7

****

"Hai, Maxim. Maaf sudah membuatmu menunggu lama" ujar seorang wanita menghampiri Maxim yang sudah dari tadi menunggu di cafe itu.

"Ya, aku terpaksa memaafkan" balas Maxim.

Gadis itu terkekeh geli "bagaimana kabarmu? Setelah hari dimana kau menolak perjodohan itu aku tak lagi melihatmu" ujarnya berbasa-basi.

"Seperti yang kau lihat, Cla. Setelah aku membatalkan perjodohan itu rasanya aku jauh lebih baik" balas Maxim.

Gadis yang kini berada di hadapannya itu adalah Clara, wanita yang waktu itu ia tolak untuk di jodohkan dengannya.

"Katakan apa maumu?" Tanya Maxim.

"Kau seperti tergesa-gesa hendak buang air saja, tunggu sebentar aku baru saja sampai apa kau tidak mau menawarkan aku untuk minum atau makan sesuatu dulu?" Balas gadis itu membuat Maxim menatapnya malas.

"Ya, terserahmu"

Clara tersenyum tipis "kau mau tau sisi busuk ayahku bukan?" Ujar Clara "aku sudah membawa bukti-bukti tentang kejahatannya dan kelemahan dari perusahaan miliknya" ujar Clara memberikan map berisikan beberapa berkas di sana.

Maxim melirik map itu lalu beralih kepada Clara "sebenarnya apa tujuanmu mau memberikan informasi itu kepadaku? Apa ini rencana di balik kebusukan ayahmu?" Tanya Maxim yang masih belum mengerti.

Clara membalas dengan senyuman "kau terlalu curiga, Max. Aku tidak berniat seperti itu tetapi aku hanya ingin menghancurkan pria tua Bangka itu saja" jelas Clara "aku rasa kau bisa membantuku melenyapkan pria itu dan aku juga bisa membantumu melenyapkan salah satu musuh bisnismu yang sangat terobsesi ingin mengambil kekuasaan bisnismu sampai-sampai ia merelakanku untuk di jodohkan denganmu" jelas Clara.

"Mengapa begitu? Bukankah dia ayahmu?"

Clara mengangguk "lebih tepatnya ayah sambungku" balas Clara. Gadis itu menghela nafasnya "empat tahun lalu, ibuku meninggal karena ulah pria gila itu. Jadi dia berselingkuh di belakang ibuku dan ibuku mengetahuinya setelahnya ibuku mengalami serangan jantung lalu meninggal" ujar Clara menceritakan.

"Aku tidak terima, bahkan aku juga sudah mendapatkan fakta bahwa pria itu juga yang telah membunuh ayahku demi merebut ibuku dulu" lanjutnya.

Maxim mengerutkan keningnya, ia pikir Clara adalah anak kandungnya ternyata tidak dan lebih parahnya Clara mempunyai dendam pada pria itu.

"Apa kau mau bekerjasama denganku?" Tanya Clara menatap Maxim penuh harap.

"Tentu saja, kau mau aku menghancurkannya seperti apa? Membuatnya menjadi seorang gelandangan dan menjadi gila atau mengantarkannya ke neraka lebih cepat?" Tanya Maxim memberikan beberapa penawaran kepada Clara.

"Aku rasa mengantarkannya ke neraka lebih baik, pasalnya aku sudah muak melihat pria itu masih bernafas di bumi ini, dan aku mau tanganku sendiri yang akan membawanya ke neraka, apa aku bisa?" Tanya Clara.

Maxim menyungingkan senyuman khasnya yang tampak menyeramkan "tentu saja, aku akan menyelesaikan masalah ini dan mengajakmu untuk bersenang-senang" ujar Maxim.

"Berapa lama?"

"Kau mau berapa lama?"

"Aku ingin secepatnya, agar rasa dendamku terbayarkan. Melihat wajahnya setiap hari rasanya aku frustasi ingin melenyapkannya tapi aku tidak punya cara untuk itu, makanya aku berfikir kau lah caranya agar aku bisa menghabisinya"

"Kau menemukan orang yang tepat, secepatnya aku akan menghubungimu untuk berpesta melenyapkan pria biadab itu"

"Aku menunggunya"

Maxim menggangguk "aku rasa urusan kita untuk hari ini sudah selesai, aku akan pergi"

"Mengapa kau terburu-buru, apa istrimu di rumah ingin melahirkan? Dasar manusia sok sibuk" ujar Clara menatap jengah pria itu padahal belum cukup satu jam mereka bertemu dan sekarang pria itu hendak pulang saja.

