Cerita Kita

Cerita Kita

Keributan di Pagi Hari

"Khalisa bangun... Adek ayo bangun... Sudah pukul tujuh, kamu bisa telat nanti sekolahnya!"

"Apa! sudah jam tujuh. Abang kenapa tidak membangunkan Khalisa sedari tadi. Hais... benar-benar punya Abang sama sekali tidak membantu."

Khalisa langsung duduk dan turun dari ranjang, ia langsung menyambar handuk yang tergantung dan berlari memasuki kamar mandi. Khalisa memang kebetulan sedang tidak shalat, sehingga ia tidak bangun saat yang lain melaksanakan shalat shubuh.

Namun ternyata Dhafi yang memang suka iseng terhadap adiknya itu memang sengaja mengerjai Khalisa. Padahal ini adalah hari Sabtu, tentu saja Khalisa libur dari sekolahnya. Saat melihat Khalisa sudah hampir memasuki kamar mandi, ia baru tersadar jika hari itu adalah hari Sabtu. Ia pun membalikkan badannya dan berjalan dengan langkah cepat ke arah Dhafi. Handuk yang ada di tangannya ia layangkan ke arah abangnya tersebut.

"Astaghfirullah Abang! Ini kan hari Sabtu. Sejak kapan Khalisa hari Sabtu sekolah. Iseng banget sih! Hais... sabar Khalisa, sabar..."

Hahaha

"Maaf dek, habisnya kamu pulas banget tidurnya, sudah seperti kerbau tidur. Yang lain sudah nungguin untuk sarapan, ayo cuci mukanya terus turun."

"Tau ah, Khalisa sebel sama Abang!"

Ia berjalan ke kamar mandi dan langsung mencuci wajahnya. Ternyata Dhafi masih setia menunggu adik kesayangannya tersebut. Ternyata Daffa menyusul mereka karena kembarannya dan adiknya tidak juga turun ke lantai bawah.

Ceklek!

Tampak wajah cantik Khalisa masih basah dan masih menggunakan hijab dan baju tidur yang ia kenakan tadi. Memang ayah Taqa menyuruh Khalisa untuk selalu menggunakan hijab di rumah itu. Dan Khalisa yang awalnya tidak mau, lama kelamaan menjadi terbiasa.

"Kok kalian lama banget? Ayah sama bunda sudah menunggu dari tadi di meja makan."

"Ini adik ke sayangan kamu susah banget di bangunkan Fa. Mana tidurnya seperti kerbau."

"Mana ada, Abang Dhafi itu bang, masak Abang Dhafi bilang Khalisa terlambat sekolah. Tentu saja Khalisa yang baru bangun mikir benaran telat. Sudah jelas ini hari Sabtu, kembaran Abang nyebelin."

Daffa hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kembaran dan adiknya itu. Dhafi memang selalu usil jika tehadap Khalisa. Dan tentu saja Khalisa selalu mengadukan apapun kepada Daffa. Dan Daffa pasti akan membela adiknya itu.

"Kamu ini benar-benar ya Fi. Jangan suka usil sama adik sendiri. Ya sudah ayo kita turun. Kasian bunda sama ayah sudah nungguin kita sedari tadi. Udah adek jangan cemberut gitu, nanti cantiknya luntur loh."

"Hem..."

Mereka bertiga jalan bersamaan menuruni anak tangga dari pada menaiki lift. Saat tiba di ruang makan. Seperti biasa Khalisa selalu mengucapkan salam dan memeluk ayah dan bundanya secara bergantian. Tentu saja di sambut sayang oleh ke dua orang tuanya.

"Assalamu'alaikum ayah, bunda.."

"Wa'alaikumsalam sayang."

Setelah bermanja dengan ke dua orang tuanya. Khalisa langsung duduk di samping sang bunda. Sedangkan Daffa dan Dhafi duduk di seberang bunda Balqis dan Khalisa. Mereka langsung memulai sarapan pagi itu setelah semuanya menggumamkan doa, yang tentu saja di pimpin oleh salah satu si kembar. Mereka menikmati sarapan itu dengan hikmat.

