"Bro ke kafe tempat biasa yok." Kata Dimas teman sebangkunya Imran.
"Yok la Dim, perut ku juga terasa keroncongan ni lapar."
"Yok lah gas." Seru si Dimas.
"Ci yuk ke kafe," kata Rizal teman barunya Cici.
"Ayok.. Perut gua juga uda terasa perih ni Zal." Balas Cici yang mencengkram perut nya.
"Woi tunggu ngapa, mau ke kafe pada nggak ngajak-ngajak parah kalian Ci." Kata Ririn menyambung.
"Yauda ayo kita sama-sama ke kafe, gitu ada mesti kali recok." Kata Cici mengerutkan keningnya.
Mereka semua pun pergi kafe secara berbarengan. Dan sesampainya di Kafe tampak begitu penuh orang-orang yang telah duduk dan ada yang berdiri mengantri berdesak-desakan. Sementara Dimas dan Imran saat itu sedang mencari-cari kursi kosong.
"Eh Bro, tuh ada lesehan, duduk situ aja kita yok gimana?," kata Dimas memberi saran.
"Yok la Dim, dari pada kita gak dapat tempat duduk." Balas Imran singkat.
Setibanya di lesehan mereka pun melepaskan satu persatu sepatu mereka, sebab jika duduk di lesehan sepatu tidak di perkenankan untuk di gunakan.
Sementara dengan rombongan Cici, dan bersama temannya yang baru sampai di kafe melihat jika tidak ada tempat kursi yang kosong lagi, karena saat itu kafe tampak terlihat sangat ramai sekali. Dan sampai dapat lah mereka lesehan yang kebetulan hanya tinggal 1 lagi.
lesehan yang akan mereka tempati ternyata berdempetan dengan lesehan tempat di mana Imran dan Dimas tengah duduk santai.
"Eh, gays sebentar deh. Itu bukannya Imran sama Dimas ya." Ucap Ririn.
"Yang mana Rin, ah elo nggak usah ngaco lah." Seru Cici yang menjadi penasaran.
"Iya Lo bener Ci, gue nggak bakal salah lihat. Itu benar-benar Imran sama Dimas." Ujar Ririn yang tetap bersikeras sambil menunjuk nunjuk.
Dengan rasa penasaran Cici pun mencoba berteriak memanggil Imran dari kejauhan.
"Hei Imran..!" Teriak Cici memanggil.
Imran yang merasa sedikit mendengar suara teriakan sejenak ia celingukan mencari asal sumber suara tersebut.
"Perasaan ada yang manggil aku lah tadi Dim." Kata Imran kepada Dimas.
"Hah, siapa?." Jawab Dimas sambil melihat sekeliling.
Selang beberapa waktu Cici dan beserta temannya itupun datang menghampiri Imran.
"Hei Imran." Panggil Cici sambil menepuk bahu Imran.
Imran pun menoleh untuk melihat siapa yang memanggil nya sedari tadi. Setelah Imran melihat wajah wanita tersebut ia hanya menghela nafas.
"Huh.. Cici rupanya Dim yang manggil aku sedari tadi." Dan berbalik lagi.
"Dih makan di sini gak ngajak-ngajak ye Mran." Kata Cici sambil tersenyum.
"Hem." Jawab Imran cuek.
"Eh Mran, uda beberapa hari ini gua nggak lihat elo jualan kue kering lagi, kenapa?." Tanya Cici.
"Jualan, tapi hanya di depan rumah aja." Jawab Imran lagi.
"Oooh pantesan..."
"Oh ya uda pada pesan makanan belum?"
"Belom.." Jawab Imran lagi cuek.
"Mau pesan apa kalian?, biar gua yang bayarin." Ucap Cici sombong.
"Dasar sombong!", batin Imran dari dalam hati."
"Nah pas banget Ci, gue kebetulan lagi bokek ni, elo bayarin gue juga kan?" Balas Lina memotong perkataan Cici.
"Udah tenang... Semua biar gue yang bayarin, udah buruan gih pesan!."
"Widi rajin-rajin dong Ci begini, bandarin kita-kita ya gak Zal..?" Kata Ririn kepada Rizal.
"Dih elo mah milih gratisan mulu." Balas Rizal.
"Eh Mran, elo mau pesan apa?, biar gue yang bayarin entar, soal bayar membayar elo gak usah khawatir." Ujar Cici yang tetap bersikap sombong.
"Hem." Jawab Imran singkat.
"Eh Mran, jutek amat lo jadi cowok!. Miskin aja belagu!, pake acara nyuekin Cici lagi." Timpal Ririn si mulut setang becak.
"Dim kita pindah yok, nggak nyaman lama-lama duduk di sini." Ajak Imran yang merasa tidak nyaman akan kehadiran Cici.
"Mau pindah ke mana bro, Uda gak ada tempat lagi yang kosong." Balas Dimas.
"Huuh... Yauda la Dim, buruan pesan makanan, entar keburu masuk lagi." Pinta Imran.
