``Singkat Cerita``...
Liburan akhir pekan pun telah tiba, kini saatnya para siswa siswi berniat melepas segala kepenatan, kebosanan mereka semasa waktu mereka belajar di sekolah.
Di tambah lagi Imran yang biasanya liburan di isi dengan waktu berjualan kue kering keliling, tapi sekarang dirinya justru ikut berkerja di salah satu Restoran yang baru saja buka. Yah, Restoran tersebut tak lain adalah milik Papanya Cici.
"Assalamualaikum Farida..." Sapa Bu Wati dari telepon yang berbicara dengan Ibunya Cici.
"Wa'allaikum salam Bu Wati, kenapa tuh?. Apa cerita, pagi-pagi gini uda main telpon telpon aja."
"Jadi begini say, anak ku katanya mau kok berkerja di restoran punya nya suami kamu itu. Tapi, dia gak ada motor untuk alat transportasi nya ke sana. Lagi pun jauh juga kan untuk menuju ke restoran milik suami kamu itu." Kata Bu Wati yang merasa bingung.
"Iya soalnya motor anak saya lagi di servis belum kelar kelar."
"Udah kamu nggak usah pusing kalau cuma hal sepele itu doang. Masalah transportasi Uda saya atur semuanya, pokoknya yang terpenting sekarang adalah anak kamu mau berkerja di restoran suami aku dulu, itu saja." Ujar Bu Farida bersikap profesional.
"Oooh gitu ya Say, oke deh kalau gitu. Em jadi kapan ni kira-kira kamu bisa jemput anak saya ke rumah?."
"Lebih cepat lebih bagus kan, em hari ini pun bisa kira-kira saya jemput ke sana."
"Oke aku tunggu ya Say.." Balas Bu Wati yang merasa lega akan jawaban Bu Farida.
"Baiklah kalau gitu saya siap-siap terlebih dahulu ya Bu Wati."
"Baik, baik. Hati-hati di jalan nanti."
"Oke sip.." Jawab Bu Farida mengakhiri teleponnya.
"Nak, Oh nak bangun lah ayo jangan tidur aja uda pagi loh ini, ayam aja jam 5 pagi Uda bangun cari makan. Entar rezeki kamu di patuk ayam baru tau!" ucap Ibu yang menarik selimut ku.
"Emm, Ibu.. Iya Bu iya, sebentar ya Bu.." Jawab Imran sambil mencoba bangun dari tempat tidurnya.
"Uda ayo cepat!, Bu Farida tadi udah nelpon kalau hari ini kamu di jemput sama anak nya juga."
"Iya loh Bu ia sebentar kenapa sih.. Ambisius kali dah, orang masih ngumpulin nyawa juga uda di suruh main cepat cepat aja." Balas Rian sedikit kesal.
Sementara di kediaman keluarga nya Cici yang sangat kaya raya itu terlihat begitu amat megah bangunan rumah dari pada orang tuanya Cici, di tambah lagi dengan halaman nya yang seperti lapangan bandara pesawat internasional.
Yang bikin wah nya lagi terlihat dengan amat sangat jelas tepat berada di dalam garasi terdapat jejeran beberapa mobil mewah yang harganya mungkin sampai miliaran. Mobil-mobil klasik, dan juga mobil-mobil layaknya para pejabat.
Meskipun demikian yang namanya golongan orang kaya sudah tak heran di antara salah satu dari keluarga nya pasti memiliki sifat sombong yang tidak ketulungan. Seperti Cici sendiri, yang berbicara sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Namun kali ini dia beruntung, sebab semenjak kedatangan Imran di sekolah Cici mengalami perubahan pada jati dirinya meskipun masih 65 persen.
"Nak cepetan dong aduh lama banget deh.." Ucap Bu Faridah merasa tidak sabar melihat Cici yang masih berdandan.
"Sabar dong Ma!.. Sebentar lagi ini.!" Teriak Cici dari dalam kamarnya.
"Ayo buruan!, entar anaknya teman mama kelamaan nunggu kitanya."
"Iyah Iyah Ma!, is gak sabaran banget sih jadi nyokap!." Balas Cici dengan raut wajah nya yang kelihatan kesal.
"Dasar anak ABG!, dandan begitu aja lama bener.!" Gumam Ibunya Cici dari dalam hati.
"Sudah!.." Seru Cici yang baru saja keluar dari kamar nya dan mulai turun menuruni beberapa anak tangga.