Tidak ada obrolan yang terjadi selama mereka sarapan. Pengajaran yang di berikan oleh ustadz Taqa dan Balqis sejak mereka kecil selalu di ingat dan menjadi kebiasaan baik hingga mereka tumbuh dewasa. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar memenuhi ruang makan tersebut. Hingga satu persatu dari mereka menyelesaikan sarapan tersebut.

"Alhamdulillah.."

"Ayah, Bun, kita hari ini jadi liburan bukan?"

"Iya sayang, kan nanti pukul sembilan kita berangkatnya. Adek saja masih belum mandi, masih Bauk."

"Betul Bun, adek itu enggak sadar kalau Bauk."

Bunda Balqis memang suka menjahili putrinya itu, namun jika bunda Balqis yang menjahili sang putri, Khalisa tidak pernah marah. Namun berbeda jika Dhafi yang menjahili sang adik. Ia pasti akan membalas dengan ucapan dan perlakuannya.

"Jangan ikut-ikutan deh Abang, bang Daffa lihat itu bang Dhafi."

Dhafi sudah ingin kembali mengerjai sang adik. Kecoak mainan yang ada di tangannya sudah siap-siap ia lempar ke arah Khalisa. Namun Daffa yang menangkap gelagat aneh saudara kembarnya langsung mengambil mainan kecoak itu dari tangan Dhafi, membuat Dhafi merasa sebal dan mendelik kesal ke arah Daffa. Sedangkan Daffa yang memang irit bicara itu tidak memperdulikan tatapan sang kembaran.

Ya, walaupun Daffa dan Dhafi kembar, namun mereka memiliki sifat yang berbeda, bahkan wajah mereka seiringnya tumbuh dewasa bisa di bedakan, karena memang mereka tidak kembar identik. Daffa yang terlihat cuek dan dingin, tentu saja memiliki hati yang begitu lembut dan penyayang. Namun di luar sana banyak yang mengagumi sosok lelaki dingin tersebut.

Sedangkan Dhafi yang memiliki sifat humble terhadap siapapun dan banyak berbicara serta begitu cerewet, tak kalah memiliki fans para kaum Hawa. Namun ia selalu ingat nasehat sang ayah, jangan pernah mempermainkan perasaan wanita jika tidak berniat serius terhadap wanita tersebut. Dan Dhafi selalu ingat hingga saat ini. Ia juga tidak pernah mencari perhatian para wanita di luar sana. Hanya saja ia akan mencari perhatian adik kesayangannya dan bundanya.

Bunda Balqis dan Khalisa menjadi wanita paling beruntung, karena tiga lelaki tampan yang memiliki karisma berbeda itu begitu meratukan mereka. Mereka selalu melakukan apapun dan memenuhi ke inginan dua wanita cantik beda generasi tersebut. Siapapun yang ada di keluarga tersebut pasti iri dan ingin menjadi salah satu di antara mereka.

Bagiamana tidak, dengan background pendidikan yang bagus, kaya, dermawan, semuanya terlihat cantik dan tampan. Bahkan ustadz Taqa dan bunda Balqis yang sudah menginjak usia tidak lagi muda saja masih terlihat awet muda, tentu saja masih cantik dan tampan. Tak kalah dengan anak-anak mereka.

"Ayah sama bunda mau ke kamar dulu. Kalian jangan ribut ya. Apalagi kamu Fi, jangan suka gangguin adik kamu."

"Hais... ayah, selalu saja berpacaran dengan bunda. Dasar ayah bucin."

Khalisa memang selalu berkata jujur dan menyampaikan isi hatinya kepada ke dua orang tuanya. Namun ayah Taqa yang mendengar perkataan putrinya hanya terkekeh. Sedangkan bunda Balqis pipinya sudah merona. Walaupun mereka sudah tidak muda, namun sang suami selalu saja ingin bermanja dengan dirinya. Mereka memang di juluki pasangan ter sweet oleh ke tiga anak mereka.

