"Eh ini Bu, tadi..." Ucap Ririn yang terbata-bata.
"buku gambar saya tertinggal di rumah tadi Bu. Saya lupa waktu membawanya." Timpal Lina yang mencoba beralasan.
"Halah..! Pandai-pandai kalian aja buat alasan!, kalian pikir Ibu bisa kalian bohongi gitu. Dasar kalian aja yang pemalas.!" Ucap Bu Hesti marah besar.
"Iya... iya deh maaf Bu. Kali ini janji deh nggak akan ngulanginya lagi." Rengek Lina yang mencoba merayu Bu Hesti.
"Nggak!. Ibu tetap beri kalian hukuman.! Silahkan kalian berdiri di sini sambil angkat satu kaki kalian lalu tarik telinga kalian.!" Perintah Bu Hesti yang tampak muak atas perilaku mereka bertiga.
"Kamu lagi Cici!, kalau Ibu laporkan semua tingkah laku kamu sama Ayah kamu. Ibu jamin, kamu pasti nggak bisa lagi bolos-bolosan lagi waktu jam mata pelajaran berlangsung." Ancam Bu Hesti terhadap Cici.
"Eh eh Bu, Bu jangan dong... Please... Jangan laporin ke Ayah ya Bu. Kali ini janji deh Bu. Saya akan berubah jadi murid yang lebih baik lagi tapi ku mohon ya Bu jangan laporin ke Ayah saya." Pinta Cici memohon.
"Baik!. Ini kesempatan untuk yang terakhir kalinya Ibu berikan kepada kalian bertiga!. Sudah duduk kalian sana!." Perintah Bu Hesti.
Imran yang melihat kejadian itupun seketika langsung tertawa kecil sambil berbisik menyindir Cici.
"Waduh, waduh.. waduh... Cantik-cantik tapi kok tukang bolos sekolah. Hahaha.." Ledek Imran sembari memalingkan pandangannya ke arah Cici yang sudah duduk di kursi nya.
"Apa lu ketawa-ketawa!, nggak ada yang lucu tau!." Balas Cici dengan raut wajahnya yang memerah entah karena malu atau marah.
"Baiklah murid-murid sekalian Ibu sudah kasih nilai tertinggi untuk hasil karya lukisan kalian semua. Dan nilai yang tertinggi di peroleh atas nama.... Imran Setiawan..." Teriak Bu Hesti dengan suaranya yang melengking.
Imran yang mendengar dan menyaksikan pengumuman tersebut, ia pun langsung bersorak kesenangan.
"Wuhuuui.. Selamat ya brader lu menang juga. Emang lu lukis apaan?". Tanya Dimas yang penasaran.
"Ah nggak ada kok Dim, iseng-iseng lukis wajah orang aja tadi." Jawab Imran singkat.
"Haaa... Ketahuan deh kan lu. Hayo ngelukis siapa lu..?" Tanya Dimas kembali dengan kesan meledek.
"Apaan si kamu Dim?." Balas Imran dengan malu-malu.
"Imran... Maju ke depan dan tunjukkan hasil lukisan kamu ke pada teman-teman kamu." Perintah Bu Hesti sembari memberikan lukisan yang ia lukis tadi.
Dan ketika lukisan itu di tempel kan di samping papan tulis, tampak wajah perempuan berambut panjang terurai dengan bulu matanya yang amat lentik mirip seperti salah satu siswi yang ada di ruangan kelas.
"Sudah Bu..'' Ucap Imran yang kemudian bergeser ke sebelah kanan dekat dengan Bu Hesti.
"Imran, ini lukisan wajah siapa?. Kenapa kamu lebih memilih melukis wanita ini dari pada harus melukis pemandangan alam.?" Tanya Bu Hesti yang membuat Imran malu untuk menjawab.
"Gays.. Gays.. Lihat tuh, gila lukisannya cantik bener. Pantas aja di menang." Ucap Lina yang terpukau akan keindahan lukisan yang di hasilkan oleh murid baru tersebut.
"Iya ya Lin, lukisan yang memang tidak bisa di pungkiri lagi kecantikannya." Timpal Ririn lagi sembari menepuk kedua tangannya.
"Tapi tunggu deh Lin. Coba lu perhatiin deh lukisan nya. Dan lu bandingkan sama wajahnya Cici. sebelas dua belas kan." Ujar Ririn yang memperhatikan lukisan tersebut.
"Iya Rin kamu benar. Mirip kali loh sama wajahnya Cici, apa jangan-jangan..." Kata Lina yang ucapannya di gantung.
"Apaan sih kalian!? nyama-nyamain muka gua sama lukisan itu. Ya jauh beda lah..." Ucap Cici yang masih tidak percaya bahwa apa yang di lukis Imran itu tak lain adalah wajahnya ia sendiri.
"Tapi tunggu deh, macem ia sih... Apa bener itu lukisan, lukisan wajah gua. Tapi mustahil deh.! Kok bisa semirip itu?." Timpal Cici lagi.
"Baiklah Imran sekali lagi Ibu minta jawab pertanyaan Ibu.. Siapa wanita yang kamu lukis itu.?" Tanya Bu Hesti dengan pertanyaan yang masih sama.
"Ok deh Bu, kalau ibu memaksa untuk aku harus berkata jujur. Sebenarnya yang aku lukis itu adalah wajahnya Cici Bu." Ucap Imran yang membuat para seluruh siswa menjadi heboh seakan-akan tidak percaya atas apa yang di katakan oleh murid baru itu.
Bu guru yang mendengar nya pun ikut melongo sejenak. Bu Hesti juga seakan tidak percaya atas kejujuran yang di ucapkan oleh murid baru nya itu.
Tapi apalah daya, itulah kenyataan yang harus di terima oleh Bu Hesti dan seluruh para siswa siswi yang berada di dalam ruangan kelas.
"Apa Nak?, Ibu nggak salah dengar.?" Kata Bu Hesti yang merasa tidak percaya.
"Kan kata Ibu tadi, Imran harus berkata jujur. Ya sudah Imran jujur ini." Jawab Imran dengan polosnya.
"Yasudah kalau gitu Nak, kamu bisa kembali duduk ke kursi kamu sekarang." Perintah Bu Hesti pada Imran.
Setibanya kembali duduk, Imran pun di panggil oleh Cici dari arah belakang.
"Hei cowok aneh!, lu tolol atau gimana sih!? Kurang kerjaan banget dah lu. Ngapain lu coba?, lukis wajah gua. Pakai acara di tempel-tempel di dinding segala lagi." Ucap Cici antara kesal bercampur senang.
"Ah kamu galak amat jadi cewek. Tapi ngomong-ngomong kamu suka kan sama hasil karya ku.?" Tanya Imran minta kepastian.
"Bodok ah!.." Jawab Cici cuek namun tersirat senyuman tipis di bibirnya.
"Oh ya Btw, dari semalam kita nggak berkenalan lo. Kenalin nama saya Imran Setiawan, kamu bisa panggil saya dengan panggilan Imran." Ujar Imran sambil menyodorkan tangannya kepada Cici.
"Dasar cowok idiot!, yang tadi lu ke depan ngapain!?. Dasar cowok freak!." Balas Cici yang tetap bersikap cuek.
"Ya elaah... galak bener, tapi nggak papa galak-galak gitu aku tetap suka." Rayu Imran sambil mengedipkan salah satu matanya.
"Dih.. Najis..!" Balas Cici cuek sembari memalingkan pandangannya.
Dimas teman sebangkunya yang tengah menyaksikan adegan romantis bak antara Romeo dan Juliet itu pun, sesaat tersenyum sendiri. Bagaimana tidak?, ia melihat teman barunya itu sudah berani menggoda salah satu gadis yang sikap nya macam singa.
Di tambah lagi Cici yang berasal dari keluarga kaya raya. Ririn dan Lina yang juga ikut menyaksikan adegan tersebut, mereka langsung saja mencoba meledek Cici dengan berkata;
"Eheum.. Cie.. Cie... yang lagi kasmaran. Awas lo Ci, entar benci-benci gitu elu jadi kepincut baru tau rasa lu.! Hihihi..." Ucap mereka berdua sambil tertawa cekikikan.
"Enak aja kalian kalau ngomong.! Ya kali gua suka sama dia.! Dih, amit-amit.!" Timpal Cici merasa kesal terhadap temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
EnanaRoja.
Wow, aku suka banget dengan kejutan di tiap chapternya. Keren! 🤯
2024-02-08
2