Keberangkatan ke Jakarta

Setelah permainan usai, dan di menangkan oleh Dhafi, ayah Taqa membawa sang istri untuk ke kamar. Mereka juga akan bersiap untuk melaksanakan shalat ashar berjama'ah. Tinggallah tiga bersaudara di ruang keluarga itu. Lalu perlahan Dhafi memutar badannya dan menatap sang adik yang sepertinya sudah tidak lagi marah kepadanya.

"Khem, adek sudah tidak marah lagi kan? Sebenarnya ada yang mau Abang sampaikan. Maksudnya, ada yang mau Abang dan bang Daffa sampaikan."

Namun Khalisa seperti menghindari obrolan yang sudah pasti kemana arah obrolannya. Hati Khalisa belum sepenuhnya yakin bisa menerima kenyataan itu. Walaupun ia masih ragu dengan apa yang ia dengar serta mimpi yang muncul saat ia tidur, Khalisa tidak ingin terlalu memikirkannya. Ia anggap semua itu tidak pernah ada.

"Eh, sudah mau memasuki waktu ashar, Khalisa juga mau siap-siap shalat. Abang tenang saja, Khalisa tidak marah sama sekali. Assalamu'alaikum abang-abang Khalisa yang tampan."

"Wa'alaikumsalam,"

Khalisa langsung bangkit dari duduknya dan kembali ke kamarnya. Sedangkan si kembar menatap bingung punggung Khalisa yang mulai menghilang dari pandangan mereka. Kenapa Khalisa tiba-tiba berbeda. Sikapnya tidak seperti biasanya.

"Fa, kok adek kita beda ya?"

"Sudahlah, buruan mandi. Jangan sampai nanti kamu mengendap-endap ke kamar aku ya Fi, dengan kamu yang belum membersihkan badan setelah dari luar."

"Berlebihan banget sih, Aku kok ragu kita kembar. Jangan-jangan kamu tertukar lagi di rumah sakit. Sedangkan kembaran asliku di bawa orang lain. Apalagi wajah kita tidak terlalu mirip. Secara aku jauh lebih tampan."

Dhafi menaik turunkan alisnya menatap sang kembaran. Sedangkan Daffa hanya memutar bola matanya malas. Tidak terlalu menanggapi perkataan Dhafi. Namun Dhafi yang suka sekali menaiki tempat tidurnya dan ikut tidur di atas kasurnya, tentu saja membuat Daffa selalu mengomeli kembarannya itu, karena Daffa sangat menjaga kebersihan dirinya dan juga kamarnya. Berbeda dengan Dhafi, yang sangat malas jika harus membersihkan dirinya setelah dari luar. Makanya mereka sering berdebat jika salah satu dari mereka tertukar saat di lahirkan karena memiliki kepribadian dan sifat yang sangat berbeda, tentu saja itu hanya candaan saja.

Tanpa menjawab lagi, Daffa pun langsung menuju kamarnya meninggalkan Dhafi yang melongo melihat sikap sang kembaran. Lama-lama ia semakin heran dengan kembarannya itu, super dingin dan irit bicara. Namun ia tidak bisa jauh sama sekali dengan Daffa, lebih tepatnya mereka memang tidak bisa berjauhan, mereka memiliki ikatan bathin yang sulit di mengerti oleh orang lain.

Sedangkan di tempat lain, Humaira sudah berangkat ke stasiun di antarkan oleh para sahabat-sahabatnya. Alhamdulillah sebelum keberangkatannya, sang paman sudah pulih. Beruntung masih ada Budhe nya di rumah itu yang akan merawat pak de-nya.

"Ai, kita pasti bakalan kangen kamu nanti. Sering-sering berkabar ya Ai jika kamu sudah tiba di Jakarta. Dan semoga segala urusan kamu di lancarkan di sana."