Pletak!

"Au, sakit Abang. kenapa di sentil sih!"

"Siapa yang ngajarin adek kata-kata barusan. Adek itu masih SMA, tidak pantas mengatakan kata pacaran."

"Mulai... Mulai terus... Kamu juga Fi, tidak ada lembutnya sama adek sendiri. Adek buruan mandi, katanya mau jalan-jalan. Nanti telat dan kita kejebak macet di jalanan."

Khalisa menurut begitu saja perkataan abangnya Daffa. Jika Daffa sudah berbicara, Khalisa tidak pernah menjawab seperti ia menjawab perkataan Dhafi. Karena Daffa memang selalu penuh kelembutan jika berbicara dengan adiknya itu.

"Kamu itu terlalu memanjakan adek Fa. Nanti susah sendiri."

"Ya kan adik kita cuma satu Fi, udah kamu juga sana buruan mandi. Aku juga mau siap-siap."

...💜💜°°°💜💜...

...To Be Continued...

Assalamu'alaikum sahabat Salju, author kembali lagi dengan cerita terbaru. Lebih fresh dari cerita yang lainnya. Yang ingin membaca novel ini boleh melipir dulu ke novel yang berjudul "Kau Hanya Untukku" Karena novel ini merupakan siquel dari novel tersebut. Ini seperti season duanya.

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya reader's, happy reading 🤍🩷🤍

Terpopuler

Comments

Ar_line🩷

Ar_line🩷

seru ceritanya

2024-07-20

1

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

kayaknya seru ceritanya

2024-03-14

1

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

kayaknya seru nih ceritanya..

