Mau!

"Tapi kamu masih mau jadi pacarku, kan?"

Sesaat aku merasa seperti tersambar petir, ini beneran Azam yang ngomong? Inginku mengecek dahinya, dia sehat kan? Seriusan nih?

Aku membatu sesaat, lalu berteriak, "Tentu saja mau!"

Ups, aduh ketahuan banget pengennya! Astaga! Duh, malu banget! Keresek mana keresek?

"Oke." Respon Azam cuma gitu doang, "Aku duluan."

Cuma gitu aja? Ini Azam serius gak mau ngomong apa-apa lagi? Demi apa?

Dia harusnya ngomong apa gitu, ngajak pulang bareng kek, atau basa-basi ngajak jalan bareng sampe gerbang. Ini cuma memperjelas hubungan doang, terus aku ditinggal. Tega banget!

Dia benar-benar jauh dari karakter romantis di novel. Ini aku serius mau jadi pacar dia?

Azam bahkan gak menjelaskan sama sekali kenapa dia baru datang sekarang, padahal aku udah penasaran setengah mati. Dia bahkan gak nyatain perasaannya ke aku. Nah, kenapa aku baru sadar sekarang? Uh, tadi aku terlalu gugup. Argh, sialan!

Alih-alih senang, sekarang aku malah jadi khawatir. Azam beneran pengen jadi pacar aku kan? Dia suka juga sama aku kan? Dia gak mungkin kan nerima aku karena paksaan? Atau mungkin dia bikin taruhan terus bakal mutusin aku dalam beberapa hari ke depan?

Semakin aku berpikir, semakin banyak pikiran buruk yang merasuki otakku. Bagaimana nasibku ke depannya?

Apa aku bakal baik-baik aja kalau nanti udah putus? Apa aku bakal masih bisa nahan emosi seperti saat diabaikan pas nembak? Hatiku jadi semakin tidak tenang.

Aku segera mangambil ponsel dan menelpon nomor Ayu. "Halo," sapaku saat sudah tersambung.

"Kenapa, Na?" tanya Ayu di sela-sela kunyahan. Dia sedang makan atau ngemil?

"Mau curhat."

"Tentang Azam lagi?" tanyanya tidak tertarik.

Aku mengembuskan napas lelah, "Iya."

"Kenapa lagi sekarang? Bukannya kamu mau move on?" Uh, suara kunyahannya benar-benar mengganggu. Apa dia tidak bisa menelannya dulu baru berbicara? Ah, sudahlah. Masih ada yang lebih penting dari itu.

"Barusan dia bilang kalau dia nerima aku."

"Oh, jadi kamu diteri--Tunggu, apa? Kamu diterima?" Aku menjauhkan ponsel dari telinga, suaranya benar-benar bisa merusak gendang telinga. Terdengar suara berisik dari sebrang, sepertinya sesuatu jatuh. Ya, Azam menerimaku memang sebuah berita yang sangat mengejutkan, bahkan untuk diriku sendiri.

"Gimana kronologinya? Ceritain! Gak mau tau harus lengkap!" Ayu lalu mengubah pikirannya, "Kamu belum pulang kan? Ke sini sekarang juga!" perintahnya tidak mau dibantah. Aduh, padahal aku sedang malas.

***

"Anjir! Emang ya si patung itu gak jelas banget, seharusnya tadi kamu pukul kepalanya atau tendang bokongnya! Jadi orang kok ngeselin banget." Ayu terus mengomel setelah aku menceritakan kejadian tadi di sekolah, lengkap dengan kegelisahanku.

"Terus aku harus gimana? Ngajak dia putus? Jadian aja baru beberapa menit." Aku benar-benar dilema sekarang, pengen lanjut tapi takut lebih sakit hati, tapi kalau ngajak putus kisah kami aja belum dimulai masa udah mau diakhiri.

"Aku sih pengen kamu ngajak dia putus, tapi kasian juga kamunya. Udah diabaikan, digantung, sekarang dibuat dilema. Jalani dulu aja, Na, tapi jangan terlalu pakai hati. Sayang juga kalau mau berhenti sekarang, kan kamu yang nembak. Ini pertama kalinya juga lihat Azam punya pacar, ya kalau sebelum kita masuk sekolah sih gak tau, tapi sejauh ini aku bahkan jarang lihat dia deket sama cewek."

Hm, benar juga. Ya udah, aku jalani saja dulu. Semoga aku gak menyesal di masa depan.

Terpopuler

Comments

rachmahwahyu

rachmahwahyu

Asyik jadian!

2020-03-27

2

Ngarno Lestari

Ngarno Lestari

la gue nyesek mana cowo nya kagak bales mana cowo itu cuma bilang "tapi aku gabisa njawab"

2020-03-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!