Elisabeth menganga melihat rumah yang sangat besar.
"Ini istana?" ujar batin Elisabeth.
"Silahkan, nyonya" ujar Sekertaris Kim yang sudah di luar sambil membuka kan pintu mobil Elisabeth.
Elisabeth semakin tidak percaya
"Ini benar-benar istana"
"Di mana ini, tuan? Apa ini istana?" tanya Elisabeth polos yang sampai saat ini belum tau nama orang itu. Tadi sekertaris Kim sudah menyebutkan namanya, namun sepertinya hanya lewat saja, karena saat itu Elizabeth masih sangat binggung.
"Ini bukan istana. Ini Mension tuan besar Duken"
"Mension ? Apa itu sejenis istana?"
"Tidak menurutku lebih sejenis rumah"
"Rumah? Ini bisa dibilang istana, tuan?"
"Jangan panggil saya tuan, nyonya. Anda seperti tidak pernah ke sini saja, nyonya"
"Iya. Tentulah aku belum ke sini. Aku bahkan tidak mengenal kalian"
"Saya tidak ingin bercanda, nyonya. Ikuti saya" ujar orang itu dan Elisabeth mengikutinya dari belakang.
Cekrek pintu di buka oleh seorang yang berpakaian hitam tadi. Terlihat beberapa orang berbaris menyambut dengan menunduk. Mungkin pelayan rumah ini. Elisabeth bisa tau karena pakaiannya.
Orang itu masuk dan Elisabeth mengikuti.
"Selamat datang, nyonya" ujar pelayan itu kompak.
Elisabeth bingung dan ikut memberi hormat. Sebenarnya sekertaris Kim sudah menghubungi pelayan tentang kedatangan Elisabeth.
"Pak Run, antar nyonya ke kamar" ujar sekertaris Kim kepada pak Run sebagai kepala pelayan di Mension ini. Elisabeth tau kalau pak Run itu ketua pelayan karena pakaiannya sedikit berbeda
"Nyonya ikuti saja, pak Run. Dia akan menunjukkan kamar, nyonya. Tugasku sudah selesai"
"Baik. Terima Kasih"
Lelaki itu berbalik dan menunduk hormat. Kemudian melangkah melewati Elisabeth.
"Tunggu!" kata Elisabeth dan memberhentikan langkah orang itu dan kembali melihat Elisabeth.
"Setidaknya beri tau aku namamu. Kita pasti sering ketemu kan?"
"Aku tidak tau ini kepura-puraan atau memang nyonya melupakan saya. Tapi saya akan memperkenalkan diri saya lagi. Saya adalah sekretaris tuan besar Duken anda bisa memangil saya sekertaris Kim" ujar lelaki itu
"Oh. Sekertaris Kim" ujar Elisabeth "Mohon bantuannya sekertaris Kim" ucap Elisabeth polos dan menunduk hormat.
"Tuan akan segera kembali. Sebaiknya anda ke kamar anda dan membersihkan diri"
" Mari ikut saya nyonya" ujar seseorang yang disebut pak Run tadi.
Elisabeth mengikuti pak Run ke lantai atas di depan pintu.
"Ini kamar tuan besar, nyonya" ujar pak Run sopan
"Apa?! Ini kamar tuan kalian?"
"Iya, nyonya. Tapi sekarang menjadi kamar nyonya dan tuan"
"Tidak.! Aku tidak mungkin sekamar dengan tuan kalian. Carikan aku kamar lain. Asal jangan kamar ini" ujar Elisabeth menolak
"Tidak bisa nyonya. Tuan pasti marah. bukankah tuan dan nyonya juga sudah menikah?"
"Menikah? Apaan? Ini acara TV kan, pak?" tanyaku yang masih tidak percaya.
"Apa anda melihat ada kameranya, nyonya? Semua ini benar dan bukan bohongan" ucapnya meyakinkan. Aku langsung duduk lemas tidak berdaya.
"Kalau bukan bohongan, jadi aku beneran menikah? Ini tidak mungkin.. Engga mungkin" ucapku pelan, sangat pelan, mungkin hanya aku yang mendengar.
"Tapi.."
