Berburu Takjil

Kini sikembar sudah tiba di depan lobby kantor. Semua karyawan menyambut kedatangan atasan mereka. Daffa sebagai direktur utama dan Dhafi sebagai wakilnya. Ya, mereka memang meminta kepada ayah mereka untuk di tempatkan di posisi yang akan membuat mereka agar selalu bersama. Mereka memang bukan tipe lelaki yang mudah percaya begitu saja kepada orang lain. Selagi adik kakak itu bisa bekerjasama kenapa tidak? toh ayah Taqa dan juga sang bunda sangat mendukung keinginan mereka berdua.

Saat sekretaris Daffa ingin membukakan pintu untuk ke dua atasannya, Daffa dan Dhafi lebih dulu keluar dari mobil. Mereka tidak ingin diperlakukan spesial layaknya raja. Mereka lebih suka para karyawan tetap bersikap seperti biasa seperti mereka berprilaku kepada sesama mereka.

"Tidak perlu Arya, terimakasih."

"Eh, sama-sama pak."

Semua karyawan menatap kagum ke arah dua lelaki tampan kembar yang tidak identik tersebut. Apalagi saat ke dua atasan mereka lebih dulu menjabat tangan sang sekretaris saat menuruni mobil, hanya saja Daffa tidak terlalu kentara ia tengah tersenyum, berbeda dengan Dhafi yang tersenyum cukup sumringah. Walaupun begitu mereka berdua memiliki karisma masing-masing yang mampu membuat semua orang untuk memperhatikan mereka.

Saat dua pemuda tampan tersebut memasuki perusahaan, semua tampak sesuai keinginan mereka. Kantor yang bersih dan dengan tatanan yang rapi serta dekorasi yang tidak terlalu mewah namun elegan.

"Mari pak, saya antar ke ruangan sebelum acara di mulai."

"Terimakasih Arya."

Ya, Arya seumuran dengan mereka. Arya adalah putra dari asisten ayah Taqa saat ayah Taqa masih muda. Dan hingga saat ini hubungan ayah Taqa dengan asistennya masih sangat baik. Namun Arya bisa menjadi sekretaris Daffa bukan karena ia putra dari asisten ayahnya, karena memang Arya berkompeten dalam menjabat sebagai sekretaris seorang direktur. Ia juga melalui tes wawancara seperti karyawan yang lainnya. Terbukti si kembar menyukai karakter Arya dan juga prestasinya yang tak kalah luar biasa.

Akhirnya mereka tiba di ruangan direktur. Ruangan yang sangat luas dan dengan design yang simple namun tetap ada kesan mewah dengan di hiasi tanaman segar di dalamnya. Ruangan Dhafi pun tetap berada di dalam ruangan yang sama, hanya saja ada pembatas antara ruangan Daffa. Sedangkan ruangan Arya di luar ruangan Daffa. Jika ada tamu, mereka akan terlebih dahulu menemui ruangan Arya, baru ruangan Dhafi dan Daffa.

"MasyaaAllah, nyaman sekali ruangan ini."

"Sesuai keinginan bapak. Saya berusaha melakukan yang terbaik."

"Jika kita hanya bertiga, panggil saja kami Daffa dan Dhafi. Bukankah kita seumuran?"

"Eh, tapi pak, itu tidak sopan."

Dhafi terkekeh mendengar perkataan Arya. Sedari tadi ia memang hanya diam saja. Namun sepertinya sekretaris kembarannya itu memang orang yang sangat sopan. Tidak salah mereka memilih Arya sebagai sekretaris seorang direktur.

"Tidak usah kaku Arya. Santai saja kepada kita berdua. Lagian ayah kamu juga berteman baik dengan ayah kita. Anggap saja kita ini juga teman baik, ya gak Fa. Jika di hadapan karyawan kamu boleh memanggil kita bapak."

"Baik pak, eh Fi."

Dhafi menepuk pelan bahu Arya. Arya hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Walaupun Daffa dan Dhafi berusaha bersikap biasa kepada dirinya, namun ia merasa masih sangat canggung apalagi ini baru ke dua kalinya mereka bertemu. Sedangkan sekretaris yang lama tetap stay di kantor yang ada di Bandung.

...💜💜°°°💜💜...

Di kota Bandung, lebih tepatnya di rumah ayah Taqa. Ke Adaan Khalisa sudah membaik. Panasnya juga sudah turun, kini Khalisa sedang di suapi makan oleh sang bunda. Sedangkan ayah Taqa berada di kantor miliknya. Ya, Ayah Taqa tetap bekerja seperti biasa atas permintaan sang istri. Untuk urusan sang putri, cukup bunda Khalisa yang menjaga.

Saat suapan terakhir di berikan oleh bunda Balqis, suara ketukan pintu terdengar dari dalam. Sepertinya bik Siti yang tengah mengetuk pintu. Bunda Balqis pun meletakkan mangkok kosong itu ke atas nakas dan berjalan membukakan pintu untuk sang bibi.

"Assalamu'alaikum buk, maaf bibik mengganggu. Itu di luar ada tamu yang mencari ibuk serta den kembar."

"Siapa bik? tamunya laki-laki atau perempuan?"

"Bibik tidak kenal buk, tapi wajahnya memang seperti tidak asing. Tamunya perempuan buk.

Bik Siti meninggalkan kamar Khalisa setelah menyampaikan mandat sang tamu. Ia kembali melanjutkan pekerjaan yang masih tertunda. Sedangkan bunda Balqis pamit terlebih dahulu kepada putrinya sebelum menemui tamunya. Karena Khalisa memang sangat manja sekali jika tengah sakit. Bahkan ia tidak ingin di tinggalkan barang sedetikpun oleh sang bunda, begitu sejak dulu, harus ada paling tidak satu orang yang menemani gadis remaja tersebut.

"Sayang, bunda temui dulu tamunya ya. Adek istirahat saja, jangan banyak pikiran, okey."

"Siapa tamunya Bun?"

"Bunda juga tidak tahu sayang. Tidak apa-apa kan bunda tinggal sebentar?"

Khalisa menganggukkan kepalanya. Lalu ia meminta tolong kepada sang bunda untuk mengambilkan handphone miliknya yang di simpan di dalam laci nakas sebelum sang bunda pergi menemui tamu tersebut. Setelah kebutuhan putrinya terpenuhi, bunda Balqis langsung menemui seseorang yang tengah menantinya serta ke dua putranya di ruang tamu.

Saat bunda Balqis tiba di ruang tamu, ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa gerangan wanita tersebut, karena wanita itu tengah memunggungi dirinya yang tengah memandang figura besar yang ada di dinding.

Di dinding tersebut terpampang nyata sebuah foto keluarga yang sangat harmonis. Khalisa duduk di tengah dan di apit oleh ke dua orang tuanya, dan si kembar berdiri di belakang dengan senyuman yang jarang sekali wanita itu lihat. Ada rasa cemburu yang ia rasakan.

"Assalamu'alaikum, maaf anda cari siapa?"

Saat wanita tersebut memutar tubuhnya, bunda Balqis tertegun melihat kehadiran sang sahabat yang telah lama tidak pernah berjumpa dengannya sejak sahabatnya menikah lagi dan tinggal di negara tetangga.

"Wa'alaikumsalam, Qis.. Sudah lama kita tidak bertemu. Kamu masih terlihat cantik seperti muda dulu."

Degh!

"Eh, MasyaaAllah Hanin, apa kabar? Ayo duduk!"

...💜💜°°°💜💜...

