizabeth mencoba membuka pintu mobil, tapi pintu mobil masih tertutup.
"Honey, kok masih di kunci, pintunya?"
"Begitu caramu pamit, Elis?"
"Ya begitulah pamit. Jadi aku harus Bagaimana? Apa..?"
Elizabeth melihat sekitar, Sepi...dengan cepat Elizabeth mendekatkan wajahnya ke wajah Abraham dan mencium pipinya.
"Aku masuk dulu ya, honey. Boleh, ya?"
"Em. Ingat! jangan berani kabur"
"Iya. Aku Elizabeth Liman berjanji tidak akan kabur"
"Dan ingat! jangan dekat-dekat dengan laki-laki lain. Aku melarang mu. Kau milikku, Elis dan aku tidak mau kau di sentuh orang lain"
"Iya. Siap"
Abraham menarik Elizabeth dan mencium bibir Elis. Elizabeth terkejut karena ciumannya tiba-tiba.
"Bagaimana jika ada yang melihat? Honey"
Elizabeth melihat sekeliling dan ternyata sepi.
"Bagus, jika ada yang melihat. Mereka akan tau kau milikku!" ujar Abraham "Sana pergi! Nanti terlambat!" usir Abraham.
"Oh iya. Bye" pamit Elizabeth dan keluar dari mobil. Elizabeth melambaikan tangannya.
"Ah aku terlambat!"
Elizabeth berlari ke kelasnya, dan untung saja dosennya ternyata belum masuk.
"Ha ha ha. Prof. Gramam belum masuk toh?!" tanya Elizabeth engos-engosan akibat berlari pada Raisya dan langsung duduk di sampingnya.
"Elis. Loe kemana aja? Seminggu ini" Raisya malah balik bertanya.
"Hai bro. Kemana aja Loe seminggu ini?" tanya Reyhan pada Elis dan mengajak Tos tinjunya kearah Elizabeth. Reyhan duduk di samping Raisya.
Elizabeth menerima tos tinju Reyhan. Ini adalah kebiasaan Elizabeth dengan Reyhan bila bertemu yaitu melakukan tos tinju.
"Engga kemana-mana kok. Di sini aja?!"
"Kamu ada masalah, Elis? Aku tuh udah ngehubungin seratus kali tau, tapi engga Loe jawab"
"Handphone ku rusak, Sya. Hehehe maaf"
"Kemana kamu seminggu ini, Lis. Bahkan aku ke kosan kamu, kamu juga engga ada. Kamu kemana? Aku sama Raisya benar-benar khawatir tau" ujar Reyhan.
"Maaf. Hehehe. Aku ada urusan"
"Urusan apa?!"
"Udah selesai kok"
"Huhuhu aku kangen tau, Lis" ujar Raisya memeluk Elis.
"Aku juga kangen kalian semua"
"Dih alay" ucap Reyhan namun terus memandang kedua temannya itu yang masih berpelukan.
"Good morning" sapa dosen yang masuk melepaskan pelukan kedua sahabat itu.
"Habis ini. Loe harus cerita, kemana aja Loe selama seminggu" ujar Raisya.
"Siap!"
Pelajaran berlangsung.
Setelah pelajaran selesai.
Raisya dan Reyhan langsung mengajak Elis makan di kantin, sebelum mereka akan masuk lagi.
Jadwal kuliah Elizabeth hari ini ada 2 mata kuliah, semuanya jam pagi. Jam 08-09.30 dan 10-11.30.
"Sekarang. Waktunya bercerita, Elis. aku sudah tidak sabar menunggu nanti siang"
"Siang juga aku tidak bisa"
"Kenapa?" tanya Reyhan dan Raisya bersamaan
"Jadi sekarang waktu yabg tepat. Ceritalah " kedua teman Elizabeth tersebut sudah siap untuk mendengarkan.
"Aku..aku...aku.... aku"
"Aku apa, Lis?!" tanya Reyhan yang sudah tidak sabar.
"Aku..."
"Aku...Aku lagi.. Aku tampol loe" ujar Raisya.
"Aku bekerja" jawab Elizabeth cepat.
"Maafkan aku kawan-kawan. Aku tidak bisa cerita yang sejujurnya"
"Bekerja? ayahmu tidak mengirim kan uang, Lis?" Tanya Raisya.
"Kamu butuh uang untuk apa?"
"Ayah sedang kesusahan sepertinya"
"Maafkan aku, ayah"
"Kan kamu bisa pinjam dengan aku ataupun Rey, Lis. Kan Rey"
"Iya Lis. Kau bisa punya aku dulu"
"Tidak apa-apa, Sya Rey aku sudah dapat pekerjaan"
"Kau dapat pekerjaan dimana dan pekerjaan apa?"
"Sebaaiy pembantu, Rey"
"Dimana? Apa majikan mu baik?"
"Baik kok. Baik banget, Rey"
"Kenapa kamu tidak cerita pada kami. Setidaknya kamu bisa kerja di tempat yang lebih baik, Lis"
"Engga apa-apa kok, Sya. Engga buruk juga jadi pembantu"
"Bukan gitu, Lis? Apa kamu baik-baik saja?"
"Baik. Aku baik-baik saja kok"
"Pembantu di mana, Lis?"
"Di Y"
"Wah. Disana kumpulan orang kaya, Lis. Dan disana sulit angkutan umum, Lis. Bahkan taksi? Kau akan pergi ke kampus naik apa?"
"Aku di antarin kok, Rey?"
"Sama siapa? dianterin siapa, Lis?" tanya Reyhan yang penasaran.
"Sama..sama...Sama...."
"Sama siapa Lis?" kali ini Raisya yang penasaran
"Bosnya, Rey, Sya"
"Kok bisa?" Tanya Reyhan dan Raisya bersamaan.
"Karena sekalian bareng. Si bos juga mau pergi ketempat kerjanya"
"Emang dia kerja dimana?"
"Aku engga tanya, Rey"
"Apa dia suka sama kamu, Lis? Apa dia masih muda, Lis?"
"Kamu ngomong apa sih, Sya. Mana ada! Sudah yuk masuk. Sebentar lagi dosen masuk"
"Lis?!"
"Apa lagi, Rey? Sudahlah yuk!"
"Lis, aku percaya sama kamu. Kalau kamu butuh bantuan. Kamu tinggal bilang aja. Aku akan bantu sebisaku.
"Kalian memang teman terbaik aku"
Elis memeluk Raisya dan Rehyan juga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Laras Azfar
apa elis punya kembaran ya
2021-11-19
0
RezkySr
lanjut thort
2021-03-31
0
Ariya Elf
baru baca da dibuat penasaran..
apa mungkin ayah elis menyembunyikan sesuatu dri elis sehingga elis nerima takdir seperti ini..
semangat y thor buat novelnya..
jaga kesehatan jga thor...
2021-03-31
1