Saat menunggu ke dua orang tua serta ke dua abangnya yang sedang melaksanakan shalat zhuhur berjama'ah di masjid, Khalisa berjalan-jalan seorang diri di tepi pantai, menikmati hembusan angin yang menerpa wajah mulusnya. Riak ombak seolah-olah menari-nari. Serta kicauan burung seolah-olah menyeru namanya.
Saat menikmati pemandangan pantai siang itu, atensi Khalisa beralih menatap hampir ke tengah laut. Dia melihat seorang anak perempuan kira-kira berusia delapan tahun tergulung arus ombak yang tengah bermain di tengah laut. Sedangkan ke dua orang tuanya tengah duduk berdua menikmati kelapa muda jauh dari jangkauan anaknya hingga lengah memperhatikan anak tersebut.
Khalisa refleks berteriak, namun karena saat itu jam shalat zhuhur dan hari masih panas terik, tak banyak yang berkunjung di pantai tersebut sehingga tak ada yang mendengar teriakannya. Dengan memberanikan diri Khalisa menyebur ke tengah laut itu dan berusaha menolong bocah perempuan tersebut.
"Astaghfirullah, ada yang tenggelam. Tolong... Tolong... Tolong..."
Byyuurrr....
Beruntung Khalisa bisa berenang, saat ia sudah hampir mencapai tubuh anak itu, seorang petugas pantai datang menyusul. Sepertinya ia juga melihat dari kejauhan seseorang tengah terbawa arus ombak. Khalisa menyerahkan bocah tersebut agar segera di bawa ke tepi pantai. Syukurlah anak tersebut tidak apa-apa karena Khalisa dengan cepat menolongnya. Namun naasnya saat Khalisa akan kembali ke tepi pantai, kakinya tiba-tiba keram, hingga membuat tubuh Khalisa ikut tenggelam dan tidak bisa menguasai dirinya.
Tolong...!
Khalisa terus melambaikan tangannya dan berteriak meminta tolong. Namum karena kakinya yang keram membuat ia tidak bisa menyeimbangkan badannya di dalam lautan luas tersebut. Ia pun nyaris tenggelam sehingga Khalisa mulai kehilangan kesadarannya saat Daffa sudah berhasil meraih tubuh adiknya. Beruntung Daffa yang lebih dulu keluar dari masjid langsung menyusul Khalisa yang sendirian di sana dan melihat ke jadian tersebut dari kejauhan.
"Adek!"
Byyuurrr...
Daffa membawa tubuh adiknya ke tepi pantai. Dari ke jauhan terlihat bunda Balqis, ayah Taqa dan Dhafi berlari menghampiri Khalisa dan Daffa. Tampak kepanikan dari raut wajah mereka. Hingga Daffa berhasil membawa adiknya ke tepi pantai. Bunda Balqis langsung memeluk sang putri yang sepertinya sudah tidak sadarkan diri.
"Khalisa, sayang... Bangun nak, ini bunda."
Bunda Balqis terus menggoyang tubuh Khalisa. Buliran bening itu sudah membasahi pipi mulusnya. Ayah Taqa berusaha menenangkan sang istri. Di saat mereka berniat membawa Khalisa ke rumah sakit, tepat saat itu pula Humaira yang juga baru kembali dari masjid menghampiri keluarga ayah Taqa dan segera memberikan pertolongan kepada Khalisa.
"Permisi Bu, kebetulan saya seorang mahasiswi kedokteran tingkat akhir. Bolehkah saya menolong putri ibu?"
Bunda Balqis dan yang lainnya mendongakkan kepala menatap wanita yang baru saja tiba dan menawarkan bantuan. Mendengar dari mulut gadis tersebut jika ia adalah seorang mahasiswi kedokteran, bunda Balqis segera memberi ruang kepada Humaira.
dengan telaten Humaira memberikan pertolongan pertama. pertama Humaira meminta tubuh kalisa untuk tetap hangat dengan menyelimuti tubuh Khalisa dengan handuk atau baju hangat. Dengan cepat Dhafi melepas jaketnya dan memberikannya kepada Humaira, Humaira pun menutup tubuh Khalisa yang sudah basah kuyup. Lalu ia memeriksa tanda-tanda vital Khalisa seperti denyut nadi serta pernafasan. Humaira mendekatkan telinganya ke mulut dan hidung kalisa untuk merasakan adanya hembusan udara. Namun karena Khalisa tidak responsif dan tidak bernafas, Humaira segera melakukan tindakan CPR (cardiopulmonary pulmoneri resuscitation) atau resusitasi jantung paru.