"Kami hanya menjalani tugas, nyonya. Anda bisa langsung tanyakan pada, tuan besar. Kami cuma punya nyawa satu saja nyonya" ucapnya sebelum Elizabeth melanjutkan pertanyaannya.
"Kenapa bahas nyawa sih. Aku jadi takut"
"Anda bisa langsung masuk dan membersihkan diri"
"Ah iya. Pak" Aku melihat kedalam kamar. Aku memejamkan mataku. "Bangunkan aku dari mimpi burukku ini tuhan"
"Baiklah" ucap Elizabeth berdiri dan melangkah pelan dan masuk ke dalam kamar dan pak run menutup pintu.
Mulutnya Elizabeth mengganga melihat isi kamar yang sangat mewah. Terselip wangi maskulin di ruangan ini. Jelas sekali kamar ini milik seorang laki-laki.
"Aku masih tidak percaya" ujar Elisabeth dan melangkahkan masuk.
Elizabeth memilih duduk di Sofa dan berfikir sejenak tentang apa yang sedang dia alami sore hari sampai malam ini.
"Aku penasaran bagaimana Abraham Duken itu"
Panjang lamunannya. Akhirnya Elisabeth memilih masuk ke kamar mandi dan mandi. Selesai mandi ia mengenakan handuk dan keluar.
"Dimana aku akan mendapatkan baju? bajuku juga belum dibawa. Apa aku pakai baju tadi saja ya? tapi sudah kotor. Apa ada lemari baju? dimana lemari? Di sini bahkan tidak ada lemari hanya ada rak buku. Apa aku pakai handuk saja? Aku harusnya tanya sama pak Run"
Elisabeth mendekati rak buku. Ada tombol disampingnya. Dengan rasa penasaran Elisabeth menekan tombol itu. Rak itu bergeser dan terlihat ruangan penuh dengan pakaian, sepatu dan lemari.
"Apakah ini lemari pakaiannya? Wah mewah sekali" ucap Elisabeth kagum karena ini seperti bukan lemari tapi ruangan yang sangat besar.
"Tapi pakaian ini untuk lelaki semua. Apa aku boleh pakai pakaian ini?" ujar Elisabeth mengambil kemeja putih yang tergantung di sana.
"Pakai saja kali ya? Lagi pula mereka yang memaksaku ikut ke sini tanpa membiarkan aku mengambil pakaian ke kosan. Aku tidak tanya sih tadi. Aku terlalu terkejut. Kalau dia marah bagaimana? Ayolah cuma pakaian saja kan?"
Elisabeth memakai kemeja putih itu yang kebesaran. Ia juga mengambil celana namun diurungkannya karena sangat besar untuk ukurannya.
Elisabeth keluar kamar dan duduk di sofa. ia bosan tidak ada Hp. Hpnya sudah tidak ada saat dia sadar. Ia ingin tidur tapi ranjang itu. Dia takut saat tidur dia akan di cekik oleh pemilik kamar. Jadi ia memilih keluar.
Rumah ini sepi. Sangat sepi.
"Kemana orang-orang tadi?" tanyanya bingung.
"Apa mereka sudah pada tidur?"
Elisabeth berjalan ke sofa dan duduk. Ia menyalakan TV. Kantuk menyerang Elizabeth dan membuat Elizabeth tertidur di sofa.
Namun suara pintu yang di tendang mengagetkannya dan membuat Elizabeth terbangun dari tidurnya.
Seseorang dengan tubuh yang kekar dengan setelan formal, jas dan celana warna navi. Iya juga mengandeng 2 wanita seksi juga cantik yang mengelajutan di kiri kanan lelaki itu.
Elisabeth menatapnya jijik. Jujur saya di negara Elisabeth dilahirkan dan dibesarkan hal yang seperti ini di sebut dengan zina dan dapat di penjara. Lelaki yang membawa wanita ke rumah malam-malam begini akan di grebek dan dipaksa nikah atau di penjara. Di negaranya itu, Indonesia masih memegang teguh norma dan agama.
Namun di negara ini, itu tidak berlaku. Tidur dan melakukan hubungan dengan siapapun itu hal biasa. Berciuman di jalan bahkan melalukan hal senonoh di umum seakan tidak ada yang peduli. Bahkan memang ada sekolah dan juga tempat untuk mendapatkan wanita untuk tidur satu malam ataupun pria malam juga ada asal ada uangnya.