"Aku rasa iya, istriku sepertinya akan segera melahirkan anak kembarku" balas Maxim mengiyakan perkataan Clara.

Clara tertawa mendengar balasan dari Maxim "terserah apa katamu, sebaiknya kau benar-benar harus buru-buru pulang agar nanti istrimu tidak melahirkan sendirian di kamar, sangat memprihatikan bukan mendapatkan seorang suami tidak bertanggung jawab" balas Clara.

"Kau benar, aku akan pergi, sampai jumpa di hari kematian ayahmu"

"Aku menunggu hari itu" balas Clara.

****

"Permisi, sir" Aletta memasuki ruangan Maxim, menghampiri pria itu. Saat Aletta sedang asik bekerja dengan tenang tiba-tiba Justin memberitahunya jika atasannya memanggil entah untuk keperluan apa.

"Sir?" Tanya Maxim mengerutkan keningnya "apa kau lupa aku ini kekasihmu, panggil namaku saja atau panggilan romantis yang kau punya" beritahu Maxim menghampiri gadis yang kini berdiri di seberang mejanya.

Aletta memutar bola matanya malas, lagi dan lagi. ia pikir panggilan kali ini berhubungan dengan pekerjaan atau apalah yang sangat penting tetapi ini? Ya, ya berhubungan dengan sebuah hubungan yang tidak jelas akan kebenarannya. Aletta malas jika hanya untuk membahas tentang dirinya dengan Maxim, kalau bisa lupakan saja itu, lalu bertindaklah seperti atasan dan bawahan tanpa embel-embel kekasih sialan begitu.

"Katakan, ada apa kau memanggilku, Max?" Tanya Aletta tidak mau memperpanjang urusan dengan pria itu lebih baik ia mengalah untuk berlemah lembut kepadanya.

Maxim mengulas senyum "mengapa aku selalu merindukanmu?" Ujar Maxim "lihatlah wajah cantikmu ini selalu membuatku terbayang-bayang dan ingin segera mengecupnya" kata Maxim mengusap lembut wajah Aletta.

"Lepaskan tanganmu, aku tidak sudi di sentuh!!" kata Aletta menghempaskan tangan Maxim dari sana. Oh ayolah mengapa tangan berlumur dosa itu dengan tidak sopan nya menyentuh wajah suci Aletta yang belum terjamah laki-laki.

Wajah pria itu berubah menjadi keruh mendapatkan perlakuan itu dari Aletta, ia tidak suka di bantah seperti ini, sorot mata teduhnya berubah menjadi tajam layaknya seorang pemangsa yang menemukan mangsanya, ia mendekatkan tubuhnya pada Aletta membuat Gadis itu melangkah mundur dengan bulunya yang meremang sehingga menubruk meja kerja Maxim.

Susah payah Aletta menelan ludahnya, kali ini, kali pertama ia melihat Maxim dengan mata seperti itu tidak seperti biasanya. Maxim mengikis jarak di antara mereka, kini kening pria itu menempel sempurna pada kening Aletta membuat Aletta menahan nafasnya.

Perlahan bibir tipis itu menempel pada bibir Aletta, cukup lama. Setelahnya Maxim memberikan lumatan dengan tangannya yang satu menahan tengkuk Aletta agar memperdalam ciuman mereka. Sementara Aletta, gadis itu memejamkan matanya menutup rapat-rapat bibirnya namun tidak bertahan lama kala Maxim mengigit bibir gadis itu sehingga memberikan akses untuk pria itu masuk ke dalam sana dan menguasai mulut gadis itu.

"Humpff" Aletta memukul dada Maxim merasa kehabisan nafas.

Setelah terlepas, Aletta menutup bibirnya dengan kedua tangan menatap Maxim takut, ekspresi wajah pria itu sudah berubah dari yang sebelumnya. Tatapan mata elangnya sudah kembali menjadi normal dengan pandangan lekat pada Aletta.

"Jadilah gadis penurut" kata Maxim menatap Aletta dengan tatapan teduh.

Aletta diam saja menundukkan kepalanya, entah mengapa keberaniannya terasa hilang saat melihat mata elang pria itu, yang seperti siap memakan mangsanya. Aletta takut jika berhadapan dengan orang yang tengah emosi, entah trauma atau bagaimana. Ia dulu sering menghadapi ayah angkatnya saat dalam emosi membuat gadis itu harus siap menerima lampiaskan amarah pria itu. Dan sekarang, tatapan emosi itu di tampilkan dari Maxim, yang mengaku sebagai kekasihnya saat ini.

Maxim tersenyum "manis, aku rasa itu ciuman pertamamu" ujar Maxim membuat Aletta kini kembali menatapnya, ia benar itu adalah ciuman pertama Aletta yang ia pertahankan untuk masa depannya kelak namun sudah di renggut paksa oleh Maxim beberapa menit yang lalu.

Kini tatapan Aletta berubah menatap pria itu kembali dengan tatapan penuh kebencian rasa takutnya tadi sudah hilang dalam sekejap mengingat perlakuan emosi yang berubah mesum pria itu "aku semakin membencimu!" ujar Aletta hendak pergi dari sana namun di tahan oleh Maxim.

"Aku belum mengizinkanmu untuk keluar" katanya menahan Aletta.

Aletta menghela nafas panjang lalu berbalik menghadap Maxim "katakan, apa tujuanmu menyuruhku ke sini?" Tanya Aletta menahan amarahnya.

"Menemaniku"

Aletta mengerutkan keningnya "jangan bercanda, aku akan kembali ke ruanganku saja untuk bekerja" kata Aletta, tidak masuk akal dengan perkataan pria itu, kenapa menemaninya? Ia pikir Aletta datang kesini hanya untuk bermain-main lalu di gaji? Ia masih sadar untuk tidak hanya sekedar makan gaji buta.

"Duduklah, aku sedang berbaik hati memberikanmu waktu istirahat yang lama dan aku juga sudah menyediakan cemilan untukmu, apa aku masih kurang baik memperlakukan sekretaris kesayanganku ini?" Tanya Maxim seraya mempersilahkan Aletta untuk duduk di sana.

Aletta memutar bola matanya malas "Terserah apa katamu, Maxim" ujar Aletta memutuskan untuk menuruti perkataan pria itu daripada nanti ia akan terus di recoki oleh bos nya itu. Aletta duduk di sofa ruangan ini yang langsung menghadapkan nya ke meja kerja Maxim sementara Maxim kembali duduk di kursi kerjanya dengan melebarkan senyum, tentu saja ia tersenyum lebar, belum pernah ia bekerja di temani kekasih seperti ini, ahh tentu saja sekarang ia akan sangat bersemangat dalam bekerja jika di temani begini apalagi jika penat bekerja bisa menikmati tubuh kekasihnya itu ahhh sayangnya tidak bisa untuk sekarang, tetapi ia pastikan nanti akan bisa seperti itu, tunggu dulu Aletta, nanti Maxim akan menikahimu lalu akan leluasa dengan tubuhmu, bukankah begitu wahai Maxim yang terhormat.

"Apa sebelumnya kau seperti ini?" Tanya Aletta melirik Maxim di sana.

Alis pria itu terangkat "maksudmu?" Tanyanya tidak paham arah pertanyaan Aletta.

"Meminta kekasihmu untuk datang menemanimu untuk bekerja? Ah atau menyuruh jalangmu untuk datang ke mari?" Tanya Aletta lebih memperjelas, siapa yang tidak menyangka begitu, semua orang sudah tau jika pria itu suka bercumbu dengan jalan-jalan kesayangannya.

"Aku tidak pernah memperlakukan jalangku sepesial itu sampai membawanya ke sini, mungkin aku hanya memperlakukannya spesial di atas ranjang? Ya aku rasa cuma itu, mengapa kau bertanya begitu?" Tanya Maxim.

Aletta mendesis mendengar itu "sangat menjijikkan" ujarnya tidak abis pikir "aku hanya ingin bertanya, apa aku salah sudah bertanya kepada kekasihku?" kata Aletta menatap pria itu menampilkan senyuman singkat.

Mendengar kata 'kekasihku' Maxim menyunginkan senyumnya meskipun telah di katakan menjijikkan, ia tidak peduli toh itu benar "rupanya gadisku sudah mengakui ku sebagai kekasihnya" ujar Maxim "tentu tidak masalah, apa kau masih ingin bertanya kepada kekasihmu ini agar kau lebih mengetahui banyak tentang kekasihmu" ujar Maxim menyungingkan senyuman di hadapan wanita itu.

Aletta memutar bola matanya malas "sebenarnya apa tujuanmu menjadikanku kekasihmu? Apa ini semua karena alasan ingin balas dendam karena malam itu aku sudah mempermalukanmu di sebuah kelab malam?"Tanya Aletta penasaran "ya, aku akui malam itu aku sudah salah tidak mengontrol diriku dan kelepasan mengataimu, tetapi aku tidak sepenuhnya salah, bukankah perkataanku adalah fakta?" Ujar Aletta mengingat lagi bagaimana Maxim saat malam itu.

Maxim menghela nafasnya, pria itu menghentikan kegiatannya lalu beralih pindah untuk mendekati Aletta, pria itu kini duduk di sofa seberang Aletta "awalnya tujuanku memang itu, aku tidak terima dengan perkataanmu yang mempermalukanku dan ingin membalasmu tetapi semakin ke sini tujuanku berubah, aku ingin menjadikanmu milikku karena aku, mencintaimu" ujar Maxim jujur "ya aku setuju dengan kata-katamu saat malam itu" ujar Maxim mengakuinya.

"Menjadikanku milikmu karena obsesi lebih tepatnya, bukan?"

Maxim menggeleng "bukan, aku benar-benar mencintaimu, apa kau tidak bisa merasakannya?"

"Tidak, aku tidak merasakannya karena aku belum mencicipinya" ujar Aletta membalas dengan candaan.

"Aku rasa kau harus mencicipinya, kau mau mencicipi dari mana? Atas atau langsung yang di bawah?" Tanya pria itu mengulas senyum.

Aletta membulatkan matanya sempurna padahal ia bercanda tidak berujung ke sana tetapi pria itu? Kenapa otaknya tidak bisa bekerja ke jalan yang positif-positif saja? Terlalu jauh sekali perkiraannya "iblis mesum sepertimu memang pantas hidup di kelab malam saja karena di sana kau akan puas mendapatkan selangkangan dari setiap gadis yang ada di sana, aku benar-benar tidak abis pikir bisa bertemu dengan iblis mesum sepertimu. Oh aku benar-benar sudah tersesat di dunia ini sampai-sampai bertemu denganmu" ujar Aletta geleng-geleng kepala dengan jalan pikir pria itu.

Maxim terkekeh "aku hanya memberikan solusi agar kau juga merasakan tetapi kau malah marah" balas Maxim mengendihkan bahunya.

"Solusimu sangat di luar kewarasan, aku tidak abis pikir dengan solusimu itu, menyebalkan!" sahut Aletta kesal.

"Kenapa kau sangat lucu saat marah? Aku jadi semakin mencintaimu, kau tau?" Kata Maxim.

Aletta ingin muntah saja rasanya mendengar perkataan pria itu "Sudahlah, simpan saja cintamu itu, aku yakin kau pasti mengucapkan kata-kata itu pada setiap jalang yang kau tiduri, ah sangat menjijikkan, aku akan pulang saja sekarang daripada berlama-lama di sini dengan iblis mesum sepertimu yang ada akan membuatku setres dan merenggut akal sehatku" ujar Aletta beranjak dari sana.

Kau terlalu berlebihan, tunggu aku di ruanganmu, kita akan pulang bersama kata Maxim.

"Terserah apa katamu, aku tidak peduli, kau menyebalkan, aku membencimu!" Kata Aletta tanpa membalikkan badannya seraya mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dengan mengancung kan jari tengah, f*ck.

Maxim tersenyum malah terhibur dengan tingkah konyol gadis itu, oh ayolah pria bajingan ini semakin bergejolak ingin mendapatkan Aletta sepenuhnya, kira-kira seperti apakah gadis itu nanti di ranjang bersama dirinya, Maxim benar-benar sangat penasaran. Apakah gadis itu akan mendesah dengan kekonyolan, sialan. Maxim harus melakukan apa agar mendapatkan hati gadis itu lebih cepat lalu menikahinya dan mendapatkan semua yang ada pada diri gadis itu terutama tubuhnya.

Maxim tidak ingin membuat gadis itu menunggu lama nantinya, ia mengambil jasnya yang tergantung di sana dan menyusul gadis itu keruangnya agar ia bisa mengantarkan gadisnya pulang lalu dan bisa berlama-lama dengan gadis itu, meskipun gadisnya risih Maxim tak perduli, nanti lama-lama gadis itu juga akan terbiasa dengan keberadaannya, begitu bukan?

****

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!