Eps 3. Siswa Baru.

     Di pagi hari yang cerah, setiap hembusan angin sepoi-sepoi memasuki jendela kelas yang sedang terbuka lebar. Wajah-wajah para seluruh siswa-siswi kian tampak semakin elok bila di pandang.

        Hingga pada suatu ketika salah seorang mahasiswa yang bernama Rio memberi isyarat bahwa akan tiba seorang guru bernama Bu Hesti, bersama dengan siswa baru yang berada di sampingnya.

        Setibanya di dalam kelas 10. Tampak raut wajah Bu Hesti penuh kesenangan, dengan senyuman nya yang begitu manis terpancar di parasnya yang cantik pula.

       "Selamat pagi anak-anak..." Sapa Bu Hesti ke semua murid yang ada di dalam ruangan.

       "Pagi juga Bu..." Balas para murid dengan suara yang menggema.

        Bu Hesti ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran Matematika, dan Fisika. Bu Hesti juga memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai guru yang mengajar di sekolah lain.

       "Hari ini kita akan kedatangan teman baru pindahan dari sekolah yang berada di Pekanbaru... Imran silahkan perkenalkan nama kamu terlebih dahulu..." Pinta Bu Hesti kepada murid yang baru pindah itu.

       "Hai semuanya, perkenalkan nama saya Imran Setiawan, kalian bisa panggil saya dengan sebutan Imran. Saya berusia 17 tahun, dan pindahan dari sekolah Abdi Sejati Pekanbaru." Ucap Imran dalam memperkenalkan dirinya.

       Ya murid pindahan ini bernama Imran, salah satu mahasiswa berprestasi, rajin, dan baik hati. Ia berasal dari keluarga sederhana. Namun berkat semangat, dan kegigihannya Imran tak pernah runtuh untuk mewujudkan impiannya.

       Meski awalnya dia hanya bersekolah di SMA biasa yang berada di desa, tidak menjadikannya sebagai alasan untuk tidak berputus asa dalam belajar. Berkat kepintarannya dirinya mendapatkan beasiswa setelah ia menjuarai lomba melukis tingkat internasional.

       Oleh karena itulah banyak sekolah-sekolah ternama yang mau memberikan beasiswa kepada Imran termasuk sekolah yang ia jajaki sekarang ini.

      "Baiklah semuanya... Kalian sudah mendengarkan perkenalan dari Imran, Ibu berharap kalian bisa menerima Imran di sini dengan baik. Untuk kamu Imran, silahkan kamu duduk di sebelah Dimas." Ujar Bu guru.

      "Baik Bu.." Jawab Imran dengan mengangguk kan kepalanya.

       Sambil berjalan menuju tempat duduknya seketika ia mendengar beberapa murid yang tengah berbisik-bisik dengan sesekali melirik si Imran murid pindahan itu.

       "Gila.. Cakep bener... Sumpah.!" Ucap salah seorang siswi yang duduk berada di kursi belakang.

       Imran yang mendengar itupun hanya tersenyum tipis sambil berkata di dalam hati;

       "Imran kamu harus kuat!, jangan biarkan pujian mereka membuat kamu tumbang... Semangat." (Batin Imran).

      "Hey bray. Kenalin nama ku gua Dimas." Sapa Dimas sembari mengulurkan tangannya kepada Imran dengan ramah.

      Dimas ini adalah salah satu mahasiswa yang cukup berbakat dan populer di kelas music.

      "Salam kenal juga Dim." Balas Imran sambil menyambut tangan Dimas.

      Di sisi lain tepat berada di meja belakang, terdengar suara bisik-bisik yang seperti nya sedang membicarakan seseorang.

     "Eh say, liat tuh anak baru. Parasnya ganteng juga ya." Ucap Tasya bersama dengan teman sebangkunya.

     Tasya ini sendiri adalah siswi yang sangat berprestasi dalam bidang pendidikan matematika. Di karenakan kecerdasan nya yang melebihi rata-rata menjadi kan nya ratu bagi guru-guru yang mengandalkannya.

     Di sisi lain pula tampak Ririn, dan Lina, yang terus mengamati dari meja belakang. Sementara Cici yang duduk suka menyendiri di karenakan wataknya yang sombong dan tidak suka banyak bicara.

    "Idiihh... Tampan?. Di liat dari sudut mananya coba tampan!? B aja kali.!" Jawab Cici dengan jutek.