Humaira menempatkan bagian bawah pergelangan salah satu tangannya di tengah dada Khalisa, dan menempatkan tangan satu lagi di atasnya. Ia mulai menekan tangan ke bawah sekitar 5 cm, tanpa menekan tulang rusuk Khalisa. Ia melakukannya 30 kali kompresi dada, dengan laju 100 kali kompresi per menit. akhirnya Khalisa pun mulai bereaksi dan kembali bernafas. semua yang ada di sana berucap syukur dan berterima kasih kepada Humaira.
Uhuk! Uhuk!
"Alhamdulillah,"
Melihat Khalisa telah sadar, Humaira pun menggeser tubuhnya dan memberikan ruang kepada keluarga Khalisa. Bunda Balqis kembali merengkuh tubuh putrinya dan mencium kening sang putri dengan sayang.
"Apa yang sakit sayang? Kita ke rumah sakit ya nak?"
"Khalisa tidak apa-apa bunda, Khalisa baik-baik saja." Lirihnya menatap wajah bundanya yang masih mengeluarkan air mata.
Bagiamana sang bunda tidak panik, melihat putri satu-satunya hampir saja meregang nyawa. Beruntung Allah masih memberikan umur yang panjang untuk putrinya dengan mengirimkan sosok malaikat tak bersayap yang datang membantu mereka dalam menangani Khalisa.
"Adek benaran baik-baik saja? Kita periksa dulu ya sayang."
"Alhamdulillah adek baik-baik saja ayah. Tadi tiba-tiba saja kaki adek keram, makanya adek tidak bisa menyeimbangkan badan. Kan ayah tahu sendiri sebenarnya adek bisa berenang."
Terlihat raut kelegaan di wajah si kembar. Mereka bersyukur masih bisa berkumpul dengan adiknya. Andai saja tadi Daffa terlambat sedikit saja, mungkin saja ke adaan Khalisa bisa lebih para dari pada itu.
"Maaf Bu, pak, kalau begitu saya permisi. Soalnya teman-teman saya sudah menunggu di parkiran,"
"Tunggu dulu nak, bunda dan keluarga belum sempat mengucapkan terimakasih yang benar."
"Tidak perlu repot bu, ini sudah menjadi tugas saya sebagai calon seorang dokter. Nanti kalau rasanya dada putri ibu sesak, segera periksa ke rumah sakit. Kalau begitu saya permisi, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Mereka menatap punggung Humaira hingga menghilang dari pandangan. Ternyata masih ada orang yang begitu baik dan tulus seperti Humaira. Khalisa pun menatap punggung Humaira, dan berfikir sejenak dimana ia melihat wanita yang barusan menolong dirinya.
"Bunda, apa kakak itu yang tadi pagi sempat di tabrak sama Abang?"
"Benar sayang, kita belum sempat mengucapkan terimakasih dengan benar. Semoga dia selalu di berikan kesehatan, dan selalu di berikan kemudahan dalam setiap urusannya."
Mereka mengaminkan doa bunda Balqis. Mereka semua memang salut dengan apa yang di lakukan oleh Humaira. Bahkan Khalisa sendiri merasa bahwa wanita yang menolongnya adalah sosok malaikat. Karena saat ia mulai kehilangan ke sadarannya, Khalisa berfikir bahwa ia tidak dapat melihat keluarganya lagi dan berkumpul lagi dengan keluarganya.
Akhirnya mereka segera kembali, sebelum itu bunda Balqis menemani putrinya untuk mengganti pakaian putrinya yang sudah basah kuyup, begitu juga Daffa yang bajunya juga basah. Mereka terpisah di depan toilet, lalu ayah Taqa dan Dhafi menunggu di parkiran sembari membawa barang-barang yang mereka bawa untuk piknik di tepi pantai itu kembali ke mobil.
Di depan toilet wanita, ternyata Daffa sudah menunggu bunda dan adiknya. Sejujurnya ia masih khawatir saat melihat wajah Khalisa yang masih pucat.
"Loh, kok nungguinnya tidak di parkiran saja nak?"
"Tidak apa-apa bunda. Daffa hanya ingin memastikan kondisi adek. Adek benaran sudah baik? Kalau adek merasa pusing, mual atau sesak nafas, kita langsung ke rumah sakit saja ya dek?"
Khalisa justru terkekeh, membuat dahi abangnya berkerut. Namun ia yang ingin segera beristirahat di dalam mobil melangkahkan kakinya dan di ikuti sang bunda yang masih setia merangkul sang putri tercinta.
"Lah, memangnya aku salah ya, kok adek malah tertawa."
...💜💜°°°💜💜...
...To Be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
mungkin Humairah calon menantu ya
2024-03-14
1