Anas berbalik memilih duduk di sofa, membuka jas lalu melampir kan di sudut sandaran sofa. Anas terduduk sungguh saat ini kepala nya pusing memikir kan perempuan yang baru beberapa jam lalu dinikahi nya, belum lagi keadaan sang Ibu yang saat ini entah bagaimana.
Drrrtt...
Drrrtt..
Ponsel Anas di saku jas bergetar, Anas tersentak lalu kembali mengambil lagi jas yang terlampir. Ana nama tertera di layar handphone, " Assalamualaikum Na " ucap Anas dengan dada berdentum karena fikiran saat ini langsung tertuju pada sang ibu.
" Hik...Bang Ibu Bang..." terdengar Isak pilu dari seberang.
" Kenapa Ibuuu..." ucap Anas dengan suara agak keras. Heny yang baru keluar dari kamar mandi sampai terjingkat kaget.
" Ibu Bang hu..hu.." suara di seberang semakin pilu.
" Anaa..Kamu kalau bicara yang jelas!!!" bentak Anas berdiri dengan jantung berdetak lebih kencang nampak dada nya turun naik, Deg...jantung Anas berdetak lebih kencang terpaku dengan mahluk seksi di depan nya yang kini menatap nya dengan mata lebar.
Tatapan Anas dan Heny saling bentrok bertemu, berulang Anas menelan saliva di tenggorokan, paha putih terekspos jelas di depan mata sesaat suara Isak di seberang telephone seakan tidak terdengar oleh Anas. Karena mata nya terpaku menatap Heny yang kini hanya memakai handuk sebatas dada dan hanya menutupi sampai pangkal paha saja.sungguh pemandangan yang membuat kaum Adam akan langsung lupa diri.
Heny yang tadi nya cuma mau mendengar percakapan Anas, segera berlari ke walk in closet dengan pipi bersemu merah.
" Huh.. Huff Setan gak tertarik tapi mata nya nyalang kayak mau nerkam Gue dasar setan tetep setan sok alim gak tau belingsat " omel Heny sambil mengatur detak jantung dan nafas bagaimana pun tatapan Anas tadi sangat menakut kan sekaligus bikin deg-degan.
Setelah menyelesaikan percakapan Anas meletakan handphone nya di atas meja, air mata mengalir bercucuran, ternyata sang Ibu sudah berpulang tadi pagi saat Anas sedang mengucap ijab kabul.
" Ya Allah kenapa seperti ini" rintih Anas merasa jadi anak tidak berguna terus menangis pilu sambil menepuk-nepuk dada yang terasa sesak.
Di dalam walk in closet lamat-lamat Heny mendengar suara orang terisak, "siapa sih" batin nya kembali mencari gaun. pergerakan Heny terhenti saat mengingat kalau Anas punya seorang ibu yang penyakitan, " atau jangan-jangan ibu nya..." batin Heny tidak berani melanjut kan takut dosa karena ucapan itu walau cuma di hati berarti doa.
Heny gegas berpakaian lalu keluar, sampai di luar kembali terhenyak mendapati Anas menangis sambil menutup muka dengan kedua telapak tangan walau tidak ingin perduli suara sesenggukan anak sedikit sedih merasuk relung hatinya. Bagaimana pun Heny pernah merasakan kehilangan yang dalam saat umur lima tahun.
Heny terdiam beku, tanda tanya terus berputar ada apa dengan Anas kenapa Anas menangis semua pertanyaan itu cuma sampe tenggorokan saja.
Tok..
Tok .
Tok..
Suara pintu di ketok membuat Heny berjingkat mengalih kan atensi ke arah pintu, " Alah siapa sih ganggu aja " gumam Heny kesal tapi tetap melangkah menuju pintu.
" krak..
Nampak Bibi berdiri, " ada apa Bi?" , perempuan renta yang semula tertunduk mengangkat wajah nya untuk melihat nona muda nya. " Anu Non sama Aden di panggil Bapak untuk makan malam " jawab perempuan tua itu lalu kembali tertunduk.
" Yaudah bilang sama Papa saya dan Anas sebentar lagi turun " ucap Heny. Bibi mengangguk lalu berbalik kembali turun kelantai satu .
Heny kembali menutup pintu melihat Anas masih terisak karena bahu nya bergetar demikian hebat,entah kabar apa yang di terima hingga membuat laki-laki itu sampai nangis sedemikian rupa.
" Hahh..sudah lah masalah Dia bukan masalah Gue , mending turun lapar ahh " gumam Heny mengabaikan melangkah ke meja rias.
Heny memilih tidak memperdulikan Anas, toh mereka sudah sepakat dari awal kalau pernikahan ini hanya berlangsung sementara saja itu pun selama masih ada Arifin Huda papa nya. Selebih nya Heny akan membebaskan Anas untuk pergi karena sejati nya Heny memang tidak menginginkan pernikahan.
Heny mematut wajah nya di depan cermin, sempurna udah cakep batin nya. Menoleh melihat Anas yang masih menutup muka, " Ayo turun Papa ajak kita makan malam " ucap Heny berdiri di samping sofa.
" Kamu duluan aja Aku masih kenyang " jawab Anas menurun kan telapak tangan , Deg..jantung Heny berdetak cepat ada rasa kasian tiba-tiba menyeruak kesedihan apa yang membuat lelaki tampan seperti Anas bisa nangis sampai segitu nya.
Karena keduanya memang sama-sama keras kepala dan memiliki egois tinggi, baik Anas atau Heny tetap konsisten dengan kesepakatan semula untuk tidak mencampuri urusan masing-masing.
" Mana suami Mu" tanya Arifin saat sang putri sudah sampai di meja makan, Heny agak terkejut dengan pertanyaan Arifin tapi sebisa mungkin menutupi keterkejutan nya. " Anas tidur Pah " jawab Heny asal agar Arifin tidak bertanya tentang Anas.
Arifin menelisik penampilan putri nya, wajah tampak segar habis mandi rambut pun masih basah. Arifin mengulum senyum tau apa yang terjadi, " semoga cepat ada suara kecil yang memanggil Ku opa " batin Arifin memulai suapan.
" Cobalah semua tingkah laku Kamu ubah mulai sekarang, sayangi suami mu turuti perintah nya Papa berharap Kamu menjadi istri yang baik Nak " nasehat Arifin.
Heny hanya menatap sekilas saat Arifin memberi nasehat, lebih baik diam menikmati saja makanan yang sudah di siapkan Bik Nanik.
Melihat kediaman Putri nya Arifin hanya bisa menarik nafas dalam, semoga saja nasehat nya akan di dengar setidak nya nampak perubahan sedikit karena tidak ada sanggahan langsung dari Heny seperti biasanya.
" Papa tunggu kamu di ruang tamu" ucap Arifin berdiri karena sudah selesai makan, tinggal Heny yang kini menatap punggung Arifin.
" Apa lagi sih?" batin Heny menyudahi makan karena memang isi piring nya sudah ludes dan perut nya sudah kenyang
Dengan langkah malas Heny menyusul Arifin di ruang tamu, " Duduk sini!" titah Arifin setelah menepuk sofa sebelah nya. Heny menyentuh bokong nya di samping sang Papa.
Mata Heny tertuju pada map coklat yang ada di atas meja, " itu apa Pah?' tanya Heny sambil nunjuk map tersebut.
" Ambil buka lah" jawab Arifin selanjut nya membakar tembakau di dalam pipa cangklong.
Penasaran Heny tidak bertanya lebih lanjut langsung meraih map di atas meja dan membuka nya. Heny membaca urutan tulisan yang tertera, sungguh tidak mengenak kan Heny merasa Papa nya berlebihan terhadap Anas kenapa bagian Anas lebih banyak dari nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sera
lanjut...
2024-09-17
1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niih
2024-05-04
2
Puspa
cuman mandi basah aja Arifin 😅😅😅
2024-02-22
1