18

****

Di lain tempat, kini Justin dan Jouvia tengah makan berdua. Usai berkeliling membeli beberapa belanjaan mereka memutuskan untuk mengisi perut dulu karena sudah merasakan gejolak lapar.

"Kenapa kau bisa di sini, Just?" Tanya Jouvia di sela-sela menunggu pesanan mereka, gadis itu belum sempat bertanya tadinya.

"Aku di ajak Maxim" jawabnya "mengapa, apa kau keberatan dengan kedatanganku?" Tanya Justin menatap gadis itu.

Jouvia menggeleng "bukan begitu, aku hanya bertanya"sahut Jouvia.

"Makanlah" ujar Justin menyuruh Jouvia untuk menikmati pesanan mereka yang baru saja datang di antar oleh pelayan.

Jouvia mengangguk lalu mulai menyantap makanannya begitupun dengan Justin.

"Maxim bilang hari ini Aletta akan pindah ke mansion nya jadi kau akan tinggal sendiri di apartemen Aletta?" Tanya Justin melirik Jouvia membuat gadis itu menghentikan acara makanya juga beralih menatap Justin yang bertanya.

Jouvia mengangguk "iya, aku akan tinggal sendiri di sana, Aletta juga mengizinkanku untuk menetap di sana" sahut Jouvia.

Justin mengangguk-anggukan kepalanya.

"Rupanya kalian di sini" Aletta yang hendak berhenti untuk makan bersama Maxim tidak sengaja melihat Justin dan Jouvia tengah makan di restoran yang ia datangi.

"Duduklah, Max, Letta" kata Jouvia menyambut kedatangan mereka "kami tadi memutuskan untuk makan di sini" lanjutnya.

"Bagaimana kencan kalian?" Tanya Aletta menyenggol lengan Jouvia menggoda sahabatnya itu.

"Kencan? Tidak ada yang berkecan" sahut Jouvia "kami hanya jalan biasa karena kalian ingin berpacaran bukan?" Ujar gadis itu lagi.

"Sangat menyedihkan, kau jatuh cinta sendiri, just." Kata Maxim meledek Justin dengan suara lantang sehingga Jouvia juga mendengarnya membuat gadis itu jadi bingung tidak mengerti maksud dari kekasih sahabatnya itu.

"Apa bedanya denganmu?" Balas Justin melirik Maxim sekilas.

"Cintaku sudah terbalas" sahutnya.

"Sudahlah, kalian berisik aku akan menikmati makan siangku" tegur Aletta menatap dua pria itu bergantian membuat mereka menurut dan diam melanjutkan makan.

"Jo, kau tidak kesal?" Tanya Aletta melirik sahabatnya.

Jouvia menautkan kedua alisnya tidak mengerti maksud Aletta "kesal? Apa yang aku kesalkan, Letta" tanyanya.

Aletta mendengus "apa kau tidak kesal dengan kedatangan mereka, kita gagal menghabiskan waktu berdua, padahal kita sudah merencanakannya dari kemarin" kata Aletta berdecak sebal.

"Oh itu, aku biasa-biasa saja bukankah kita masih bisa lain waktu untuk menghabiskan waktu bersama" sahut Jouvia terlihat santai berbeda hal dengan Aletta.

"Padahal aku sangat kesal" ucap Aletta pelan.

"Ehem, hentikan obrolan kalian, kami ingin makan dengan tenang" tegur Maxim membalas ucapan Aletta barusan.

Aletta menatap Maxim sinis "silahkan pindah ke meja kosong di sana agar kau bisa makan dengan tenang dan leluasa" kata Aletta tidak suka, padahal ia masih kesal tetapi pria itu malah mengusiknya.

Sementara Justin yang melihat itu menahan tawa, seperti itu kah cinta yang sudah terbalas yang ia maksud, sangat memalukan jika menjadi Maxim yang terlalu pede mengklaim jika cintanya sudah terbalas padahal masih bertepuk sebelah tangan.

"Jaga ucapanmu, Letta." Tegur Jouvia mengingatkan sahabatnya.

Aletta mendengus "dia sudah merusak rencana kita untuk hari ini, Jo. Dan sekarang dia juga sudah merusak suasana makanku, bagaimana aku tidak kesal dengannya" ujar Aletta terang-terangan tidak senang dengan kehadiran Maxim, ia tidak peduli pria itu akan marah toh salahnya sendiri.

Jouvia menatap Aletta "kau ini kenapa? Apa kau sedang datang bulan, dari tadi aku lihat kau sangat sensitif sekali, Letta" ujar Jouvia merasa sikap gadis itu terlalu berlebihan dari biasanya, hal sepele saja di permasalahkan.

Aletta memanyunkan bibirnya dengan anggukan kecil "perutku sakit tetapi dia membuatku kesal" tutur Aletta "bisakah kau hilang sebentar dari bumi ini, Max. Aku sungguh-sungguh kesal melihat wajahmu" ujar Aletta.

Justin yang mendengar itu tertawa "ayolah, kau sangat sial sekali, Max. Bisa-bisanya kekasihmu kesal melihat wajah tanpanmu ini? Ah ya aku lupa, wajah tanpanmu tidak ada artinya di mata, Aletta, kau tetaplah pria pulu-pulu bagi, Letta" ujar Justin meledek membuat Maxim makin kesal.

"Kau menyebalkan, just" balas Maxim yang masih saja tertawa meledek.

"Jangan terlalu kau ambil hati perkataan Aletta, Max. Dia memang seperti itu tidak bisa mengontrol ucapannya apalagi sedang dalam masa menstruasi seperti sekarang, tapi percayalah dia orang baik tidak seburuk yang dilihat dari luarnya" kata Jouvia tidak mau citra jelek terkuak mengenai sahabatnya yang tingkah lakunya masih polos itu tetapi tidak dengan otaknya.

"Ya, aku tau itu" balas Maxim.

"Tetapi kebenarannya aku jauh lebih buruk, ya, ya, yaa kau harus percaya itu" timpal Aletta tidak mau dirinya di katakan baik karena menurutnya dia tidak sebaik itu, hanya saja keburukannya sedang ditutupi oleh tuhan.

"Oh ya, apa nanti kau akan langsung menuju mansion Maxim?" Tanya Jouvia.

Aletta nampak berfikir "apa nanti kewarasanku masih terjaga kalau seatap dengannya?" Tanya Aletta "tapi aku akan mencoba, siapa tau nanti aku menemukan hal yang berbeda di sana, aku akan ke apart dulu untuk mengambil sebagian barang-barangku" kata Aletta biasa-biasa saja mengakui itu di hadapan Maxim.

Maxim yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas, memangnya ia seberpengaruh buruk itu untuk Aletta? Sampai-sampai gadis itu mengkhawatirkan kewarasanya saat bersama Maxim, ia hanya mesum dan itu normal menurutnya selagi kemesumannya tidak sampai melakukan pemerkosaan terhadap orang-orang di luar sana.

"Justin, aku titip sahabatku ya, kapan-kapan kau bisa berkunjung ke apartku untuk menemani Jouvia, dia pasti kesepian sendiri di sana" kata Aletta pada Justin.

"Tentu saja, aku akan sering datang untuk menemaninya" balas Justin.

"Tidak perlu, jangan begitu, Letta." Kata Jouvia menolak.

"Jangan menolak jika di hatimu menginginkan, bodoh!" Balas Aletta sarkas.

"Sabar, untuk kali ini aku sabar jika nanti kita hanya berdua kupastikan jidatmu benjol!" Ancam Jouvia menatap Aletta kesal.

Aletta menghadap gadis itu menantang "apakah kau melihat sebuah ketakutan di wajahku?" Tanyanya.

Jouvia mengutuk dirinya, kenapa Aletta malah menyebalkan di tempat umum begini dan di hadapan kekasihnya, Jouvia bisa apa sekarang? Ia hanya bisa pasrah dengan Aletta saat ini.

Aletta terkekeh melihat tampang memelas sahabatnya "kau mau mencoba makanan milikku?" Tanya Aletta.

"Ya, aku mau" kata gadis itu langsung menyerobot makanan milik Aletta.

Kedua gadis itu melupakan keberadaan Maxim dan Justin di sana yang sedari tadi melihat interaksi kedua manusia yang terikat persahabatan itu, mereka begitu mengasikan jika di lihat dari cara mereka berinteraksi.

Kegiatan mereka itupun berlanjut sampai nanti pulang dengan pasangan masing-masing.

****

TBC.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!