"What!!?, ini beneran kamu nak? ini beneran anak nya mama?! Ucap Ibunya yang tidak percaya setelah melihat putri semata wayangnya itu yang tampak begitu anggun bak seperti Cinderella.
Ya saat itu Cici mengenakan sebuah gaun berwarna biru muda dan sepatu kacanya sekali. Di tambah lagi rambutnya yang terurai setengah dari badannya.
"Ya anak Mama lah!, jadi maksudnya Mama aku ini nggak anaknya mama iya!?", Seru Cici yang tampak cemberut.
"Bukan begitu maksudnya Mama, kamu ini belum apa-apa uda main marah-marah aja." Kata Mamanya yang masih tidak percaya.
Sambil terus melirik gaun yang di kenakan putri semata wayangnya itu, mamanya pun seketika menjadi orang yang baru sehari melihat sang bidadari kayangan.
"Mama gak nyangka nak kalau kamu benar-benar anaknya Mama, sumpah! kamu cantik banget nak... Huh jadi gemes lihat nya..!"
"Auuu... Sakit Ma...!" Cici di cubit oleh Mamanya akibat merasa geram melihat ke cantikan putri nya itu.
"Siapa dulu dong anak nya Pak Supri dan Bu Faridah gitu loh, ya pasti cantik seperti Cinderella.." Ujar Cici merasa sombong.
"Hehe.. Pastinya dong.. Mama yakin dan Mama jamin 100 persen kalau anaknya teman Mama jika sudah ketemu sama kamu Nak pasti dah tu anak langsung jatuh pingsan, setelah melihat Cinderella nya mama yang satu ini." Kata Mamanya Cici yang penuh percaya diri."
"Ah mama bisa aja.." Jawab Cici malu sambil menutupi wajahnya.
"Iya bener, Mama jamin 100 persen kamu lihat aja nanti. Tuh anak kalau udah ketemu kamu, langsung tuh dia minta jadi pacar kamu."
. "Yauda yok ah Ma, entar keburu siang lagi." Ajak Cici kepada Mamanya. Dan mereka pun berangkat dengan mengendarai mobil mewah berupah Alphard berwarna hitam pekat mengkilap.
Sesampainya di rumah Imran, Cici pun turun dari mobil bersama dengan Ibunya. Cici yang mengenakan gaun ala-ala seperti Cinderella itupun tampak berjalan penuh percaya diri berharap dengan tinggi supaya ia benar-benar mendapatkan pujian dari teman ibunya.
"Imran, tuh teman ibu sudah datang mau jemput kamu nak e. Cepat keluar." Panggil Ibunya dari depan rumah.
Iyah Bu sebentar.." Imran pun keluar dari kamar nya dengan menggunakan kemeja kotak kotak berwarna biru muda. Warna yang sama seperti gaun yang di kenakan oleh Cici.
Cici yang turun dari mobil pun di sambut dengan senyuman manis oleh Ibunya Imran.
"E... itu anak kamu say?," Tanya Ibunya Imran yang mendadak langsung terkejut setelah melihat kebenaran yang di lihat kedua matanya.
"Iya ini anak aku Wat. Kenapa emang nya?."
"Lah ini, ini Ibunya Imran kan?. Jadi ini toh teman lama Ibu." Kata Cici sambil menunjuk Ibunya Imran.
"Loh, jadi kalian... Kalian saling kenal Ci?." Tanya Bu Faridah kepada putrinya.
"Yah jelas kenal banget dong Ma, anak nya yang namanya Imran Setiawan itu kan, Nah ni dia cowok itu Ma." Seru Cici lagi sambil menunjuk nunjuk Imran.
"Bu, ini gimana ceritanya sih? jadi teman ibu ini anaknya ternyata teman aku di sekolah." Kata Imran memotong pembicaraan mereka.
"I, ibu gak tau nak kalau Cici ini anak dari Bu Faridah. Lagian kan Ibu sama Bu Faridah ini sudah lama sekali nggak ketemu ya say." Ucap Ibunya Imran kepada Bu Faridah.
"Betul tuh Wat, tapi menurut saya ya lebih baik loh jika anak kita memang sudah saling kenal."
"Iya Far, kamu benar."
"Pas banget kalau gitu ni, ini adalah lampu hijau buat gue." Gumam Cici bicara dari dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments