"Kamu duluan deh ke sana. Aku ada perlu sebentar di sana. Oh iya, ingat jangan suka membeli sesuatu yang berlebihan."
"Iya pak ustadz, kamu memang benar-benar mirip seperti ayah. Huft, aku jadi rindu rumah. Ya udah deh bro, aku duluan."
Dhafi berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah Daffa, ia tidak sabar berburu takjil dan membeli makanan kesukaannya. Sedangkan Daffa melipir ke arah seorang wanita yang ia kenal. Ya, ternyata Daffa melihat Humaira yang juga baru memasuki tempat penjualan takjil. Dengan langkah semangat, Daffa ingin menyapa wanita cantik yang tertutup oleh cadarnya.
"Assalamu'alaikum ukhti,"
"Wa-'alaikumsalam, mas Daffa juga mau membeli takjil?"
Tiara yang ada di samping Humaira menyenggol temannya itu. Ia begitu kaget saat melihat wajah lelaki tampan yang tidak asing baginya. Humaira yang paham langsung memperkenalkan temannya kepada Daffa. Daffa baru sadar ternyata Humaira tidak hanya seorang diri.
"Iya Ai, ini sama Dhafi kesini nya. Tapi Dhafi nya lagi ke sana. Kamu baru sampai juga?"
"Iya mas, oh iya perkenalkan ini teman Aira, namanya Tiara. Tiara kenalkan ini mas Daffa."
Di saat Tiara ingin menjabat tangan Daffa, namun Daffa mengatupkan ke dua tangannya di depan dada. Tiara kikuk sendiri, dan melakukan hal yang sama. Tiara tak henti menatap lelaki yang ada di hadapan Humaira, sedangkan yang di tatap hanya menundukkan pandangannya. Andaikan Daffa di ciptakan untuknya, betapa sempurna hidupnya itu.
Mereka mengobrol beberapa obrolan yang tidak terlalu penting, hingga kehadiran Dhafi yang tengah berwajah masam membuat obrolan mereka terhenti. Dhafi datang dengan wajah di tekuk karena tidak mendapatkan sesuatu yang ia inginkan sejak kemarin.
"Loh, kenapa Fi? Mana takjil yang mau kamu beli?"
"Habis Fa, Ya Allah ini masih pukul setengah lima, tapi sudah ludes di beli orang. Aku cari ke sana juga tidak ada. Andaikan ada bunda, pasti bunda akan buatkan makanan ke sukaan kita masing-masing."
"Habis? Cepat sekali habisnya. Sudahlah, beli yang lain saja."
Dhafi sampai tidak sadar ada Humaira dan temannya di sana karena galau kehabisan takjil. Membuat dua wanita yang ada di dekat mereka tersenyum lucu melihat kegalauan Dhafi. Ternyata Dhafi ini lucu juga. Namun sepertinya Dhafi hanya bertingkah seperti itu kepada orang-orang terdekatnya saja.
"Masalahnya pada habis Fa, kamu paham tidak? Ha-bis."
Dhafi mengeja kata habis, lagi-lagi membuat Humaira dan Tiara terkekeh gemas.
"Eh, sejak kapan ada...? Hehe, aku tidak sadar loh. Aira, kamu juga sedang memburu takjil?"
"Iya mas Dhafi, tapi sepertinya memang sudah habis deh. Lihat itu para pedagang sudah siap-siap mau pulang."
Di saat mereka melihat sekeliling penjual takjil, lewat segerombolan wanita menenteng beraneka ragam takjil. Dhafi sampai melongo melihat apa yang di bawa para wanita-wanita tersebut. Bagaimana mereka bisa mendapatkan risol mayo dan tahu pedas kesukaannya? Sedangkan ia berkeliling sedari tadi dan tidak mendapatkan sebijipun, hanya remah-remahannya saja yang bersisa.
"Duma, kamu memborong semua itu?"
"Eh ada Tiara dan Humaira. Hehe, benar banget. Lihat ini enak banget guys. Minuman ini segar banget?"
Sopan tidak sih mereka memakan gorengan dan meminum es dawet di hadapan mereka. Membuat empat manusia beda jenis kelamin itu sampai melongo. Dari jam berapa mereka berburu takjil? dan apa itu? Mereka makan dengan santainya di hadapan mereka yang tengah menahan lapar dan haus?
"Sabar Fi... sabar. Hais benar-benar nonis ini."
"Hush, terdengar nanti sama mereka jadi tidak enak Fi. Memang bukan rezeki kita namanya."