Humaira tersentuh dengan para sahabat-sahabatnya yang sampai saat ini selalu ada untuknya. Namun kali ini ia memang harus meninggalkan orang-orang tersayang. Ia ingin sekali menjadi seorang dokter yang hebat, dan beruntungnya ia bisa koas di rumah sakit ternama yang ada di Jakarta sesuai dengan impiannya. Jika beruntung, semoga saja ia bisa di rekomendasikan untuk bekerja di sana.

Setelah berpamitan dan saling berpelukan, Humaira pun berjalan menuju bus yang akan ia naiki dan melambaikan tangannya. Ia harap suatu saat mereka bisa kembali bertemu dengan versi terbaik mereka.

Kini ia telah berada di dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan Humaira menatap hamparan jalan-jalan yang begitu indah, ia teringat kembali dengan mendiang ke dua orang tuanya, huh... Jika mengingat mendiang, ia menjadi sangat merindukan mereka, untung saja sebelum berangkat Humaira sudah menyempatkan ke makam ke dua orang tuanya.

...💜💜°°°💜💜...

"Dek, Abang mau bicara sama adek,"

Khalisa yang sudah mau berdiri usai makan malam dengan keluarganya urung mendengar perkataan sang Abang. Ayah Taqa dan bunda Balqis saling melirik. Semoga saja putri mereka bisa mengerti.

"Apa bang?"

Khalisa sudah menguatkan hatinya, sepertinya ia tidak bisa terus menghindar. Dengan mencoba menetralkan perasaannya, ia kembali duduk dan tersenyum menatap ke dua abangnya.

"Dua hari lagi kami berangkat ke Jakarta."

"Maksudnya dinas seperti sebelumnya?"

Khalisa fikir abangnya akan membicarakan perihal wanita paruh baya yang mereka jumpai di mall itu, namun ternyata bukan. Ia merasa sedikit lega, akan tetapi siapa sangka jika perkataan abangnya berikutnya mampu membuat Khalisa terdiam.

"Bukan dek, tapi sepertinya Abang Dhafi dan Abang Daffa akan tinggal di Jakarta untuk waktu yang lama. Karena kantor pusat sudah di pindahkan ke Jakarta."

Degh!

Kenapa mendengar itu membuat Khalisa lebih sakit. Jika ke dua Abangnya pergi, lantas siapa yang akan menemaninya ke manapun ia pergi seperti sebelumnya, siapa yang akan mengingatkannya untuk hal-hal kecil, siapa yang akan menjaganya seperti biasanya, siapa yang akan mengganggu dirinya seperti Dhafi yang selalu usil setiap saat, siapa yang akan membelanya seperti Daffa. Namun, sepersekian detik berikutnya Khalisa tersenyum, tanggapan yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya, termasuk ke dua orang tua mereka.

"Oh untuk pekerjaan, maksudnya Abang Daffa dan Abang Dhafi akan tetap stay di Jakarta mulai sekarang?"

"Iya, adek tidak marah?"

"Tidak, marah untuk apa. Khalisa bukan anak kecil lagi yang sebentar-sebentar marah ataupun merajuk. Khalisa juga tahu tidak ada pilihan lain selain Abang ke Jakarta. Khalisa juga paham, tidak mungkin juga jika Abang Daffa dan Abang Dhafi bolak-balik dari Bandung ke Jakarta bukan. Dan Abang-abangnya Khalisa tidak perlu khawatir memikirkan Khalisa di sini, Khalisa jauh lebih pandai menjaga diri Khalisa sendiri."

Bunda Balqis langsung mengelus kepala putrinya dengan sayang, ia tidak menyangka putri kecilnya selama ini sudah mulai dewasa. Bahkan Khalisa tidak tantrum seperti apa yang mereka pikirkan. Namun entah kenapa perasaan Daffa tidak nyaman saat ini, ia merasa Khalisa sedang menyembunyikan ke khawatirannya.