Pria itu melihat Elisabeth dengan tatapan tidak dapat diartikan membuat Elisabeth mengidik ngeri.
Pria itu mengandeng dua wanita itu ke atas. Elisabeth melihat ke arah mana mereka pergi. dan untungnya bukan ke kamar yang Elisabeth tadi datangi dan cukup jauh dari kamarnya. Elisabeth lega pasti itu bukan suaminya. Walau pernikahan ini dipaksakan. Tapi bagi Elisabeth pernikahan itu hanya sekali. Tapi Elizabeth masih berharap ini hanya prank.
Elisabeth memilih kembali ke atas masuk ke kamar tadi. Elisabeth mengunci pintu dan berjalan ke cermin ia cukup lama ia memandang dirinya di cermin
"Apa aku sedang bermimpi? Jika benar mimpi aku harap secepatmya aku terbangun. Aku tidak ingin di sini barang sejenak saja"
Tanpa Elisabeth sadar ada yang mencoba membuka pintu kamar itu, namun tidak terbuka karena Elisabeth menguncinya dari dalam.
Brak suara pintu di buka paksa. Elisabeth kaget dan melihat pintu yang sudah terbuka dan rusak tentunya karena di tendang.
Masuklah lelaki dengan amarahnya. Mendekati Elisabeth yang membatu.
"Pria tadi yang bawa wanita? Kenapa dia ke sini dan merusak pintu?"
Menyadari pria itu semakin dekat dan menakutkan. Elisabeth memilih memundurkan tubuhnya karena takut. Langkah Elisabeth terhenti saat punggung Nya menyentuh tembok.
Elisabeth benar-benar takut, tatapan lelaki itu seperti mengulitinya.
"Cih. Kau sudah tidak bisa lari lagi, Elis"
" Apa kau sedang menggodaku dengan pakaian itu Elis?" Lanjut lelaki itu dengan bibir yang mengejek.dan berjalan mendekati Elisabeth.
"Ah. Aku tidak ada baju" ucap elizabeth terbata-bata.
"Apa kau buta?"
Lelaki itu terus mendekati Elisabeth. Elisabeth ingin berlari namun terlambat lelaki itu sudah mengukuhnya di tembok itu.
"A..apa yang kau lakukan?" tanya Elisabeth takut
"Ke..kemana wanita-wanita mu mu tadi?"
"Apa kau sedang cemburu, sayang" ujar lelaki itu dengan menekan kata sayang membuat Elizabeth semakin takut
"A....apa maksudmu? Tolong minggir. " Elisabeth mencoba mendorong lelaki itu. Mungkin ini kesalahan yang Elisabeth perbuat yang membuat lelaki itu bertambah marah dan mengambil tangan kiri Elisabeth dan melintir tangan itu ke belakang tubuh Elisabeth, sehingga Elisabeth meringis sakit.
Namun yang makin Elisabeth takutkan adalah tubuh mereka yang menempel.
"A....apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" bentak Elisabeth yang menambah amarah lelaki itu.
Tangan kiri lelaki itu terangkat dan menekan rahang Elisabeth kuat dan tangan kanannya masih senantiasa memelintir tangan kiri Elisabeth dan membuat Elisabeth semakin dekat dengan lelaki itu. Lelaki itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Elisabeth.
"Berani sekali, kau membentak ku!. Sepertinya aku terlalu baik padamu, sehingga membuatmu berani kabur dan tadi mengabaikan ku, menolak ku dan sekarang membentak ku. Apa kau pikir kau pantas hidup sekarang?"
Elizabeth hanya diam dan menatap mata hazel milik lelaki itu.
" Aku seperti pernah melihat mata ini, tatapan ini. tapi kapan?" tanya Elisabeth dalam hati
"Apa sekarang kau belajar melototi ku, Elis?" tanya lelaki itu membuat Elisabeth sadar bahwa dia memandang lelaki itu dengan membuka matanya lebar-lebar. Elisabeth melempar tatapan ke arah lain.
Lelaki itu menekan lebih kuat rahang Elisabeth. Sampai Elisabeth menatapnya lagi.
