Part 14

***

Keesokan paginya Savio sedang duduk di meja makan seraya menyeduh kopi hitamnya.

Tatapannya begitu fokus dan sangat lekat pada monitor laptopnya.

Katakanlah ia sangat gila kerja.

Pagi baru saja membuka matanya, tapi dia sudah mulai bekerja.

Tidakkah ada kegiatan lain yang bisa ia lakukan selain bekerja?

Savio meraba ponselnya kala terus berdering dan mengganggu pekerjaannya.

"Halo."

"Halo bandit, di mana kau sekarang?" Savio langsung melihat layar ponselnya.

Nama Tuhan terlihat di sana.

Ternyata mamanya.

"Mama, ada apa?" tanya Savio dengan santai di mana tatapannya begitu fokus pada laptopnya.

"Cepat pulang ke rumah, putri tuan Dergo ingin bertemu denganmu."

Savio memutar bola matanya sekilas lalu menyeduh kopinya.

"Kau tidak mendengar ucapan mama?" Savio menghela napas gusar.

"Ma, berapa kali Savio bilang sama mama, Savio enggak akan nikah lagi," ujar Savio yang seolah sudah jengah mengatakan hal tersebut.

"Kamu kira mama bertahan hidup di usia tua ini untuk apa selain ingin memeluk cucu darimu? Mama ingin kau menikah dengan wanita pilihanmu, tapi kamu tidak kunjung menemukannya dan asyik dengan dunia kerjamu, karena itu mama melakukan semua ini demi kamu," Savio menghembuskan napas berat.

Ya dia tahu mamanya begitu berkorban untuk bisa membuat dirinya membuka hati lagi.

Namun mau bagaimanapun, Savio tidak bisa.

Hatinya sudah terlalu beku dan amat sangat berat untuk membuka benteng pertahanan.

"Mama tunggu di rumah, jika tidak jangan panggil mama lagi, mama akan mencoretmu dari daftar keluarga," Savio menghempaskan punggungnya ke kursi dengan helaan napas yang berat.

Ancaman yang selalu ia dapatkan kala tidak patuh dengan ucapan mamanya.

Savio menoleh, tatapannya tertuju pada pintu kamar tamu.

Senyum smirk tampak tampil pada bibirnya.

"Kenapa aku tidak menggunakan dia untuk mengakhiri kontes perjodohan yang tidak ada habisnya ini," gumam Savio yang langsung berdiri dan berjalan menuju kamar tamu.

Savio mengetuk pintunya beberapa kali namun tidak mendengar jawaban dari dalam.

Apa sesuatu terjadi dengannya?

Dengan cepat Savio langsung membukanya dengan raut wajah yang panik.

Savio langsung mengalihkan tatapannya kala melihat pemandangan tersebut.

Savio mencoba untuk tidak melihat seraya mendekat pada ranjang.

"Yaa cepat bangun sebelum kusiram," ancam Savio dengan kejam.

Zoe menggeliat panjang, hingga mengubah posisinya menjadi terlentang.

Savio langsung mengalihkan tatapannya seraya berdeham sekilas.

Zoe mengerjapkan kedua matanya beberapa kali.

"Paman," gumam Zoe yang kembali menggeliat hingga ia tersadar akan sesuatu.

Zoe langsung bangun tanpa sadar jika ia hanya mengenakan tanktop transparan.

"Gunakan bajumu dengan benar!" ujar Savio yang sejak tadi memalingkan wajahnya.

Zoe menunduk dan baru sadar jika ia hanya mengenakan tanktop transparan.

"Seperti paman tidak pernah melihatnya saja, bukankah paman sudah pernah melihat semuanya?" Savio sedikit membuka mulutnya tidak percaya dengan ucapan Zoe barusan.

Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu begitu gamblangnya?

"Kenapa paman masuk ke dalam kamarku? Bagaimana jika istri paman melihat nanti?" Savio menunduk menatap Zoe dengan tatapan yang menyipit.

"Istri?" Zoe mengangguk membuat Savio menghela napas dengan gusar.

"Jangan banyak bicara dan cepat ganti bajumu. Setelah ini ikut denganku," ujar Savio tanpa berniat menjelaskan apa yang terjadi.

"Ganti baju? Kemana? Nikah?" Savio mengetatkan rahangnya dengan geram dan berusaha untuk sabar.

"Tidak usah banyak bicara dan cepat ganti bajumu," ujar Savio memerintah.

"Paman lupa, aku kemari tanpa membawa pakaianku. Semua pakaianmu ada di rumah...maksudku di hotel penginapan," ucap Zoe yang hampir keceplosan.

Savio langsung menghubungi seseorang untuk diberikan perintah.

"Robert belikan beberapa dress formal!" perintah Savio dengan singkat.

"Ternyata menjadi duda selama beberapa tahun bisa membuat orang putus asa hingga ingin merubah gender," gumam Robert di seberang telepon.

"Lidah atau gajimu yang dipotong?" tanya Savio yang selalu memberikan ancaman tersebut.

Robert terdengar cengengesan di seberang telepon.

Savio segera mengakhiri teleponnya.

"Jadi, kemana kita akan pergi?" tanya Zoe yang masih penasaran.

"Menemui Tuhan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!