"Terimakasih ya adek, adek sudah tumbuh menjadi putri ayah yang berpikiran dewasa. Adek jangan khawatir, nanti kita bisa sering-sering mengunjungi Abang Daffa dan Abang Dhafi ke Jakarta."

"Iya dek benar, atau jika Abang Dhafi dan Abang Daffa libur bekerja, kami bisa ke sini, benar kan Fa?"

Daffa hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak tahu harus memberi tanggapan seperti apa. Namun ia bisa apa. Satu masalah yang ia takuti ternyata tidak terjadi, adik mereka sama sekali bisa mengerti mereka. Lalu ia kembali teringat dengan ucapan sang ibu yang akan menghampiri mereka ke rumah ke dua orang tua mereka. Sepertinya ia harus mengabari ibunya bahwa mereka akan tinggal di Jakarta dalam waktu yang sangat lama, agar ibu mereka tidak bertemu dengan Khalisa, ia belum siap jika Khalisa mengetahui semuanya, walaupun sebelumnya mereka sudah membahas hal ini untuk segera jujur kepada Khalisa.

...💜💜°°°💜💜...

...To Be Continued...

Terpopuler

Comments

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

Khalisa memiliki abang abang yang hebat... lanjut thor

2024-03-16

1

lihat semua
Episodes
1 Keributan di Pagi Hari
2 Liburan
3 Pertemuan Sikembar dengan Humaira
4 Pertolongan Humaira
5 Khalisa Harus di Rawat
6 Akhirnya Khalisa Siuman
7 Apa itu Jatuh Cinta
8 Rencana Kejutan
9 Sebuah Tatapan
10 Sebuah Pertemuan
11 Mimpi
12 Keberangkatan ke Jakarta
13 Kenapa Kita Tidak Terlahir dari Rahim yang Sama
14 Teman Baru
15 Tarawih Pertama
16 Menciptakan Saingan Sendiri
17 Sahur Pertama
18 Semuanya Harus di Mulai dengan Kebaikan
19 Berburu Takjil
20 Kehabisan Takjil
21 Mendapatkan Izin Ayah & Bunda
22 Cara Terbaik
23 Kembali berburu Takjil
24 Amanah Ayah Taqa
25 Pertemuan dengan Gadis Tidak di Kenal
26 Buka Bersama di Restoran
27 Rencana Menikah
28 Khalisa & Haina
29 Semakin Akrab
30 Perasaan Seorang Ibu
31 Pulang ke Bandung
32 Membuat Kue Lebaran
33 Permintaan Ayah Taqa
34 Menikahlah dengan Putri Ayah
35 Rumit
36 Fakta ke Dua
37 Takdir Apa Ini?
38 Pertemuan Dua Keluarga
39 Keputusan Dhafi
40 Kedatangan Keluarga Sikembar
41 SAH
42 Maaf
43 Calon Suami
44 Kepulangan Ayah Taqa
45 Hembusan Nafas Terakhir
46 Persinggahan Terakhir
47 Cemburu
48 Menggoda Khalisa
49 Persiapan Pernikahan
50 Sebuah Ungkapan Manis
51 Selamat D & H
52 Mulai Posesif
53 Dua Pemuda Jatuh Cinta
54 Kemarahan Daffa
55 Sebuah Keputusan
56 Shanum: Samuel & Hanum
57 Rencana Liburan
58 Menekan Sabar
59 Hampir Habis Kesabaran
60 Tiba-tiba Mual
61 Dua Masalah Berbeda
62 Fakta Mengejutkan
63 Bandara
64 Kami Pulang Bunda
65 Merindukan Sosok Almarhum
66 Sakit
67 Menjenguk Humaira
68 Sweet
69 Salah Paham
70 Isi Sendiri Judulnya Ya
71 Mangga Muda
