****
Aletta, gadis itu tengah berjalan sendirian usai dari minimarket yang tidak terlalu jauh dari apartemennya untuk membeli cemilan. Namun gadis itu sekarang merasakan ada seseorang yang tengah mengikutinya, keadaan jalan yang kini ia lewati memang sepi.
Dengan keberanian yang ia punya, Aletta menghentikan langkahnya menoleh ke belakang memastikan perasaannya itu benar apa tidak, namun tidak ada siapa-siapa di sana.
"Mungkin cuma perasanku saja" ujar Aletta kembali membalikkan badannya.
"Mengapa kau terlihat kaget" ucap seseorang yang kini sudah berdiri tepat di hadapan Aletta, pria itu tersenyum kecil memandangi tubuh Aletta.
Aletta terkaget dengan kehadiran sosok itu tiba-tiba "Si–Siapa kau?" Tanya Aletta sedikit melangkah mundur, ia tidak mengenali pria yang kini berada di hadapannya ditambah keadaan jalan tengah sepi, gadis itu jadi was-was.
"Tidak perlu takut, aku hanya ingin menemanimu, aku lihat kau berjalan sendirian" ucap pria itu yang kini berdiri di sana dengan tangan di saku celana.
"Terimakasih, tapi aku tidak perlu" balas Aletta menolak.
"Ayolah kau tidak perlu menolak, aku hanya ingin berteman denganmu, apa itu salah?" ujar pria itu mendekati Aletta "tidak perlu takut" imbuhnya.
Aletta menatap pria itu menyelidik "aku akan pulang sendiri" ujar Aletta hendak pergi dari hadapan pria tidak jelas itu, tetapi sayangnya tidak jadi karena tangan Aletta lebih dulu di tahan olehnya.
"Tidak perlu jual mahal, bicth!" ucapnya menarik Aletta membuat gadis itu tertarik menghadapnya, pria itu tampak kesal terlihat dari caranya menatap Aletta.
Aletta mendongak menatap mata tajam pria itu yang kini menatapnya.
"Lepasin aku"kata Aletta menyentakan tangannya namun nihil, usahanya percuma karena cekalan tangan pria itu terlalu kuat.
Pria itu menyeringai "Mana mungkin aku melepaskanmu"ucapnya menampilkan smirk di bibirnya membuat Aletta tidak bisa berfikir jernih.
"Apa maumu?"
"Ah tentu saja dirimu, bicth!" Ucapnya yang kini menatap penuh damba pada bibir ranum itu. Kini pria itu makin mendekatkan tubuhnya pada Aletta membuat sang gadis mundur menghindar sampai akhirnya sekarang ia menabrak pagar di belakangnya, tidak ia tidak ingin di perkosa.
"Jangan macam-macam, kau!" Sentak Aletta takut-takut menatap pria itu.
"Jangan menyentakku, bicth!" Hardiknya di hadapan Aletta.
Pria itu lagi-lagi tersenyum melihat Aletta yang kini berhasil ia buat tidak berbicara lagi dengan tatapan matanya mengunci pada bibir Aletta, sekarang ia berhasil mengunci pergerakan Aletta. Pria itu memiringkan kepalanya mendekatkan wajahnya pada wajah Aletta membuat Aletta meremang, apa yang akan terjadi padanya sebentar lagi. Gadis itu benar-benar berharap saat ini Tuhan membantunya entah dengan cara apapun yang terpenting ia terlepas dari pria bajingan ini.
Aletta memejamkan matanya, sembari memohon meminta pertolongan dalam hatinya. Deru nafas pria itu kini terasa jelas pada kulit wajah Aletta membuat gadis itu kini menahan nafas.
DORR!!!
Aletta membuka matanya bersamaan dengan suara tembakan itu. Pria yang tadi hampir saja menciuminya kini sudah tersungkur ke tanah. Aletta mencari siapa pelakunya, tepat di depan sana seorang pria tersenyum padanya.
"Maxim" ujar Aletta membulatkan matanya sempurna. Kali ini Aletta benar-benar berterimakasih pada iblis itu, untuk kali ini dia benar-benar telah menyelamatkan Aletta tidak perduli dengan keadaan pria yang tidak ia kenal itu sekarang yang terpenting dirinya sudah selamat, hampir saja gadis itu di lecehkan.
Maxim berjalan mendekati Aletta, mata pria itu melirik Aletta yang terlihat pucat lalu beralih pada pria yang tersungkur di sebelah gadis itu. Maxim mengunakan kakinya untuk membalikkan kepala pria itu memastikan siapa yang sudah berani-beraninya menganggu wanitanya. Sungguh sangat lancang sekali bajingan itu ingin menyentuh wanitanya, untung saja Maxim datang tepat waktu jika tidak bajingan itu pasti sudah melakukan sesuatu terhadap gadisnya.
"Justin, bawa pria ini pastikan dia tidak mati" ujar Maxim pada Justin yang masih berdiri di tepi mobil memperhatikan Justin.
Mendengarkan perintah dari bosnya Justin langsung bertindak untuk membawa pria itu dari sana menuju markas.
"Pria itu menyentuhmu?"Tanya Maxim menatap Aletta.
Aletta menggeleng tanpa berani menatap mata elang itu, ia jadi takut sekaligus malu sekarang di hadapan Maxim.
"Lihat aku" ujar Maxim mengangkat wajah Aletta menghadapnya.
Mata gadis itu kini sudah berair, ia sudah tidak bisa membendung air matanya. Hampir saja, hampir saja ia di lecehkan barusan dan untungnya Maxim datang di waktu yang tepat. Aletta tidak tahu bagaimana nasibnya jika tadi Maxim tidak datang, apa mungkin sekarang dirinya sudah di perkosa? Argh sangat menjijikkan, Aletta benar-benar takut akan hal itu.
Maxim menarik Aletta ke dalam pelukannya, ia dapat merasakan tubuh Aletta kini bergetar, tangannya terulur mengusap lembut punggung gadisnya yang sudah sangat ia rindukan beberapa hari ini. Beberapa hari tidak bertemu Aletta sedikit membuatnya uring-uringan, setiap saat ia selalu saja merindukan gadis ini.
"Maafkan aku tidak bisa menjagamu dengan baik" ujar Maxim dengan suara melemah merasa sudah gagal menjaga kekasihnya itu, harusnya ia tidak membiarkan Aletta berjalan sendirian di tempat yang sepi seperti ini.
Aletta melepaskan pelukannya lalu mendongak menatap wajah teduh Maxim "terimakasih, kalau saja kau tidak datang mungkin aku sekarang adalah wanita yang paling menjijikkan" ujar Aletta "aku hampir di lecehkan pria asing itu, Max"adu Aletta.
Tidak mendapatkan balasan dari Maxim, pria itu malah diam saja menatap Aletta membuat Aletta mengerutkan keningnya, apa pria itu kesambet jadi tidak bisa bicara atau tadi ia tidak mendengar perkataan Aletta? Ah sangat menyebalkan.
"Max?"
Tetap sama, pria itu masih saja fokus menatapnya tidak membalas ucapannya, apa pria itu sedang terkena penyakit langka sehingga mendadak tidak bisa bicara hanya diam dan fokus pada satu objek saja begitu? Oh sial sekali kau Maxim, apa tidak ada penyakit lain saja untukmu.
Aletta menghela nafasnya, ia jadi kesal pada pria itu "Darimana saja kau?" Tanya Aletta yang tatapannya kini sudah berubah seperti biasa, ia kini menatap Maxim dengan sorot mata tajam.
"Sungguh, kau benar-benar tidak becus menjadi kekasihku, Max" ujar Aletta menggebu-gebu "setahuku tidak ada orang berpacaran tidak memberi kabar beberapa hari, apa kau hanya mempermainkaku?" Tanya Aletta butuh kejelasan dari pria itu.
Lagi, tidak ada balasan dari pria itu, membuat tingkat kekesalan Aletta semakin meningkat menjadi seribu, ayolah kewarasanya bisa hilang sekarang juga jika pria itu terus begini diam saja menatapnya, apa ada yang aneh pada dirinya? Jangan-jangan diri Aletta bisa menghipnotis orang? Akh tidakkk, tentu saja tidak mungkin, Aletta jadi bingung sekarang.
"Ah sudahlah, lebih baik aku pulang"gadis itu membalikkan tubuhnya melangkah menjauhi Maxim yang tengah senyum-senyum seperti orang gila bukannya merespon ucapannya pria itu malah bertingkah sangat aneh seperti orang yang tengah kerasukan, mungkin memang benar kerasukan pria itu.
"Argh dia sangat menggemaskan" ungkap Maxim mengejar gadis itu.
"Apa kau merindukanku?" Tanya Maxim
"Iya" balas Aletta cepat "ah tidak, maksudku tidak. Untuk apa aku merindukanmu" kata Aletta lagi meralat perkataannya barusan.
Maxim tersenyum tipis.
"Kenapa pria itu bisa mengganggumu?" Tanya Maxim.
Aletta menggeleng "aku tidak tahu, tadi saat aku berjalan tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang mengikutiku lalu aku melihat ke belakang saat berbalik tiba-tiba pria itu sudah berdiri di hadapanku"beritahu Aletta apa yang tadi terjadi dengannya.
"Aku akan membunuhnya" ujar Maxim membuat Aletta menghentikan langkahnya menghadap Maxim.
"Kenapa?" Tanya Maxim.
"Bukannya tadi pria itu sudah mati?" Tanya Aletta.
"Belum, dia belum mati tapi sebentar lagi dia akan mati di tanganku"ujar Maxim.
"Apa kau seorang psikopat?"Tanya Aletta seraya kembali melanjutkan langkahnya.
"Entahlah, menurutku tidak"
"Tidak? Kau suka membunuh seseorang berati kau seorang psikopat, Max" ujar Aletta "apa kau nanti juga akan membunuhku?" Tanya Aletta lagi melirik Maxim sekilas.
Maxim menautkan alisnya "kau pikir aku gila?" Tanya Maxim tidak mengerti dengan pertanyaan gadisnya, bagaimana bisa dia membunuh Aletta.
Aletta mengangguk "Iya, dari awal aku menganggapmu adalah orang gila, orang gila haus selangkangan, benar bukan? Apa aku sudah salah?" Kata Aletta tidak ada takut-takutnya meskipun ia tahu Maxim adalah seorang pembunuh.
Maxim tersenyum tipis "kau benar, tetapi itu dulu sebelum aku mengenalmu" ujarnya terlihat santai saja.
Aletta tertawa mengejek "apa menurutmu aku percaya? Bagiamana bisa laki-laki haus selangkangan sepertimu bisa berhenti secepat ini?" Kata Aletta meragukan pria itu.
Maxim menghembuskan nafas kasar "kenapa kau tidak percaya sedikitpun denganku? Apa menurutmu aku sebejat itu untukmu sehingga kau tidak percayai sedikit pun dengan perkataanku" tanya Maxim heran dengan gadis itu, mengapa ia susah sekali percaya dengan perkataan Maxim, selalu saja ada keraguan.
"Aku masih waras untuk tidak percaya dengan kata-katamu"
"Baiklah, terserahmu"
"Memang"
Maxim menghela nafas.
"Omong-omong kau belum menjawab, kemana saja kau beberapa hari ini?" Tanya Aletta lagi mengingat pria itu tidak ada kabar beberapa hari ini.
"Untuk apa kau bertanya bukankah kau tidak mempercayai perkataanku?" Balas Maxim membalas perkataan Aletta barusan.
Aletta memutar bola matanya malas, maksud ia bukan semuanya saja hanya hal-hal tertentu saja yang tidak ia percaya, contohnya perkataan Maxim mengenai pria itu mencintai Aletta, karena tidak masuk akal saja menurutnya rasa cinta muncul dalam waktu sekejap, ajaib sekali bukan.
"Aku tebak, pasti kau pergi untuk membunuh orang? Atau kau sedang mengurus bisnis ilegalmu?"Tebak Aletta kembali melirik Maxim.
"Bagiamana kau bisa berfikiran begitu?" Tanya Maxim penasaran kenapa ia bisa menebak sedetail itu padahal Maxim tidak pernah menceritakan tentangnya pada Aletta.
"Tentu saja aku bisa berfikir ke sana, kau seorang mafia, dan setahuku seorang mafia mempunyai bisnis-bisnis ilegal lalu mafia juga seorang psikopat yang mudah membunuh seseorang, apalagi orang-orang yang bermasalah dengan nya dan ada juga yang rela membunuh demi mempertahankan bisnis ilegalnya" kata Aletta panjang lebar.
Maxim terdiam sejenak, bagaimana gadisnya bisa tau bukankah Aletta hanya seorang gadis polos yang dengan mati-matian menjaga kehormatannya, dan sekarang gadis itu megatakan itu seolah dia berteman dengan seorang mafia saja.
"Bagaimana wanitaku bisa mengetahui itu?" Tanya Maxim.
Aletta tersenyum sombong"Tentu saja mudah bagiku, bukankah kekasihku seorang mafia dan seharusnya aku sudah tau itu darimu tetapi sayangannya aku tau lebih dulu bukan darimu" sahut Aletta.
"Katakan siapa yang memberitahumu?"
"Jawab dulu tebakanku barusan, apa benar?"
Maxim mengangguk
Aletta menghela nafas, dugaannya tidak salah dan sekarang ia benar-benar sudah mengetahui bahwa Maxim memanglah seorang mafia. Tamat sudah hidupnya, ia masih memiliki harapan secuil kemarin berharap pria itu bukanlah seorang mafia tetapi sekarang sudah di beritahu langsung sama orang yang bersangkutan.
"Darimana kau tau tentang itu semua?" Tanya Maxim
"Ayahku" balas Aletta.
"Ayahmu?"
Aletta mengangguk "Iya, ayahku bilang di negara ini banyak mafia kejam dan katanya aku harus berhati-hati tapi sayangnya sekarang aku sudah terjebak dengan seorang mafia," balasnya lesu.
"Siapa ayahmu?"
Aletta berdecak"Kenapa kau bertanya? Apa pentingnya untukmu mengetahui siapa ayahku, lagian dia sudah mati" balas Aletta mengingat sang ayah yang sudah tenang di dalam tanah.
"Apa salahnya aku sedikit tahu tentang mendiang calon mertuaku?"Balasnya.
Aletta melirik Maxim "kau terlalu percaya diri"
"Ya, memang"
Aletta menarik nafas dalam-dalam "ayahku bukanlah ayah kandungku tetapi aku tetap menyayanginya meskipun dia sering kali berlaku tidak baik terhadapku beberapa kali" ujar Aletta menceritakan "dia dulu adalah seorang pebisnis, namun bisnisnya hancur saat ia sudah mencapai puncak kejayaannya, hidupnya benar-benar hancur kala itu, dan kau tau siapa penyebabnya? Ya penyebabnya adalah seorang mafia, dan aku adalah anak dari mafia tersebut kata ayahku, dan ayahku membalas dendam dengan menculikku dari keluargaku" jelas Aletta.
"Pantas saja kau tau" ujar Maxim mengerti.
"Ya, memang. Kata ayahku Mafia merupakan orang-orang bejat seperti kau contohnya"
Maxim terkekeh "aku tidak sebejat itu, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, tidak ada kebejatan itu" ucap Maxim membela diri.
"Ya, terserah apa katamu tapi menurutku kau adalah mafia berati kau pria bejat" putusnya.
"Berati ayah kandungmu?"
Aletta mengangguk "benar, dia pria bejat yang tidak punya hati dan sekarang dia merasakan balasnya kehilangan putrinya yang teramat cantik ini" ujar Aletta mengakui jika ayah kandungnya sama halnya dengan Maxim.
"Kasihan sekali ayahmu," celetuk Maxim.
Tidak, menurutku biasa saja. Aku pastikan pria itu biasa saja kehilangan diriku buktinya saja ia tidak mencariku sampai sekarang, aku tidak salah bukan mengatakannya bejat, memang seorang mafia tidak punya hati. Mungkin setelah kehilanganku dia berfikir tinggal membuat anak lagi" ujar Aletta mengendihkan bahunya.
"Kau mungkin benar"
"Aku sudah sampai, sebaiknya kau tidak usah mampir" ucap Aletta saat sudah sampai di depan apartemen.
"Kenapa begitu, kau tidak sopan sekali pada kekasihmu ini"
Aletta berdecak"Di dalam ada temanku, sebaiknya kau tidak usah mampir karena aku tidak enak dengannya, lain kali saja kau mampir" ujar Aletta mengingat ia tinggal bersama Jouvia sekarang.
"Jouvia?" Tanya Maxim
"Iya, kenapa kau bisa tau? Apa kau mengenal Jo?" Tanyanya
"Justin yang memberitahu"
Aletta mengangguk "aku akan masuk, lebih baik kau pulang sekarang"
"Padahal aku masih merindukanmu" ujar Maxim.
"Salah kau sendiri yang meninggalkan ku terlalu lama dengan urusan bisnis ilegalmu itu, sekarang kau rasakan saja rindumu itu sendiri" kata Aletta dengan memberikan senyum agar nanti pria itu bisa terbayang-bayang dengan senyumannya lalu gila haha lucu sekali.
"Baiklah, aku akan pulang sekarang, besok aku akan menjemputmu" ujar Maxim.
"Tidak perlu, aku bisa berangkat sendiri"
"Apa kau mau kejadian barusan terulang lagi?"
Aletta menggeleng.
"Aku akan pulang, sampai jumpa, honey"
"Ya"
Setelahnya Aletta masuk ke dalam apartemennya.
*****
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments