Part 18

***

Kini Savio dan Zoe telah meninggalkan kediaman Wuta.

Nanti malam mereka akan kembali ke Milan.

"Paman terima kasih banyak atas bantuanmu, kini aku terbebas dari tuntutan eyang untuk segera menikah," Savio hanya menatap keluar jendela.

"Anggap saja kita impas."

Zoe langsung mendekat pada Savio, "Lalu bagaimana paman akan mengatasi pernikahan 1 bulan ini? Eyang pasti akan terus mendesakmu."

Savio menoleh menatap Zoe, "Bukankah kau kemarin hari telah berencana akan mencari alasan dan cara apapun untuk kita putus tanpa hubungan lagi? Maka lakukan apa rencanamu sebelum satu bulan mendatang."

Zoe mengerucutkan bibirnya ke depan dengan kesal.

Ternyata Savio menganggap serius ucapannya.

Padahal itu hanyalah alibinya untuk membujuk Savio agar mau ia ajak ke Swiss menemui eyangnya.

Malah dianggap serius.

Zoe menatap Savio dari samping.

Cari cara apapun untuk putus denganmu? Ah mungkin aku sudah gila jika melakukan hal itu, sudah 7 tahun aku menunggumu, mencarimu ke sana kemari dan kau memintaku untuk mencari cara putus denganmu? Jangan harap. Aku akan mencari cara agar bisa mengandung banyak anakmu, batin Zoe dengan penuh kegirangan.

Sedangkan Savio ia sendiri sedang memikirkan bagaimana caranya mengatasi pernikahan satu bulan yang akan mendatang.

Savio tidak buta, mamanya sangat menyukai Zoe begitu juga dengan eyang Zoe yang begitu percaya dengannya.

Jika mereka akan beneran menikah, Savio tahu tidak ada konflik antar keluarga keduanya.

Hanya saja masalahnya pada Savio.

Ia merasa jika Zoe tidaklah pantas bersanding dengannya.

Selain perbedaan usia, Savio takut Zoe kecewa dengan pilihannya kelak.

Dia masih terlalu muda dan tidak tahu apapun, Savio akan mencoba untuk mencari cara agar Zoe menjauh darinya.

Zoe lebih pantas mendapatkan pria yang jauh lebih muda darinya.

Benar kata saudara Zoe tadi, Savio lebih pantas menjadi pamannya.

"Paman mikirin apa sih, ayo keluar katanya mau makan," Savio langsung tersadar dari lamunannya.

Tanpa mengatakan apapun ia langsung turun dari mobil.

Zoe dengan cepat turun dari mobil dan melihat Savio sudah masuk lebih dulu.

"Hish, masak masuk duluan sih? Kan harusnya barengan," dumel Zoe yang segera menyusul Savio ke dalam.

Tampak Savio duduk di dekat jendela dengan buku menu di tangannya.

"Kau mau makan apa?" tanya Savio kala Zoe sudah duduk di depannya.

"Kenapa tidak menungguku dan malah masuk lebih dulu?" tanya Zoe yang mempermasalahkan hal itu.

"Aku sangat lapar."

Zoe berdecih seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Beberapa wanita muda tampak memandangi Savio dengan terang- terangan.

Tatapan mereka menggambarkan jika mereka sedang terpesona dengan paras Savio.

"Kau hanya akan memandangi mereka tanpa memesan makanan?" Zoe langsung merebut buku menunya dari tangan Savio.

Savio mengedarkan pandangannya ke sekitar, semua mata tertuju padanya dan kebanyakan itu tatapan dari para wanita.

Pasti mereka mengira jika aku sedang membawa putriku, batin Savio dalam hati.

"Kau senang ditatap liar oleh mereka?" tanya Zoe dengan sedikit sengit membuat Savio menaikkan sebelah alisnya, menatap heran Zoe.

Savio sedikit terkesima dengan kecantikan Zoe saat ini.

Entah kenapa hati kecil Savio mengakui jika Zoe benar- benar sangat cantik.

"Kau tidak mau menjelaskan?" Savio kembali mengernyitkan keningnya.

"Apa yang perlu dijelaskan, mereka punya mata, apa salahnya melihat, apa aku harus menutup mata mereka satu- satu?" tanya balik Savio dengan heran pada Zoe.

Zoe berdecih seraya mengalihkan tatapannya.

"Dasar pria tua, udah tua juga masih suka tebar pesona, pasti mudanya banyak wanita yang terpikat dengan mulut manisnya, dasar peranakan buaya," dumel Zoe seraya menatap sinis beberapa wanita yang melihat terang- terangan Savio saat ada dirinya bersama dengan Savio.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***