Sakit? Tentu tanpa sadar Elisabeth mengangkat tangan kanannya menyentuh tangan lelaki itu yang mencengkram rahangnya kuat karena tangan kirinya masih di pelintir ke belakang.
Lelaki itu melepaskan cengkraman tangannya di rahang Elisabeth dengan kasar sehingga Elisabeth harus merasakan sakit yang lebih di rahangnya tersebut. Tangan kanan lelaki itupun mulai merenggang sehingga tangan kirinya merasa lega. Mungkin tangan itu sudah memerah.
Elisabeth mundur beberapa langkah. lelaki itu kembali mengeratkan genggaman ditangan kiri Elisabeth dan kembali tubuh Elisabeth menempel pada lelaki itu.
"A...apa? Apa yang mau kau lakukan?" tanya Elisabeth takut
"Kenapa? Aku hanya ingin mencoba mana yang lebih gagah antara aku dengan kamu?" ucap lelaki itu dengan ambigu.
"A...aku tidak mengerti? Apa yang anda maksudkan?"
"Kau tidak mengerti? Atau memang pura-pura tidak mengerti? Sepertinya kau memang artis propesional" ucapnya penuh dengan penekanan
"Apa maksudmu?"
"Cih sudah 2 tahun kita bersama. Aku tau semua tentang mu"
"Apa kau masih ingin berpura-pura di depanku? Aku sudah mendengar semua dari sekertaris Kim" lanjutnya
"Se..se.. Sekertaris Kim. Kau...Kau suami ah tidak kau Abraham Duken?" tanya Elisabeth tidak percaya lelaki ini suaminya.
"Iya aku Abraham mu. Suamimu. Yang kau tinggalkan di hari pernikahan dengan ke kasihmu itu" ucap Abraham "Cih aku dengar kau mengandung anaknya. Aku pastikan anak itu akan mati besok dan akan tergantikan dengan anak kita"
"Anak? Anak apa? aku bahkan masih perawan" ucap Elisabeth tidak terima..
"Bos sama sekertaris sama gilanya"
"Benarkah? Bagus kalau begitu? Coba kita buktikan?"
"A..apa yang buktikan?"
"Keperawanan mu. Aku juga ingin mencicipinya"
"TIDAK!" Elisabeth reflek memundurkan dirinya sehingga Abraham menopang tubuhnya dengan kedua tangannya dan mengukuh Elisabeth di tembok.
Lelaki itu semakin mendekati Elisabeth dengan senyum sinis nya dan Elisabeth menyilang kan kedua tangan di depan dadanya untuk melindunginya. Abraham menghempaskan kedua tangan Elisabeth dari depannya dan langsung mencium bibir Elisabeth yang sudah ia incar dari tadi.
Elisabeth mendorong dengan kuat hingga Abraham mundur beberapa langkah.
"A.pa yang kau lakukan.? Itu ciuman pertama ku"
"Apa kau sedang bercanda, sayang? Kita sering melakukannya."
"Melakukan apa? Ini yang pertama bagiku"
"Cih aku kira kau hanya akan berpura di depan sekertaris Kim. Tetapi kau juga mau berpura-pura di depanku?"
Elisabeth tidak mempedulikan ucapan Abraham. Ia memengang bibirnya dan mengusapnya cepat seakan jijik dengan bibirnya. Elizabeth menangis.
Abraham marah dengan perlakuan Elisabeth dan menganggap bibir Abraham adalah najis.
Abraham mengambil tangan Elisabeth yang mengusap bibirnya, menariknya mendekat dan kembali mencium bibir Elisabeth dengan kasar.
Elisabeth memukul dada Abraham ia berontak. Abraham mengambil kedua tangan Elisabeth dan mengangkatnya ke atas kepala Elisabeth dan menghampit tubuh Elisabeth dengan tubuhnya agar Elisabeth tidak bergerak.
Abraham tidak peduli penolakan Elisabeth dan terus menerus mencium bibir Elisabeth. sampai Elisabeth kehabisan nafas.
merasa Elisabeth kehabisan nafas. Abraham memberhentikan ciumannya. Elisabeth cepat mengambil nafas yang banyak untuk memenuhi paru-parunya.
"Bodoh! Dimana keahliamu yang dulu? Kau sangat ahli dulu"
"Bernafas lah. Aku suka berbagi nafas denganmu dalam ciuman kita" Lanjutnya kembali mencium Elisabeth tanpa menunggu jawaban dari Elisabeth.