2024-02-11

1

lihat semua
Episodes
1 Keributan di Pagi Hari
2 Liburan
3 Pertemuan Sikembar dengan Humaira
4 Pertolongan Humaira
5 Khalisa Harus di Rawat
6 Akhirnya Khalisa Siuman
7 Apa itu Jatuh Cinta
8 Rencana Kejutan
9 Sebuah Tatapan
10 Sebuah Pertemuan
11 Mimpi
12 Keberangkatan ke Jakarta
13 Kenapa Kita Tidak Terlahir dari Rahim yang Sama
14 Teman Baru
15 Tarawih Pertama
16 Menciptakan Saingan Sendiri
17 Sahur Pertama
18 Semuanya Harus di Mulai dengan Kebaikan
19 Berburu Takjil
20 Kehabisan Takjil
21 Mendapatkan Izin Ayah & Bunda
22 Cara Terbaik
23 Kembali berburu Takjil
24 Amanah Ayah Taqa
25 Pertemuan dengan Gadis Tidak di Kenal
26 Buka Bersama di Restoran
27 Rencana Menikah
28 Khalisa & Haina
29 Semakin Akrab
30 Perasaan Seorang Ibu
31 Pulang ke Bandung
32 Membuat Kue Lebaran
33 Permintaan Ayah Taqa
34 Menikahlah dengan Putri Ayah
35 Rumit
36 Fakta ke Dua
37 Takdir Apa Ini?
38 Pertemuan Dua Keluarga
39 Keputusan Dhafi
40 Kedatangan Keluarga Sikembar
41 SAH
42 Maaf
43 Calon Suami
44 Kepulangan Ayah Taqa
45 Hembusan Nafas Terakhir
46 Persinggahan Terakhir
47 Cemburu
48 Menggoda Khalisa
49 Persiapan Pernikahan
50 Sebuah Ungkapan Manis
51 Selamat D & H
52 Mulai Posesif
53 Dua Pemuda Jatuh Cinta
54 Kemarahan Daffa
55 Sebuah Keputusan
56 Shanum: Samuel & Hanum
57 Rencana Liburan
58 Menekan Sabar
59 Hampir Habis Kesabaran
60 Tiba-tiba Mual
61 Dua Masalah Berbeda
62 Fakta Mengejutkan
63 Bandara
64 Kami Pulang Bunda
65 Merindukan Sosok Almarhum
66 Sakit
67 Menjenguk Humaira
68 Sweet
69 Salah Paham
70 Isi Sendiri Judulnya Ya
71 Mangga Muda
72 Rasa Bersalah Khalisa
73 Perhatian
74 Kegundahan
75 Merindukan
76 Sebuah Guncangan
77 Kabar Buruk
78 Itu Tidak Benar
79 Di larikan ke Rumah Sakit
80 Maafkan Mas
81 Kritis
82 Sosok yang di Rindukan
83 Hilang Ingatan
84 Bertemu
85 Aku Menyukai Suamimu
86 Perubahan Sikap Daffa
87 Kemunculan Seseorang
88 Di Larikan ke Rumah Sakit
89 Kembali kepada-Nya
90 Akhirnya Bahagia
91 Ke Kantor Baba
92 The End
93 Novel "Ours Time"
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Keributan di Pagi Hari
2
Liburan
3
Pertemuan Sikembar dengan Humaira
4
Pertolongan Humaira
5
Khalisa Harus di Rawat
6
Akhirnya Khalisa Siuman
7
Apa itu Jatuh Cinta
8
Rencana Kejutan
9
Sebuah Tatapan
10
Sebuah Pertemuan
11
Mimpi
12
Keberangkatan ke Jakarta
13
Kenapa Kita Tidak Terlahir dari Rahim yang Sama
14
Teman Baru
15
Tarawih Pertama
16
Menciptakan Saingan Sendiri
17
Sahur Pertama
18
Semuanya Harus di Mulai dengan Kebaikan
19
Berburu Takjil
20
Kehabisan Takjil
21
Mendapatkan Izin Ayah & Bunda
22
Cara Terbaik
23
Kembali berburu Takjil
24
Amanah Ayah Taqa
25
Pertemuan dengan Gadis Tidak di Kenal
26
Buka Bersama di Restoran
27
Rencana Menikah
28
Khalisa & Haina
29
Semakin Akrab
30
Perasaan Seorang Ibu
31
Pulang ke Bandung
32
Membuat Kue Lebaran
33
Permintaan Ayah Taqa
34
Menikahlah dengan Putri Ayah
35
Rumit
36
Fakta ke Dua
37
Takdir Apa Ini?
38
Pertemuan Dua Keluarga
39
Keputusan Dhafi
40
Kedatangan Keluarga Sikembar
41
SAH
42
Maaf
43
Calon Suami
44
Kepulangan Ayah Taqa
45
Hembusan Nafas Terakhir
46
Persinggahan Terakhir
47
Cemburu
48
Menggoda Khalisa
49
Persiapan Pernikahan
50
Sebuah Ungkapan Manis
51
Selamat D & H
52
Mulai Posesif
53
Dua Pemuda Jatuh Cinta
54
Kemarahan Daffa
55
Sebuah Keputusan
56
Shanum: Samuel & Hanum
57
Rencana Liburan
58
Menekan Sabar
59
Hampir Habis Kesabaran
60
Tiba-tiba Mual
61
Dua Masalah Berbeda
62
Fakta Mengejutkan
63
Bandara
64
Kami Pulang Bunda
65
Merindukan Sosok Almarhum
66
Sakit
67
Menjenguk Humaira
68
Sweet
69
Salah Paham
70
Isi Sendiri Judulnya Ya
71
Mangga Muda
72
Rasa Bersalah Khalisa
73
Perhatian
74
Kegundahan
75
Merindukan
76
Sebuah Guncangan
77
Kabar Buruk
78
Itu Tidak Benar
79
Di larikan ke Rumah Sakit
80
Maafkan Mas
81
Kritis
82
Sosok yang di Rindukan
83
Hilang Ingatan
84
Bertemu
85
Aku Menyukai Suamimu
86
Perubahan Sikap Daffa
87
Kemunculan Seseorang
88
Di Larikan ke Rumah Sakit
89
Kembali kepada-Nya
90
Akhirnya Bahagia
91
Ke Kantor Baba
92
The End
93
Novel "Ours Time"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!