"Ok, oke. Lo mau pesan apa?, liat-liat aja dulu menunya, biar gua panggil waiters nya." Kata Dimas yang memberikan menu kafe tersebut.
Tidak mau berlama-lama Imran pun telah memilih makanan yang akan ia makan.
"Dim, aku mau makan ini aja deh, em... Roti bakar rasa coklat aja 2."
"Oke, tunggu biar gue pesenin."
"Oke."
Sementara Cici yang duduk bersebelahan dengan Imran, sesekali melirik dan sambil melontarkan jurus andalannya dalam memikat para cowok di sekolah yaitu kedipan mata genitnya..
"Eh Ci, elo mau pesan apa? buruan entar keburu bel bunyi." Ujar Ririn.
"Eh iya iya, em ini gue mau makan bakso aja." Jawab Cici yang mendadak terkejut.
"Kalau lo Lin mau makan apa?", Tanya Ririn kepada Lina.
"Gua ini aja deh Rin, Mie pangsit goreng spesial aja 1, sama jus jeruk nya 1 nggak pakai es."
"Oke, kalau elo Zal, elo mau makan apaan?." Tanya Ririn kepada Rizal.
"Ni aja gua pesan ayam bakar 1, sama jus alpukat 1."
" Oke, tunggu biar gue panggil waiters nya."
"Oke.
Dan tak butuh waktu lama, salah seorang Waiters cantik datang menghampiri mereka berempat.
"Kak, saya pesan ayam bakar 1, terus Mie pangsit goreng spesial 1, 1 porsi bakso biasa, terus jus jeruk nggak pakai es 1, sama ini kak jus alpukat nya 1."
"uda itu aja kak, cukup?."
"Cukup Kak."
"Ok Kak, tunggu sebentar ya kak."
"Oke."
Sementara Cici yang terus saja memandangi Imran. Ia pun bergumam dalam hati ``Andai aja gue bisa menaklukkan hatinya``
"Eh Bro, liat tu si Cici dari tadi liatin elo terus. Jangan-jangan dia naksir lagi sama Lo." Ledek Dimas.
"Enak aja kamu Dim, kalau ngomong. Lagian nggak mungkin lah dia suka sama ku, aku bukan level nya dia kali. Beda kasta cuy." Balas Imran sambil tersenyum.
"Eh jangan salah, kalau udah namanya cinta semua itu gak di pake Bro." Ujar Dimas.
"Dah ah Dim, gak usah di bahas nggak penting. Lagian aku mau tetap fokus sama sekolah ku dulu, supaya jadi orang yang sukses nantinya." Balas Imran.
"Serah lo aja deh Bro, kalau gua ni ya cewek seksi macam Cici gitu langsung gua sikat. Bener, gak bohong gua."
"Hem em.. Dasar otak cabul."
Ririn yang masih terus saja memandangi Imran, Ririn pun mulai menyadari nya.
"Em em ni anak satu asik si cowok miskin itu aja yang di pandangi, macam gak ada cowok lain aja."
"Ci, dari tadi gue perhatiin asik asik elo liatin Imran mulu. Apa jangan-jangan elo beneran naksir ya sama dia."
"Enak aja, mana ada gue liatin Imran. Ya kali gue nya naksir sama si anak penjual kue keliling, yang ada harga diri gue jatuh Rin Rin..." Balas Cici berbohong dalam pembelaan diri.
"Halah.. Nggak usah bohong dah lu Ci, nampak Lo dari gerak-gerik mu."
"Apaan sih?! gak jelas.!"
"Kalian kenapa si hah!?, asik berantem terus dari tadi. Ucap Rizal yang mulai tampak kesal melihat kelakuan Ririn dan Cici.
"Tah tu si Ririn gak jelas banget. Masa dia nuduh gue naksir sama Imran, aduh... Gak kelas gue banget.."
"Halah kalau emang elo beneran naksir sama tu anak, ya gak jadi masalah juga kali' Ci." Balas Rizal di sela-sela percakapan.
"Udah gak usah munafik jadi orang Ci, Uda ayo kita gabung ke lesehan Imran. Gue bakal comblangin elo sama si Imran, ayo." Ajak Ririn sambil menarik tangannya Cici.
"Tapi Zal!!, suara Cici terbata-bata.
"Udah gak usah elo pikirin, Imran kan teman kelas kita juga kali Ci, ya walaupun sikapnya rada-rada cuek."
"Yauda deh Rin."
Mereka pun berpindah tempat ke lesehan Imran yang sedang duduk bersama Dimas.
"Hai Mran, Dim.. Boleh gabung nggak?" Tanya Cici yang sedikit malu malu.
"Huh.. Mau apa lagi ni cewek sombong ke sini?." Batin Imran dari dalam hati.
"Hem..." Jawab Imran cuek.
"Boleh.. boleh Ci, sini gabung aja." Sahut Dimas langsung tanpa menunggu persetujuan dari Imran, Imran hanya melirik sekian detik dengan kesan tidak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments