Part 16

•••

Setelah makan bersama selesai, Savio mendadak harus pergi ke kantor karena suatu urusan di sana.

Dan hal itu dimanfaatkan oleh Astrid yang ingin pergi bersama karena ia juga harus segera pulang untuk mengurus sesuatu.

Zoe yang tidak ingin miliknya menjadi milik wanita lain, sontak langsung menghampiri Savio yang berjalan keluar menuju mobilnya diikuti Astrid di belakangnya.

"Sayang tunggu," panggil Zoe dengan manja membuat Savio hampir tersedak salivanya dan balik badan.

"Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Savio kala Zoe berdiri di hadapannya.

Zoe memegang kedua pundak Savio dengan kaki yang berjinjit.

"Enghh," erang Savio dengan spontan kala Zoe menggigit lehernya.

"Cepat kembali sebelum malam. Aku dan mama akan menunggu."

Zoe langsung kembali ke dalam setelah melancarkan aksinya.

Astrid mengepalkan tangannya kala melihat tanda merah pada leher Savio.

Savio memegang sekilas lehernya dan segera masuk ke dalam mobil.

Astrid dengan jengkel pun ikut masuk ke dalam mobil Savio.

Sedangkan di dalam mansion, Zoe tampak begitu ceria dan ramah pada Erda.

Terlihat obrolan mereka begitu seru dan menyenangkan.

Entah apa yang tengah mereka bicarakan.

"Sepertinya kamu sangat mencintai Savio," Zoe mengangguk mengakui dan itu tulus dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Erda terlihat begitu senang seraya menggenggam tangan Zoe, "Kamu bisa pergi kapanpun sayang jika Savio hanya memanfaatkanmu untuk menghindari perjodohan ini."

"Jadi Savio akan dijodohkan dengan perempuan tadi?" Erda tersenyum kala melihat respon lucu Zoe.

"Tadinya begitu, tapi berhubung dia sudah memiliki wanita secantik kamu, tante hanya bisa menuruti kemauannya asal dia mau menikah," Zoe langsung tersenyum lebar kala mendengar ucapan Erda.

Itu artinya Zoe masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Savio.

"Kalau boleh tahu berapa usiamu sayang?" tanya Erda yang sejak tadi amat sangat penasaran.

"26 tahun tante," jawab Zoe dengan riang.

Ekspresi Erda terlihat langsung berubah kala mendengar usia Zoe.

"Apa kamu tahu berapa usia Savio?" Zoe menggelengkan kepalanya pelan.

"40 tahun," Zoe manggut- manggut dengan ekspresi yang tidak berubah sedikitpun.

"Apa kamu tidak keberatan dengan usianya? Kalian terpaut sangat jauh sekali, apa kata orang tuamu nanti," Zoe tersenyum seraya menepuk pelan tangan Erda.

"Orang tua saya tidak mempermasalahkan tentang usia calon suami saya tante, selagi saya bahagia dengannya, orang tua saya akan menyetujuinya," Erda bernapas lega dan membelai lembut pipi chubby Zoe.

"Tante harap kalian bisa hidup bahagia untuk selamanya, tante sudah tidak sabar menunggu cucu dari kalian," Zoe terlihat tersipu malu di mana dalam hatinya ia sedang berteriak begitu keras sekali.

Tenang aja tante, aku bakalan buatkan tante cucu yang banyak nantinya, aku siap mengandung berapapun anak dari Savio, batin Zoe dalam hati.

•••

Malam harinya Savio baru pulang di mana ia sudah mendapatkan omelan dari mamanya.

"Bagaimana bisa kamu pulang malam dan meninggalkan Zoe sendiri, cepat temui dia di atas," marah Erda yang mendesak Savio untuk segera menemui Zoe.

"Ini sebenarnya yang anaknya Zoe apa aku? Kenapa wanita tua ini lebih sayang padanya," dumel Savio tidak terima.

Savio masuk ke dalam kamarnya, tidak menemukan Zoe di sana.

Pintu balkonnya tampak terbuka membuat Savio berjalan mendekatinya untuk memeriksa.

Helaan napas tampak terdengar dari mulut Savio kala ia melihat Zoe berdiri di balkon memandangi padatnya jalan raya kala malam hari.

"Ngapain di sini? Jika mama tahu dia pasti akan memarahiku," Zoe menoleh, tersenyum lebar kala melihat Savio datang.

Brugh

Savio terkejut kala Zoe memeluknya dalam spontan.

"Paman sudah pulang?" Savio berdeham kala baru sadar dengan penampilan terbuka Zoe.

"Apa yang kalian obrolkan tadi? Kalian membahasku?" Zoe menggelengkan kepalanya.

"Kami mengobrol tentang wanita," bohong Zoe membuat Savio berdecih dan melepas jasnya.

Zoe tersenyum girang kala Savio memberikan jasnya.

"Kenapa dengan tatapanmu?" tanya Savio dengan sinis kala Zoe terlihat sedikit serius.

"Kissmark nya ternyata masih ada di sana. Paman tidak berniat untuk menghapusnya?" goda Zoe membuat Savio sedikit gugup.

"Aku tidak punya waktu untuk melakukannya!"

Zoe menahan bibirnya sebisa mungkin dan kembali memperhatikan padatnya jalanan dari atas balkon.

Savio tersenyum samar dan berdiri di samping Zoe seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Jadi, kapan kita akan menemui eyangmu?" tanya Savio tanda jika ia akan membalas kebaikan Zoe hari ini.

Zoe terlihat begitu bungah hingga ia membuka mulutnya tak percaya.

"Besok!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!