    "Kalian sedang ngomongin apa si gays?." Ucap Lina yang merasa bingung.

    "Oh tuhan... Luh itu ya Lina!, jadi cewek lola banget sih. Itu lo itu... Cowok baru itu." Balas Ririn dengan wajahnya yang sangat geram.

    "Oooh... Si Imran, ya bilang kek dari tadi." Jawab Lina yang benar-benar lola dalam berfikir.

    "Eh Cici, kalau di pandang-pandang Imran itu wajahnya ganteng juga ya. Gayanya liat deh. Huh maco habis." Kata Ririn lagi.

"Itu sih menurut kalian aja. Bagi gua tampangnya dia biasa aja kali." Jawab Cici cuek dan nada nya yang berkesan sombong.

"Hem... Iya sih, dia miskin. Tapi tampangnya itu ganteng bingits cin.." Timpal Ririn dengan gayanya yang sok lucu.

"Eh Rin, Luh kenapa si ha!?. Tumben-tumbenan lu kaya gitu, geli gua liatnya. Iwww.." Balas Lina dengan menggoyangkan badannya.

"Tau tuh si Ririn, lebay banget." Balas Cici singkat.

"Oke anak-anak sekalian, berhubungan kita masih dalam suasana MOS, Ibu akan mengadakan perlombaan yaitu lomba melukis. Kalian berhak memilih mau apa yang akan kalian lukis. Bisa pemandangan, bisa orang, dan lain-lain. Dan barang siapa nanti yang nilainya lebih tinggi dia akan mendapatkan hadiah dari Ibu. Waktu kalian di hitung mulai dari sekarang." Perintah Bu Guru Kepada seluruh siswa.

"Halah paling-paling hadiahnya cuman buku tulis 5 biji." Ucap Cici dengan sombongnya.

"Eh Ci, lu mau melukis apaan?." Tanya Lina yang berada duduk di belakang Cici.

"Alah... Sejak kapan luh, suka melukis?. Tau menggambar aja enggak.'' Ledek Cici kepada Lina.

"Ah elu Ci... Ya kan lumayan hadiahnya biarpun cuma buku tulis 5 biji doang, kan lumayan uang jajan 2 hari bisa di hemat. Hihihi..." Jawab Lina sambil tertawa kecil.

Cici yang masih terus memperhatikan Imran, tentu membuat Imran mengerti bukan karena merasa di idolakan, tapi ia dapat merasakan seseorang yang sedang mulai menyukai nya.

Hal tersebut membuat Imran iseng-iseng melukis wajah Cici yang di mana lukisan tersebut sangat mirip dengan wajah aslinya Cici.

Diam-diam sesekali ia melirik ke arah Cici sambil tangannya yang terus melukis.

"Tuh cowok ngapa sih! liatin gua muluk?." Batin Cici yang sesaat melirik Imran. Ia sadar bahwa dirinya sedang di perhatikan.

Saat beberapa waktu lamanya, Bu guru pun memerintahkan seluruh murid nya untuk mengumpulkan hasil lukisan yang mereka lukis tadi.

"Baik lah anak-anak... Waktu kalian sudah habis. Silahkan kumpulkan satu persatu hasil lukisan kalian ke depan. Ibu panggil sesuai urutan nama." Kata Bu guru yang sedang mempersiapkan jadwal nama siswa.

"Baik Bu.." Ucap serentak seluruh murid.

Setelah satu persatu hasil lukisan terkumpul, benar saja Bu guru tidak mendapati hasil lukisan dari ke tiga murid. Ke tiga murid tersebut tak lain adalah Cici, Ririn, dan Lina.

"Ini kenapa Cici, Ririn, Lina nggak ada mengumpulkan?, Hei..! Kalian bertiga maju ke depan sini.!" Bentak Bu Hesti yang tiba-tiba marah.

"Duh gimana ni gays.? Gua nggak mau ya kalau sampai hormat bendera lagi.

"Udah la jangan takut. Percaya aja sama gua." Jawab Cici dengan rasa percaya diri.

"Kenapa kalian nggak mengumpulkan lukisan!?, kalian nggak mendengar apa perintah Ibu tadi ya di depan!?." Tanya Bu Hesti dengan raut wajahnya yang kembali marah.

Terpopuler

Comments

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

ninggalin jejak dulu.

2024-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!