Part 13

***

"Ya hubungan tidur kita sudah berakhir 7 tahun yang lalu, tapi bukankah menjalin silahturahmi itu baik?" Savio menghela napas seraya mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Entah kenapa mengobrol dengan Zoe sangat menghabiskan tenaga.

"Di mana kau tinggal, pulanglah naik taksi, aku akan memesan untukmu."

Zoe langsung mencekal tangan Savio, "Kenapa paman begitu keras denganku? Aku baru saja sampai tadi sore, aku belum punya tempat tinggal, bisa berikan tumpangan untukku?" Savio sedikit heran dengan sikap Zoe yang masih sama seperti 7 tahun lalu.

Savio tidak berkata apapun, ia langsung pergi menuju mobilnya.

Savio membuka pintunya, namun Zoe masih termangu di tempatnya.

"Kau akan tetap berdiri di sana?" Zoe dengan semangat 45 langsung berlari menuju mobilnya Savio.

Dan Savio terpaksa membawa Zoe pulang ke mansion nya.

•••

Zoe merasa gugup saat itu, hatinya berdebar-debar karena ini adalah kali pertamanya datang ke rumah seorang pria dewasa.

Dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi perasaan cemasnya tidak bisa dia sembunyikan.

Ketika mereka tiba di mansion Savio, Zoe tidak bisa menahan rasa takjubnya.

Bangunan megah itu menjulang tinggi di antara pepohonan yang rimbun, memberikan kesan mewah dan elegan.

Zoe memperhatikan detail-detail arsitektur yang indah, mulai dari gerbang masif hingga taman yang indah di sekitarnya.

"Kita bukan sedang room tour. Perhatikan jalanmu!" Zoe berdecak mendengar intruksi Savio kala ia melangkahkan kakinya ke dalam mansion.

Beberapa pengawal terlihat terkejut dengan kedatangan seorang wanita cantik di mansion Savio.

Karena itu untuk kali pertama setelah nyonya Savio meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.

"Itu tadi beneran tuan Savio? Bawa wanita cantik?" tanya pengawal penasaran.

"Apa itu terlihat seperti gajah di matamu?" olok temannya dengan jengkel.

"Tapi itu sungguh tuan Savio kan?" tanya sekali lagi pengawal satunya.

Pengawal tinggi itu tampak kesal dan menarik tangan temannya entah kemana.

"Ayo aku akan mencuci mata kalian," ajaknya dengan geram.

Sedangkan di lantai atas Savio tengah mengambilkan baju tidur untuk Zoe.

"Nah bajumu," Zoe menerima sepasang piyama warna hitam.

"Aku tidur di mana?" tanya Zoe dengan wajah yang terlihat lucu.

"Kamar tamu, mana lagi."

Zoe mengerucutkan bibirnya dengan lucu.

"Jadi aku tidak tidur dengan paman?" Savio menaikkan sebelah alisnya.

Tidak ingin meladeni Zoe, Savio langsung menutup pintu kamarnya begitu saja.

"Apa dia takut denganku? Meski aku suka dengannya, aku tidak akan memakannya," gumam Zoe dengan dirinya sendiri.

Hingga ia sadar akan sesuatu, Zoe mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah.

"Oh ya, di mana istrinya? Apa dia...," Zoe membulatkan kedua matanya, membungkam mulutnya rapat kala ia menyadari kebodohannya.

"Jangan bilang jika istrinya berada di dalam kamar dan sudah tidur?" Zoe memukuli bibirnya dengan penuh rutukan.

"Dasar bodoh, apa yang tadi kukatakan? Semoga saja istrinya tidak dengar," gumam Zoe dengan takut seraya berjalan menuju kamar tamu yang berada tepat di samping kamar Savio.

Zoe langsung masuk ke dalam kamarnya dengan napas yang tersengal.

"Aku pasti sudah bosan hidup, bagaimana bisa aku seberani dan senekat ini?" gumam Zoe yang langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

Zoe tampak uring- uringan hingga berguling- guling di ranjang.

"Pantas saja tadi responnya sangat sinis, pasti karena ia takut istrinya salah paham dengan ucapanku, arghhhhh, bagaimana besok aku bertemu dengannya dan istrinya? Apa istrinya akan membunuhku besok?" Zoe begitu uring- uringan hingga ia merasa kesal dan merutuki kebodohannya yang sangat memalukan.

"Ah tak apalah berakhir di tangan istrinya, itu sepertinya lebih baik dibanding hidup di Swiss."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***