Part 12

•••

"Sampai kapan kau akan seperti ini? Sudah 7 tahun berlalu, usiamu sudah 40 tahun, apa kau akan terus menduda sampai tua?" Robert terus mencerocos tanpa henti membuat Savio memejamkan matanya dengan kepala yang mendongak ke atas dan tangan yang masih erat memegang gelas alkoholnya.

"Aku akan merobek mulutmu jika menyebut angka usiaku. Tidak perlu disebutkan aku tahu usiaku."

Robert selaku asisten serta teman Savio sejak lama, hanya bisa menghela napas pasrah.

"Sepertinya sekalipun mulutku berbusa kau tidak akan pernah menggubris ucapanku."

Savio hanya diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Paman!" Robert menoleh, Savio membuka kedua matanya.

Perlahan ia melepas kacamatanya untuk melihat dengan jelas.

"Yaa, sejak kapan kau memiliki keponakan?" tanya Robert tanpa kedip kala wanita cantik berdiri di depan meja mereka.

Sedangkan Savio masih diam tertegun dengan kecantikannya.

Siapa dia?

Zoe langsung duduk di depan Savio seraya mengibaskan rambutnya ke samping.

Dan itu mengundang banyak perhatian pria di sekitar.

Savio menatap lekat Zoe dengan perasaan yang de javu.

Sepertinya ia mengenal wajah cantik ini?

"Gadis Swiss. Paman ingat?" Savio langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain kala ia mengingat dengan cepat.

Robert menatap Savio bingung.

"Kau mengenalnya? Sejak kapan kau mendapatkan keponakan dari Swiss? Kau memiliki saudara di sana?" Savio meletakkan gelasnya dan langsung beranjak dari sofa.

Savio langsung pergi begitu saja meninggalkan mejanya.

Dengan cepat Zoe mengejarnya membuat Robert sedikit membuka mulutnya dengan bingung.

"Tunggu, gadis Swiss? Paman? Ini otakku yang tidak bekerja atau memang ada sesuatu dengan mereka?" Robert menggelengkan kepalanya beberapa kali.

Sedangkan Savio dengan langkah yang lebar berusaha keluar dari club.

Zoe berusaha mengejar Savio yang begitu cepat jalannya.

Brugh

Zoe terjerembab di lantai kala ia tidak memperhatikan jalannya.

"Hei nona manis, perhatikan jalanmu. Kau bisa terluka."

"Aku akan menolongmu. Di mana kamarmu?"

"Tidak, dia akan bersamaku. Jauhkan tanganku darinya."

Beberapa pria langsung mengerumuni Zoe berebut untuk menolongnya.

Brugh

Zoe mendongak kala seseorang mendorong beberapa pria yang mengerumuninya.

Tanpa banyak bicara, Savio langsung membopong Zoe keluar dari club.

Zoe dengan senyum yang lebar memeluk erat leher Savio.

Entah kenapa perasaannya begitu bungah sekali saat ini.

Rata-rasanya Zoe menemukan belahan jiwanya.

Zoe langsung tersadar kala Savio menurunkan dirinya di parkiran.

"Perhatikan jalanmu, jangan sampai orang gila membawamu pulang," Savio langsung melenggang pergi menuju mobilnya meninggalkan Zoe sendiri.

"Paman tunggu," Zoe berusaha mengejar meski dengan langkah yang tertatih.

Savio menghela napas dengan gusar dan berhenti sejenak menunggu Zoe.

"Kenapa kau meninggalkanku sendiri? Bagaimana jika pria tadi kembali dan membawaku?" Savio menatap lekat Zoe.

"Itu urusanmu. Kau sudah dewasa. Kau pasti bisa menjaga diri."

Savio hendak masuk ke dalam mobil namun Zoe kembali menahan tangan kekar tersebut.

"Sudah 7 tahun berlalu, paman tidak ingin menyapaku?" tanya Zoe dengan pelan di mana tatapan menggemaskannya membuat Savio sedikit lupa sekitar.

"Aku datang jauh- jauh ke sini untuk bertemu paman, tidakkah paman merasa iba denganku? Setidaknya tawarkan tumpangan atau traktir makanan," ujar Zoe yang perlahan mendekat ke arah Savio dengan kedua tangan yang berada pada dada bidangnya.

Savio mencekal tangan Zoe, menatapnya lekat, "Hubungan kita sudah selesai 7 tahun lalu. Jadi, kembalilah!"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***