Part 19

***

Sedangkan di mansion lain, ada Astrid yang terlihat uring- uringan.

Sejak dari mansion Erda kemarin hari, Astrid enggan keluar kamar dan enggan melakukan apapun.

Yang dia lakukan hanya marah- marah dan membanting apapun yang ada di sekitarnya.

"Aku dibandingkan dengan wanita murahan dengan tamatan D3? Itu sungguh bukan tandinganku, dia hanyalah wanita murahan yang beruntung," gumam Astrid menilai tentang Zoe.

"Aku yakin, dia pasti sudah merayu dan menggoda Savio, ia pasti melakukan trik atau ancaman untuk bisa mendapatkan Savio," tebak Astrid yang tidak ada habisnya menerka- nerka tentang Zoe.

Astrid kembali menghempaskan tubuhnya di ranjang.

"Sepertinya aku harus turun tangan sendiri untuk bisa mencari tahu semuanya, aku akan mencari tahu siapa dia dan bagaimana latar belakangnya."

Astrid memandangi langit kamarnya dengan datar seraya membayangkan sikap Zoe yang begitu agresif dan sengaja menunjukkannya di depan Astrid kemarin hari.

"Tidak ada seorang pun yang bisa dapatkan Savio selain aku. Hanya aku yang akan menjadi nyonya Santino," gumam Astrid yang terus menyakinkan dirinya jika ia pasti bisa mendapatkan Savio.

Hingga terbesit sesuatu di dalam pikirannya.

"Apa mungkin mereka sudah pernah tidur bersama?" tebak Astrid dengan takut.

***

Perusahaan Grup Wolfres

Ada Klovi yang tengah sibuk dengan beberapa lembar kertas di hadapannya.

Tatapan yang fokus serta tangan yang begitu cekatan benar- benar menggambarkan betapa cakapnya dia dalam bekerja.

"Eh Klovi, apa kau dengar jika hari ini CEO Wolfres akan digantikan oleh putranya?" Klovi menggelengkan kepalanya pelan.

"Emang Tuan Wolfres berhenti?" Lidia mengangguk dan sedikit mendekatkan kursi putarnya ke arah Klovi.

"Tadi aku dengar dari beberapa karyawan katanya putra tuan Wolfres sangatlah tampan dan belum menikah, menurutmu bukankah ini kabar yang baik untuk kita para wanita? Dengan menikahi putra tuan Wolfres kita tidak perlu lagi untuk bekerja," Klovi memutar bola matanya dengan jengah.

"Singkirkan pikiranmu itu, kembalilah bekerja dan akhiri mimpimu, itu hanya akan terjadi pada cerita novelmu," ucap Klovi yang selalu memutuskan bualan Lidia.

"Kenapa kau sangat tidak asyik sekali, setiap kali aku membahas pria, kau selalu mematahkan hayalanku, apa seumur hidupmu kau akan terus bekerja tanpa memikirkan untuk mencari calon suami?" Klovi hanya tersenyum mendengar dumelan Lidia.

Itu bak camilan yang setiap saat ia dengar.

"Eh putranya pak Wolfres datang," sorak para karyawan membuat beberapa dari mereka langsung berdiri untuk menyambut.

Klovi terlihat juga sangat antusias untuk melihat putra dari tuan Wolfres.

Pasalnya tuan Wolfres tidak pernah menyinggung perihal putranya.

Entah kenapa hari ini tanpa pemberitahuan, tuan Wolfres berhenti dari perusahaan dan digantikan oleh putranya.

"Klovi lihatlah, bukankah dia sangat tampan," ujar Lidia menghentakkan kakinya kegirangan seraya memegang lengan Klovi kala melihat putra tuan Wolfres datang.

Klovi menoleh dengan senyum yang merekah.

Namun senyum itu hanya bertahan untuk sementara waktu.

Kala melihat siapa putra dari tuan Wolfres.

Klovi langsung menunduk kala pria tampan dengan sejuta pesona itu berhenti di depan pintu ruangannya, menatap para karyawan dengan senyum yang sangat seksi.

"Perkenalkan, saya Bendic Wolfres, CEO Grup Wolfres mulai sekarang," suara gemuruh tepuk tangan begitu menghiasi ruangan di mana para wanita terlihat bahagia kala mengetahui CEO mereka setampan itu.

Klovi langsung memutuskan kontak matanya kala tatapan dirinya bertemu dengan Bendic.

Bagaimana bisa dia menjadi CEO Grup Wolfres?

Tamat sudah riwayat Klovi hari ini.

"Kamu. Tolong ke ruangan saya sebentar!" Klovi tertegun bukan main kala Bendic memanggilnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***