****
Mall besar itu menjadi tujuan utama Aletta dan Jouvia hari ini. Kedua gadis itu memutuskan untuk menghabiskan waktu mereka untuk sehari ini mengelilingi mall sekalian melupakan masalah untuk sejenak. Dengan seperti ini mereka hanya akan fokus dengan apa yang mereka lakukan sekarang, bersenang-senang melihat-lihat apa yang sekiranya cocok untuk mereka beli dan juga cocok di dompet.
Healing dengan dompet tipis memang harus begitu bukan? Sekarang masih awal bulan dan jika di habiskan semua bisa-bisa hari-hari berikutnya mereka hanya makan tanah dengan minum air selokan, jangan sampai saja. Mereka harus bisa membagi gaji mereka yang terbilang tidak seberapa itu untuk kehidupan sebulan ke depan dan berfoya-foya untuk saat ini.
Berjalan mengelilingi mall besar dengan sesekali melontarkan candaan, terkadang mereka juga tertawa saat melihat para pengunjung yang bertingkat konyol. Jika sudah berdua dunia terasa milik mereka tidak memperdulikan orang-orang di sekitar akan menatap mereka seperti orang gila yang terpenting sekarang adalah sesuka mereka di dunia mereka, Yap betul, sesuka mereka saja.
"Andai aku orang ber uang sudah pasti aku borong seisi mall ini seperti gadis itu, kau lihat belanjaannya terlalu banyak sampai-sampai orang suruhannya kewalahan membawa belanjaannya" ujar Aletta salah fokus pada salah satu pengunjung dengan bodyguard di belakangnya membawa barang belanjaannya yang tidak sedikit.
"Jangan khawatir, berangan-angan saja dulu siapa tau nanti kau mendapatkan suami seorang milyarder" sahut Jouvia dengan kekehan kecil "ah ya, sekarang kau lagi berpacaran dengan orang kaya bukan? Jadi sebentar lagi pundi-pundi uang akan menghujanimu, tetap tenang kah akan segera merasakannya" kata Jouvia mengingat.
Aletta terkekeh "Sebelum menjadi istrinya akan aku rampas terlebih dahulu hartanya, siapa tau nanti aku bukan jodohnya, kan sayang sekali tidak mendapatkan apa-apa dari dia" kata Aletta "tampangku cocok bukan menjadi gadis matre? Aku ingin merasakan menjadi gadis matre" Aletta menampilkan senyuman khasnya.
Jouvia terkekeh geli "dari tampangmu tidak cocok sama sekali, kau terlihat seperti gadis lugu yang tidak mengerti apa-apa" kata Jouvia menatap Aletta dari atas sampai bawah "tapi kali ini aku mendukungmu untuk menjadi seorang gadis matre, lakukan itu dan jangan kau lupakan sahabatmu ini" kata Jouvia tertawa.
"Tampang tidak menjamin, tetapi dengan tampangku ini orang-orang akan mengira aku gadis polos bukan" kekeh Jouvia "tapi aku memang masih polos untuk pria seperti Maxim, otakku saja yang sudah kotor tertular olehmu" kata Aletta menuduh Jouvia.
"Enak saja, aku mengajarkanmu yang baik-baik tidak pernah mengotori otakmu itu, kau sendiri yang mengotorinya" balas Jouvia tidak terima.
Aletta lagi-lagi tertawa,
"Ah seharusnya aku meminta transferan pada Maxim semalam agar aku bisa bebas membeli apapun di sini, lihatlah baju-baju itu, sangat cocok untukku pakai tapi harganya tidak sesuai dengan kantongku" keluh Aletta.
"Kau terlambat, tidak masalah lain kali kan kau bisa mengajaknya untuk belanja, dan kau bisa merampas uangnya dengan membeli semua yang kau mau" balas Jouvia.
"Kau benar,"
"Ehem"
Kedua gadis yang tengah asik mengobrol itu dibuat kaget oleh deheman seseorang membuat mereka serentak menoleh ke belakang memastikan siapa pemilik suara.
"Kalian?" Ucap Aletta mengerutkan keningnya begitupun dengan Jouvia yang merasa heran di sebelahnya, mati sudah mereka yang sedari tadi membicarakan pria itu.
"Ya, ada yang salah?"
"Maxim, Justin sedang apa kalian di sini?"Tanya Aletta menatap kedua pria itu meminta penjelasan, kenapa tiba-tiba saja mereka ada di belakang mereka, sejak kapan dua pria itu berada di belakangnya, apa mereka mendengar obrolan Aletta dan Jouvia, oh shit. Sangat memalukan sekali jika itu benar.
"Berbelanja, sama halnya dengan kalian, ah tapi sepertinya kalian hanya berkeliling saja?" Ujar Maxim tidak melihat satupun belanjaan di tangan dua gadis itu.
"Katakan, sejak kapan kalian mengikuti kami?" Tanya Aletta.
"Sejak kau mengatakan ingin merampas hartaku" balas pria itu membuat Aletta dan Jouvia saling tatap.
Mampus, baru juga merencanakan tetapi sudah kepergok duluan oleh orang yang akan di jadikan tujuan untuk di rampas hartanya, memang sangat sial sekali bukan, kenapa juga mereka ada di sini dan.... Kenapa mereka tidak bilang dari awal jika mereka disini bukan hanya diam-diam seperti itu kan jadinya Aletta dan Jouvia keciduk tengah merencanakan hal bodoh.
"Justin ajak Jouvia bersamamu"Maxim melirik Justin.
"Dilaksanakan" sahut pria itu tersenyum manis sementara Maxim memutar bola matanya malas, bagaimana pria itu tidak tersenyum, kesempatan besar untuk pendekatan di berikan oleh Maxim secara cuma-cuma.
Sekarang hanya mereka berdua di sini, Aletta mendongak menatap Maxim menampilkan cengiran di hadapan pria itu yang kini memasang wajah datar.
"Kau marah?" Tanya Aletta.
Maxim menggeleng.
"Ayolah, aku hanya ingin merampas hartamu bukan nyawamu, lagian aku merampas juga sebagian kecilnya saja tidak akan membuatmu jadi gelandangan, kasihanilah kekasihmu yang miskin ini" kata Aletta agar pria itu tidak marah padanya.
"Siapa yang marah?"
Aletta mendengus "tentu saja kau, lagian untuk apa juga kau mengikutiku, seandainya kau tidak mengikutiku pasti kau tidak akan mendengar obrolanku dengan Jo"ujar Aletta kesal sendiri di buatnya.
"Kenapa kau yang marah, bukankah kau yang membicarakanku?" tanya Maxim.
"Kau menyebalkan"
"Bagus bukan jika aku mendengarnya"
Aletta berdecak "untuk apa kau disini, kau mengangguku dengan Jo saja, padahal kami ingin menghabiskan waktu bersama untuk hari ini" kata Aletta menatap malas pria yang kini di hadapannya itu.
"Bukankah beberapa hari ini kalian tinggal seatap apa itu masih kurang untuk menghabiskan waktu bersama?" Tanya Maxim mengingat Aletta dan Jouvia yang tinggal di tempat yang sama.
"Berbeda, sekarang kami ingin menghabiskan waktu di luar dengan refreshing melihat-lihat isi mall ini dan sekalian cuci mata melihat pria-pria tampan berkeliaran di mall besar ini" ujar Aletta.
"Cih, apa kau lupa jika kau sudah mempunyai kekasih"
Aletta mengendihkan bahunya "Aku bosan jika harus melihatmu terus"
"Terserah"
Aletta menatap Maxim yang memalingkan wajahnya ke arah lain, membuat Aletta jadi gemas dengan pria itu, apa ia merajuk? Senyuman terukir di bibir Aletta. Tangan gadis itu tiba-tiba terulur mengandeng tangan Maxim.
"Apa kau hanya ingin menemuiku untuk berdiam diri di sini saja? Apa kau tidak mau mengajakku untuk berbelanja?" Tanya Aletta manja.
Ayolah bagaimana bisa Maxim mengabaikan wanita yang sudah berhasil membuat ia tergila-gila itu.
"Ya, sekarang kita belanja, kau mau apa ambil saja tidak terkecuali seisi mall ini" kata Maxim melirik gadisnya yang masih setia mengandeng tangannya.
Aletta tertawa "kau terlalu berlebihan" balasnya.
"Apapun untukmu"
Aletta mendongak menatap pria itu sekilas "kenapa kau mengemaskan sekali, Max. Aku jadi semakin mencintai hartamu, kau tahu" ujar Aletta tersenyum lebar.
Maxim mendengus, apa-apaan gadisnya berkata seperti itu, seharusnya makin mencintai dia bukan hartanya, apa wajah pria itu terkalahkan oleh harta? Padahal wajahnya sangat tampan semua orang yang pernah bertemu dengannya juga mengakui itu kecuali Aletta mungkin.
"Cintai aku maka kau akan mendapatkan itu" balas Maxim.
"Benarkah?"
"Tentu saja"
Aletta tak lagi membalas, mereka kembali berkeliling mengitari penjuru mall sesekali juga mengunjungi toko-toko yang ada di sana membeli apa yang Aletta mau, mumpung atm berjalannya lagi berfungsi maka akan ia manfaatkan semaksimal mungkin membeli semua barang-barang incarannya, kapan lagi kan, selagi ada kesempatan ya di manfaatkanlah.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments