2

****

"Jo aku benar-benar membencimu, kau tau?' Aletta mengebrak apartemen milik sahabatnya itu. Terlihat di sana Jouvia terlonjak kaget dengan kedatangan sahabatnya.

"Kau mengagetkanku letta" balas Jouvia

Aletta tak memperdulikan, gadis itu duduk di sana menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Kau kenapa?" Tanya Jo mendekati sahabatnya.

Aletta memejamkan matanya "aku di jebak" balasnya.

Mendengar itu Jouvia mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud dari temannya "bicara yang jelas, kau di jebak siapa?"

"Ini semua ulahmu Jo, aku di jebak pria bajingan yang sewaktu itu kita temui di kelab malam" tutur Aletta menatap Jouvia.

Jouvia membulatkan matanya sempurna "maksudmu Maxim? Kau di jebak Maxim? Dia menjebakmu seperti apa, Letta?" Tanya Jouvia penasaran, karena ia sedikit tau tentang Maxim, memang pria itu langanan sekali berada di kelab malam bersama para jalang-jalangnya.

"Ternyata yang memanggilku bekerja di perusahaan itu laki-laki bajingan itu, dia tidak terima aku hina saat di kelab malam, dan kau tau dia membalas dengan menjebakku bekerja di perusahaannya, aku tidak tahu nantinya pria itu akan melakukan apa, yang jelas aku tidak menyukai bekerja di sana karena harus bertemu dengan pria mesum seperti dia" terang Aletta, gadis itu mendesah kecil memejamkan kembali matanya mengingat kenyataan pahit yang kini baru ia terima.

Jouvia menggaruk kepalanya "aku minta maaf, Letta. Karena aku kau jadi terjebak seperti ini" ujar Jouvia menyesal telah mengajak Aletta ke kelab malam, jika saja saat itu ia tidak memaksa Aletta pasti gadis itu tidak akan berada di situasi ini sekarang, Jouvia sudah membawa Aletta ke situasi yang sulit.

Aletta menghela nafas "sudahlah tidak apa, lagian aku tidak takut dengan iblis mesum itu" kata Aletta "aku akan menginap di sini malam ini Jo, aku akan tidur sekarang" kata Aletta beranjak dari sana menuju kamar Jouvia.

Sementara Jouvia yang melihat itu hanya bisa pasrah, sepertinya Aletta kelelahan karena hari ini merupakan hari pertama ia bekerja ditambah bekerja di tempat yang tidak ia inginkan.

****

Di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang redup kini seorang pria sedang asik bercumbu dengan seorang wanita di pangkuannya.

"Kau membuatku tergoda, bitch!" ujar pria yang tak lain adalah Maxim.

Wanita itu tersenyum puas merasa menang karena sudah berhasil membuat seorang Maxim bergairah dengan belaiannya.

Maxim merasa sudah tidak bisa menahan sesuatu di bawah sana, pria itu mengangkat wanita yang sedari tadi mengerayanginnya menuju sebuah ruangan yang agak jauh dari kerumunan pengunjung lain kelab ini.

Maxim menidurkan wanita itu di sana.

"Sebentar lagi kau akan menjerit kenikmatan bicth" ujar Maxim dengan suara serak di puncak nafsu.

"Aku sudah tidak sabar" sahut wanita itu menyambut dengan senang hati.

Mendengar itu Maxim menerobos ke dalam sana merasakan dada empuk milik wanita itu entah siapa saja yang sudah menjamahnya, dengan tidak sabaran Maxim merobek pakaian kurang bahan milik wanita itu yang menghalangi aksinya.

Sedangkan di luar sana, Justin menatap risih wanita-wanita yang kini berusaha mendekatinya. Ia sangat jijik menatap wanita-wanita seperti itu entah mengapa Maxim sangat menyukai tempat ini yang membuat Justin harus ikut bersama pria itu ke sini, Justin hanya duduk sedikit meminum alkohol menunggu bos nya itu selesai menuntaskan hasrat manusiawi berlebihan miliknya.

"Kau tidak mau bermain denganku?" Tawar seorang wanita mendekati Justin.

"Jangan mendekat, aku tidak tertarik dengan tubuhmu" usir Justin.

"Ah benarkah? Kenapa kau tidak mencoba dulu, aku pastikan kau akan ketagihan nantinya" ujarnya masih berniat menggoda Justin.

"Jangankan mencobamu menatapmu saja sudah membuatku jijik, pergi kau jauh-jauh" ungkap Justin membuat wanita itu mendengus lalu menjauhi Justin merasa sudah salah memilih pemangsa.

****

Justin berjalan gagah memasuki ruangan Maxim, pria itu mendekati Maxim lalu menarik sebuah kursi dan duduk di sana menghadap lelaki itu yang kini menatapnya.

"Ayahmu memintamu untuk pulang, max." Ujar Justin "ia bilang perjodohanmu dengan Clara akan di adakan nanti siang, jadi kau harus pulang sekarang" ujar Justin memberitahu.

Mendengar itu Maxim menatap Justin dengan malas "aku tidak akan mau di jodohkan dengan wanita jalang itu bahkan aku akan dengan senang hati menghilangkan nyawanya agar pernikahan itu tidak terjadi" ujar Maxim menantang keras perjodohan konyol yang di buat oleh ayahnya itu.

Justin mengangkat alisnya sebelah"Kau lupa? Bahkan aku rasa kau sama saja dengan Clara tidak ada bedanya" balas Justin bermaksud menyindir Maxim.

Maxim menatap Justin tajam.

Justin tertawa kecil "nanti kau bisa menolaknya, yang terpenting sekarang kau pulang dulu agar ayahmu tidak menghubungiku terus, aku merasa di teror oleh ayahmu" terang Justin karena Maxim memblokir nomor ayahnya jadilah pria itu menghubungi Justin kala ada perlu dengan Maxim.

"Baiklah, tetapi sekarang kau panggilkan Aletta untukku" perintah Maxim.

"Kau mau apakan gadis polos itu?" Tanya Justin.

"Mempoloskan tubuhnya di hadapanku," sahut pria itu tersenyum miring.

Justin tidak abis pikir dengan otak selangkangan bos sekaligus sahabatnya itu. Apa ia tidak bisa keluar dari dunia selangkangan dan sedikit bertaubat, dosanya sudah melampaui kapasitas setahu Justin.

"Aku rasa itu hanya akan terkabul di otakmu tetapi tidak di kenyataan" balas Justin mematahkan halu Maxim yang sudah terlalu jauh.

Maxim berdecak "Jangan banyak omong just, lebih baik sekarang kau panggil saja Alettaku"

Justin menurut saja tidak mau memperpanjang bacotan dengan pria itu, ia keluar menuju ruangan Aletta meminta agar gadis itu menemui Maxim.

Aletta dengan langkah malas memasuki ruangan Maxim, melihat Maxim dari kejauhan saja sudah membuat Aletta ingin rasanya memuntahi wajah itu tetapi sayangnya itu hanya dalam bayangan Aletta, sejujurnya mana mungkin ia mampu memuntahi wajah yang nyaris sempurna dengan pahatan indah itu, ah kenapa malah jadi memuji.

"Maaf, ada perlu apa, sir?" Tanya Aletta sopan.

Maxim tersenyum tipis memandangi wajah Aletta "aku rasa kau hari ini bertambah cantik" puji Maxim.

Mendengar itu Aletta memutar bola matanya malas, apa pantas seorang bos memanggil hanya untuk itu? Sangat tidak professional sekali dalam bekerja.

"Ah terimakasih, sir. Langsung saja ke tujuan Anda memanggil saya" balas Aletta tidak ingin berlama-lama.

"Kau terlalu sempurna untukku lewatkan, aku rasa mulai hari ini kau akan menjadi kekasihku, nona Aletta" putus Maxim.

Aletta muak mendengarnya"Jangan bertele-tele, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menjadi kekasihmu"ujar Aletta menolak "kalau tidak penting, saya akan kembali bekerja" pamit Aletta.

Merasa tidak terima dengan penolakan Aletta Maxim menarik tangan gadis itu sehingga membuatnya menubruk tubuh kekar Maxim. Tidak nyaman dengan posisi seinitim itu Aletta langsung saja memberontak tetapi sayangnya tenaga gadis itu tidak sepadan dengan Maxim yang mengunci pergerakannya.

"Kamu tau, tidak ada satupun wanita yang boleh menolakku" ujar Maxim tepat di wajah Aletta.

"Lepaskan saya"pinta Aletta.

Maxim melepaskan Aletta "kau tau bukan, aku akan dengan gampang mendapatkan setiap wanita yang aku mau" ujar Maxim membanggakan dirinya di hadapan Aletta.

Aletta tersenyum remeh "tapi tidak denganku" ujarnya menantang Maxim.

"Bahkan sekarang kau sudah menjadi milikku, dan sebentar lagi aku akan memilikimu seutuhnya" balas Maxim.

Aletta berdecih "Jangan berharap, aku tidak akan sudi!" Tolak Aletta "lagian untuk apa kau menginginkanku, bukankah kau masih punya ratusan jalang di luar sana yang bisa memuaskan nafsu iblismu itu kapan saja"ujar Aletta, mengapa harus dirinya.

"Dan sekarang aku menginginkanmu"

Aletta mendengus "Kau terlalu gila, bahkan sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan tubuhku padamu, apa kau pikir semua wanita sama saja? Mereka akan dengan mudahnya memberikan tubuhnya kepada pria sepertimu? Seharusnya dengan dirimu yang terpandang ini bisa menghargai wanita bukan menjadikannya budak nafsu sialanmu itu" ucap Aletta menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian.

"Jangan sok suci di hadapanku kalau pada kenyataannya kau sama saja dengan wanita di luar sana"

Aletta tertawa remeh "pikiranmu terlalu sempit" ujarnya "aku bukan termasuk wanita yang kau maksud, harga diriku tidak serendah yang kau pikirkan, buang jauh-jauh pemikiran burukmu itu, aku tidak akan memberikan mahkotaku kepada pria manapun selain suamiku nantinya, aku tau kau pria baik tetapi kebaikan di dirimu tertutup oleh otak yang sudah penuh akan nafsu itu" ujar Aletta tidak abis pikir.

"Kau masih perawan?" Tanya Maxim.

"Aku rasa itu privasi setiap orang"

Maxim menatap Aletta, ia tidak menyangka masih ada di kota New York ini seorang gadis yang berfikiran seperti itu di masa sekarang, bahkan setiap wanita yang ia tiduri tidak ada yang perawan.

"Baiklah, kau kembali saja ke ruangamu"

Tidak menyahut, Aletta memilih buru-buru keluar dari ruangan iblis mesum itu daripada nanti otaknya semakin teracun oleh perkataan tidak berbobot pria itu.

****

Tepatnya kini di sebuah mansion keluarga Maxim, dua keluarga tengah berkumpul di ruang tamu. Maxim yang baru saja datang bersama Justin menatap malas kearah perkumpulan keluarga itu, apalagi pada gadis yang duduk anggun di sana tengah tersenyum menatapnya. Apa gadis itu pikir Maxim akan tertarik begitu? Ah tentu saja tidak, senyuman gadis itu tidak seberapa bagaimana bisa Maxim malah tertarik.

"Kau sudah datang rupanya" sapa Jhonson ayah Maxim.

Pria itu tidak menjawab, melainkan diam saja sembari ikut duduk di sana begitupun Justin duduk di sebelah Maxim. Ia hanya menunggu apa yang akan ayahnya sampaikan nanti, yang jelas Maxim sudah berniat keras untuk menolak perjodohan konyol ini, bagaimana bisa ia di jodoh-jodohkan oleh ayahnya dengan orang yang tidak ia cintai pula, tentu saja Maxim akan menolak dengan keras.

"Apa kabarmu nak" sapa Robert tersenyum ramah pada Maxim.

Maxim melirik pria itu dengan tatapan malas, wajah sok sucinya itu membuat Maxim rasanya ingin melenyapkan pria itu saat ini juga, Maxim sudah mengetahui maksud dari perjodohan konyol ini, pria biadab itu bermaksud menjual anaknya demi mendapatkan harta kekayaan keluarga Maxim. Sangat bodoh, ia sudah salah bermain-main dengan dirinya, pria itu pikir Maxim akan sangat gampang untuk dikibuli dengan maksud buruk pria itu.

"Aku rasa kau tau kabarku, bukankah kau mempunyai mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik ku?" Tanya Maxim.

Robert terdiam.

"Baiklah tidak mau berlama-lama, ayah sudah sepakat dengan tuan Robert untuk menjodohkan kamu dengan Clara, Max, ayah rasa pernikahan kalian akan kita adakan secepatnya karena itu akan jauh lebih baik, ibumu pasti sudah tidak sabar di atas sana melihat putra semata wayangnya akhirnya menikah" tutur Jhonson melirik putranya.

"Ayah pikir ibu akan senang di atas sana melihat putranya menikahi seorang jalang? Ayolah, aku bisa mencari calon istriku sendiri tidak perlu ayah jodoh-jodohkan, apalagi dengan wanita itu, aku tidak akan pernah menikahi wanita itu ayah" balas Maxim membuat Robert memasang wajah masam.

"Apa maksudmu, Max? Kau sangat tidak sopan" tegur Robert tidak terima dengan kata-kata Maxim yang memojokkan putrinya nya.

Maxim menatap Robert yang sudah penuh amarah "redam amarahmu, kita akhiri perjodohan konyol ini, putrimu berhak mendapatkan pria yang ia cintai di luar sana, begitupun aku" ujar Maxim lalu berdiri dari duduknya hendak pergi dari sana, tidak ada gunanya ia berlama-lama di sini membuang-buang waktunya saja, lebih baik ia tidur di mansion daripada harus meladeni orang-orang seperti ini.

"Jangan menyuruhku pulang jika hanya untuk perjodohan, ayah. Atau tidak aku akan melenyapkan nyawamu, ayah." pesan Maxim kepada ayahnya.

Sementara Jhonson hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah anaknya itu, entah sampai kapan ia akan menikah padahal umurnya sudah menginjak kepala tiga tetapi belum memiliki niat untuk menikah, sudah beberapa kali Jhonson menawarkan perjodohan pada putranya tetapi pria itu selalu saja menolak. Pria itu sampai kehilangan akal untuk mencari cara agar putrinya segera melangsungkan pernikahan, mau sampai kapan pria itu melajang, apa sampai nanti sudah mati begitu? Jhonson juga ingin merasakan punya cucu dari putranya itu makanya ia menginginkan agar putranya segera menikah.

****

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!