Seharian ini kegiatan si kembar berjalan dengan lancar, besok semua karyawan sudah mulai bekerja seperti biasa. Mereka pulang menjelang sore dan berniat berburu takjil di perempatan ke arah rumah mereka. Dhafi sudah sangat antusias sekali, kata warga sekitar di sana ada yang menjual berbagai macam takjil yang rasanya sangat enak. Ia bahkan tidak sabar untuk segera membeli beberapa makanan yang telah lama tidak ia temui di hari selain bulan Ramadhan.

"Fa, nanti jangan sampai lupa berhenti di persimpangan ya."

"Iya Fi, kamu sudah mengatakan berapa kali sejak tadi?"

"hehe, maklum lagi semangat ini."

Daffa hanya geleng-geleng kepala melihat antusiasme sang kembaran. Ia menuruti keinginan Dhafi dan berhenti di persimpangan ke arah rumah mereka. Kabarnya setiap bulan Ramadhan di sana memang ramai orang berjualan. Saat tiba di lokasi, Daffa segera memarkirkan kendaraan roda empat miliknya dan mereka langsung turun setelah memastikan kendaraan mereka tidak akan mengganggu para pengguna jalan.

"MasyaaAllah, ramai banget brother. Ayo ke sana dulu."

...💜💜°°°💜💜...

...To Be Continued ...

Terpopuler

Comments

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

Kalau dibulan Ramadhan paling bersemangat berburu takjil. hehehe
Semangat thor, lanjut.

2024-03-25

1

lihat semua
Episodes
1 Keributan di Pagi Hari
2 Liburan
3 Pertemuan Sikembar dengan Humaira
4 Pertolongan Humaira
5 Khalisa Harus di Rawat
6 Akhirnya Khalisa Siuman
7 Apa itu Jatuh Cinta
8 Rencana Kejutan
9 Sebuah Tatapan
10 Sebuah Pertemuan
11 Mimpi
12 Keberangkatan ke Jakarta
13 Kenapa Kita Tidak Terlahir dari Rahim yang Sama
14 Teman Baru
15 Tarawih Pertama
16 Menciptakan Saingan Sendiri
17 Sahur Pertama
18 Semuanya Harus di Mulai dengan Kebaikan
19 Berburu Takjil
20 Kehabisan Takjil
21 Mendapatkan Izin Ayah & Bunda
22 Cara Terbaik
23 Kembali berburu Takjil
24 Amanah Ayah Taqa
25 Pertemuan dengan Gadis Tidak di Kenal
26 Buka Bersama di Restoran
27 Rencana Menikah
28 Khalisa & Haina
29 Semakin Akrab
30 Perasaan Seorang Ibu
31 Pulang ke Bandung
32 Membuat Kue Lebaran
33 Permintaan Ayah Taqa
34 Menikahlah dengan Putri Ayah
35 Rumit
36 Fakta ke Dua
37 Takdir Apa Ini?
38 Pertemuan Dua Keluarga
39 Keputusan Dhafi
40 Kedatangan Keluarga Sikembar
41 SAH
42 Maaf
43 Calon Suami
44 Kepulangan Ayah Taqa
45 Hembusan Nafas Terakhir
46 Persinggahan Terakhir
47 Cemburu
48 Menggoda Khalisa
49 Persiapan Pernikahan
50 Sebuah Ungkapan Manis
51 Selamat D & H
52 Mulai Posesif
53 Dua Pemuda Jatuh Cinta
54 Kemarahan Daffa
55 Sebuah Keputusan
56 Shanum: Samuel & Hanum
57 Rencana Liburan
58 Menekan Sabar
59 Hampir Habis Kesabaran
60 Tiba-tiba Mual
61 Dua Masalah Berbeda
62 Fakta Mengejutkan
63 Bandara
64 Kami Pulang Bunda
65 Merindukan Sosok Almarhum
66 Sakit
67 Menjenguk Humaira
68 Sweet
69 Salah Paham
70 Isi Sendiri Judulnya Ya
71 Mangga Muda
72 Rasa Bersalah Khalisa
73 Perhatian
74 Kegundahan
75 Merindukan
76 Sebuah Guncangan
77 Kabar Buruk
78 Itu Tidak Benar
79 Di larikan ke Rumah Sakit
80 Maafkan Mas
81 Kritis
82 Sosok yang di Rindukan
83 Hilang Ingatan
84 Bertemu
85 Aku Menyukai Suamimu
86 Perubahan Sikap Daffa
87 Kemunculan Seseorang
88 Di Larikan ke Rumah Sakit
89 Kembali kepada-Nya
90 Akhirnya Bahagia
91 Ke Kantor Baba
92 The End
93 Novel "Ours Time"
94 Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
95 Novel: Jodoh Jalur Ummi
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Keributan di Pagi Hari
2
Liburan
3
Pertemuan Sikembar dengan Humaira
4
Pertolongan Humaira
5
Khalisa Harus di Rawat
6
Akhirnya Khalisa Siuman
7
Apa itu Jatuh Cinta
8
Rencana Kejutan
9
Sebuah Tatapan
10
Sebuah Pertemuan
11
Mimpi
12
Keberangkatan ke Jakarta
13
Kenapa Kita Tidak Terlahir dari Rahim yang Sama
14
Teman Baru
15
Tarawih Pertama
16
Menciptakan Saingan Sendiri
17
Sahur Pertama
18
Semuanya Harus di Mulai dengan Kebaikan
19
Berburu Takjil
20
Kehabisan Takjil
21
Mendapatkan Izin Ayah & Bunda
22
Cara Terbaik
23
Kembali berburu Takjil
24
Amanah Ayah Taqa
25
Pertemuan dengan Gadis Tidak di Kenal
26
Buka Bersama di Restoran
27
Rencana Menikah
28
Khalisa & Haina
29
Semakin Akrab
30
Perasaan Seorang Ibu
31
Pulang ke Bandung
32
Membuat Kue Lebaran
33
Permintaan Ayah Taqa
34
Menikahlah dengan Putri Ayah
35
Rumit
36
Fakta ke Dua
37
Takdir Apa Ini?
38
Pertemuan Dua Keluarga
39
Keputusan Dhafi
40
Kedatangan Keluarga Sikembar
41
SAH
42
Maaf
43
Calon Suami
44
Kepulangan Ayah Taqa
45
Hembusan Nafas Terakhir
46
Persinggahan Terakhir
47
Cemburu
48
Menggoda Khalisa
49
Persiapan Pernikahan
50
Sebuah Ungkapan Manis
51
Selamat D & H
52
Mulai Posesif
53
Dua Pemuda Jatuh Cinta
54
Kemarahan Daffa
55
Sebuah Keputusan
56
Shanum: Samuel & Hanum
57
Rencana Liburan
58
Menekan Sabar
59
Hampir Habis Kesabaran
60
Tiba-tiba Mual
61
Dua Masalah Berbeda
62
Fakta Mengejutkan
63
Bandara
64
Kami Pulang Bunda
65
Merindukan Sosok Almarhum
66
Sakit
67
Menjenguk Humaira
68
Sweet
69
Salah Paham
70
Isi Sendiri Judulnya Ya
71
Mangga Muda
72
Rasa Bersalah Khalisa
73
Perhatian
74
Kegundahan
75
Merindukan
76
Sebuah Guncangan
77
Kabar Buruk
78
Itu Tidak Benar
79
Di larikan ke Rumah Sakit
80
Maafkan Mas
81
Kritis
82
Sosok yang di Rindukan
83
Hilang Ingatan
84
Bertemu
85
Aku Menyukai Suamimu
86
Perubahan Sikap Daffa
87
Kemunculan Seseorang
88
Di Larikan ke Rumah Sakit
89
Kembali kepada-Nya
90
Akhirnya Bahagia
91
Ke Kantor Baba
92
The End
93
Novel "Ours Time"
94
Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
95
Novel: Jodoh Jalur Ummi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!