"Wah-wah benar-benar kalian ini Dum. Tahu saja kalian tidak puasa, tapi jangan makan di depan kita dong. Mana borong takjil untuk kita-kita yang berpuasa lagi. Paling enggak tinggalkan sebiji kek."
Duma dan teman-teman nonisnya hanya terkekeh dan lanjut menikmati jajanan hasil buruan mereka sore itu. Sepertinya untuk ke depannya akan terjadi lagi hal yang seperti ini. Dan bagi mereka yang menjalani ibadah puasa harus lebih bersabar dan harus lebih cepat keluar jika ingin berburu takjil.
Namun ada baiknya, berkat mereka juga para pedagang lebih cepat pulang agar bisa berbuka puasa dengan keluarga mereka. Masih ada hari esok hingga dua puluh sembilan hari ke depannya. semoga mereka beruntung dalam berburu takjil, hihi.
"Sorry teman, ini enak banget. Sayang jika harus kita lewatkan. Karena jika di hari biasa tidak ada ibu-ibu pedagang yang jualan makanan-makanan enak ini. Besok kita mau beli lagi deh. Bye semuanya?"
Lagi-lagi mereka terbengong melihat Duma dan teman-temannya. Mereka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan penghuni kos satu itu. Ya, Duma juga salah satu penghuni kos di tempat ibu Wati. Namun entah dari mana datangnya teman-teman yang ia bawa. Yang pasti mereka sekitaran delapan orang, lumayan banyak untuk memborong jajanan takjil.
"Oh iya mas Daffa, mas Dhafi, kalau begitu kita pamit ya. Toh para pedagang juga sudah pada pulang, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam,"
"MasyaaAllah cantiknya walaupun matanya yang terlihat. Astaghfirullah ampuni hamba Ya Allah."
Salah satu dari si kembar membathin. Mata Humaira yang terlihat memang sangat cantik. Siapapun yang melihat binar indah itu pasti terhipnotis dengan ke indahan yang di milikinya. Namun sayang ke indahan itu tertutupi dengan sempurna dan hanya bisa di lihat oleh yang mahramnya saja.
Mereka berdua juga pulang, menuju parkiran dan melanjutkan perjalanan ke apartemen yang kira-kira hanya berjarak lima ratus meter lagi. Sepertinya hari ini mereka memang harus berbuka dengan apa adanya yang ada di dalam kulkas. Kebetulan makanan yang di buatkan oleh bunda Balqis masih sangat banyak dan tinggal di panaskan saja.
...💜💜°°°💜💜...
Saat azan magrib berkumandang, bunda Balqis, ayah Taqa dan Khalisa sudah duduk di meja makan untuk berbuka puasa pertama kali di bulan Ramadhan itu tanpa adanya si kembar. Walaupun Khalisa tidak berpuasa karena ia tengah sakit, namun Khalisa tetap ikut bergabung berbuka puasa.
"Allahumma lakasumtu, wabika amantu, wa 'ala rizkika aftortu birohmatika ya arhamarrohimin, Aamiin."
Setelah menggumamkan do'a berbuka puasa, mereka langsung memulai dengan meminum air hangat kuku dan memakan tiga biji kurma. Barulah menyantap takjil yang di buatkan oleh bunda Balqis. Khalisa juga tampak menikmati makanan yang di buat dari tangan sang bunda. Di saat mereka tengah menikmati menu buka puasa, vibrasi handphone milik Bunda Balqis terdengar nyaring. Bunda Balqis melihat siapa si penelpon, dan langsung mengangkatnya saat salah satu putranya melakukan panggilan video call.
"Assalamu'alaikum bunda."
Terdengar kompak si kembar tengah mengucapkan salam dan menampakkan wajah sumringah di layar segi empat itu.
...💜💜°°°💜💜...
...To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Hujan dan gugur
aku nak kasih jejak , tapi jejak ini sepesial untuk authorrr💝💝💝💝
tenang KK aku perempuan 👧🏻
2024-12-02
1
Queen's
Hallo, nitip tinggalin jejak!
Yuk baca juga cerita terbaru aku
ASKYLLA RAIN
Atau kalian bisa cek profil aku karna di sana ada cerita baru yang aku buat dan yang lama buat kalian baca udah pada end sebagian.
Terima kasihh, di tunggu kedatangan kalian.
2024-03-26
2
Nurgusnawati Nunung
Selamat Daffi tidak dapat takjilnya.. terlalu semangat sih. lanjut thor
2024-03-26
1