Elisabeth kembali kehabisan nafas. Abraham melepaskan ciumannya kembali.
Plak. Tamparan keras di pipi Elisabeth. Sehingga telinga Elisabeth ikut berdengung. Elisabeth memengang pipinya yang panas dan menatap Abraham dengan tatapan tidak percaya. Air mata semakin deras membasahi pipinya
"Sudah aku bilang bernafas. Aku tidak suka kepura-puraan mu ini. Dan kau pasti lebih tau aku tidak suka berhenti hanya untuk mengambil nafas".
"Cih. Bodoh! Kau mencintai calon istri mu itu? Ku rasa tidak! Karena kau tidak bisa membedakan mana calon istrimu atau bukan. Dan aku yakin calon istrimu itu lari karena sifat kasar mu ini" ucap Elisabeth yang entah keberanian dari mana.
Abraham menarik kerah baju Elisabeth hingga Elisabeth tercekik.
"Kau tidak tau aku sangat menyayangimu bahkan aku tidak pernah menyakiti mu. "
Abraham melepaskan kerah Elisabeth kasar karena melihat wajah pucat Elisabeth karena sulit bernafas sampai Elisabeth terbatuk-batuk.
"Tapi kau pantas mendapatkannya sekarang. Karena kau berani lari dari ku dari Abraham Duken dengan lelaki lain bahkan mengandung anaknya".
"Cih sudah aku katakan jangankan mengandung aku berhubungan saja tidak pernah"
"Maka buktikan sekarang" ucap Abraham menantang.
"Bu..Bu....Buktikan? A...ku tidak mau!"
Abraham menarik tangan Elisabeth dan menghempaskan tubuh Elisabeth di atas ranjang.
melihat itu Elisabeth meringkuk dan menjauhkan tubuhnya dari Abraham ke bagian atas kasur. Ia meringkuk takut.
Elisabeth melihat pintu yang tertutup namun ada celah karena pintu itu rusak di tendang Abraham tadi, yang artinya pintu itu tidak terkunci.
Elisabeth ingin bangun namun kakinya ditarik Abraham sehingga kini Elisabeth di bawa tubuh Abraham yang hampir neken.
"Ku mohon lepaskan aku. Aku benar-benar takut sekarang" mohon Elisabeth
"Cih tidak ada maaf untukmu saat ini, Elis" ujar Abraham.
Abraham mendekati tubuhnya. Elisabeth menghalangi tubuh Abraham dengan kedua tangannya.
Elisabeth memberontak namun kalah tenaga dengan Abraham. Abraham tidak peduli akan penolakan Elizabeth dan menjadikan penolakan itu amarah yang semakin ingin memaksa Elizabeth. Hingga akhirnya Elisabeth tidak melawannya karena Elisabeth telah kehabisan tenaga, hanya air mata yang terus menggalir di pipi elizabeth.
Air mata itu petanda ketidakberdayaannya. sedangkan Abraham mendapatkan yang dia inginkan.
"Kau benar masih perawan, sayang. Tapi ingat tubuhmu ini milik ku. Tidak aku ijinkan orang lain menyentuh nya. Ingat itu! Atau kau akan melihat dia mati didepanmu" acam Abraham berbisik di telinga Elisabeth. Elisabeth hanya bisa diam dengan air mata yang terus mengalir.
"Aku tidak akan mengijinkan siapapun mengisi perut ini dengan anak siapapun. perut ini hanya akan terisi oleh anakku" ucap Abraham sambil mengusap perut Elizabeth
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
otak AQ penuh teka-teki,,,siapa sbnrnya yg dimaksud Abraham itu kekasihnya yg kabur di hari pernikahan...kl mmg Elisabeth knp Elisabeth seolah tdk mengenal Abraham 🤔🤔🤔
2021-11-21
0
Wati_esha
Apa yang terjadi di masa lalu antara Elisabeth Abraham Dunker? Keduanya ngotot pada pendapatnya. Dan Elusabeth telah membuktikan kebenarannya.
2021-03-28
1
Mmh Alia Mmh Alia
ko blm ada terusan nyah nih udah lm
2020-03-29
1