72 Rasa Bersalah Khalisa
73 Perhatian
74 Kegundahan
75 Merindukan
76 Sebuah Guncangan
77 Kabar Buruk
78 Itu Tidak Benar
79 Di larikan ke Rumah Sakit
80 Maafkan Mas
81 Kritis
82 Sosok yang di Rindukan
83 Hilang Ingatan
84 Bertemu
85 Aku Menyukai Suamimu
86 Perubahan Sikap Daffa
87 Kemunculan Seseorang
88 Di Larikan ke Rumah Sakit
89 Kembali kepada-Nya
90 Akhirnya Bahagia
91 Ke Kantor Baba
92 The End
93 Novel "Ours Time"
94 Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
95 Novel: Jodoh Jalur Ummi
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Keributan di Pagi Hari
2
Liburan
3
Pertemuan Sikembar dengan Humaira
4
Pertolongan Humaira
5
Khalisa Harus di Rawat
6
Akhirnya Khalisa Siuman
7
Apa itu Jatuh Cinta
8
Rencana Kejutan
9
Sebuah Tatapan
10
Sebuah Pertemuan
11
Mimpi
12
Keberangkatan ke Jakarta
13
Kenapa Kita Tidak Terlahir dari Rahim yang Sama
14
Teman Baru
15
Tarawih Pertama
16
Menciptakan Saingan Sendiri
17
Sahur Pertama
18
Semuanya Harus di Mulai dengan Kebaikan
19
Berburu Takjil
20
Kehabisan Takjil
21
Mendapatkan Izin Ayah & Bunda
22
Cara Terbaik
23
Kembali berburu Takjil
24
Amanah Ayah Taqa
25
Pertemuan dengan Gadis Tidak di Kenal
26
Buka Bersama di Restoran
27
Rencana Menikah
28
Khalisa & Haina
29
Semakin Akrab
30
Perasaan Seorang Ibu
31
Pulang ke Bandung
32
Membuat Kue Lebaran
33
Permintaan Ayah Taqa
34
Menikahlah dengan Putri Ayah
35
Rumit
36
Fakta ke Dua
37
Takdir Apa Ini?
38
Pertemuan Dua Keluarga
39
Keputusan Dhafi
40
Kedatangan Keluarga Sikembar
41
SAH
42
Maaf
43
Calon Suami
44
Kepulangan Ayah Taqa
45
Hembusan Nafas Terakhir
46
Persinggahan Terakhir
47
Cemburu
48
Menggoda Khalisa
49
Persiapan Pernikahan
50
Sebuah Ungkapan Manis
51
Selamat D & H
52
Mulai Posesif
53
Dua Pemuda Jatuh Cinta
54
Kemarahan Daffa
55
Sebuah Keputusan
56
Shanum: Samuel & Hanum
57
Rencana Liburan
58
Menekan Sabar
59
Hampir Habis Kesabaran
60
Tiba-tiba Mual
61
Dua Masalah Berbeda
62
Fakta Mengejutkan
63
Bandara
64
Kami Pulang Bunda
65
Merindukan Sosok Almarhum
66
Sakit
67
Menjenguk Humaira
68
Sweet
69
Salah Paham
70
Isi Sendiri Judulnya Ya
71
Mangga Muda
72
Rasa Bersalah Khalisa
73
Perhatian
74
Kegundahan
75
Merindukan
76
Sebuah Guncangan
77
Kabar Buruk
78
Itu Tidak Benar
79
Di larikan ke Rumah Sakit
80
Maafkan Mas
81
Kritis
82
Sosok yang di Rindukan
83
Hilang Ingatan
84
Bertemu
85
Aku Menyukai Suamimu
86
Perubahan Sikap Daffa
87
Kemunculan Seseorang
88
Di Larikan ke Rumah Sakit
89
Kembali kepada-Nya
90
Akhirnya Bahagia
91
Ke Kantor Baba
92
The End
93
Novel "Ours Time"
94
Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
95
Novel: Jodoh Jalur Ummi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!