Bagaimana?

Ayu menghampiriku yang sedang menempelkan pipi di meja, duh hari ini mataharinya panas banget. Mana harus lari-lari keliling lapangan pula. Dedek capek.

"Nih, minum dulu." Sebuah botol air minum terpampang jelas di depan mataku. Aku pun bangun dan menatap Ayu dengan mata berbinar-binar.

"Makasih." Hari ini aku benar-benar sial, padahal tahu ada jadwal olahraga, tapi aku malah lupa gak bawa botol air minum. Untunglah Ayu mau berbaik hati berbagi.

Kelas terasa sepi, anak-anak yang lain pasti sedang mojok di kantin atau di toilet untuk cuci muka. Hanya ada sekitar tujuh orang yang ada di kelas dan hampir semuanya sedang tiduran dengan dua kursi yang didekatkan.

"Gila ya, capek banget." Ayu duduk di kursinya, tapi alih-alih menatap ke depan, ia malah duduk menghadap belakang ke arahku. "Tapi gak apa-apalah. Untung gurunya ganteng, jadi gak bosan-bosan amat. Calon suami masa depan aku tuh!"

Aku hanya geleng-geleng kepala, sudah terlalu biasa dengan khayalan tingkat tinggi Ayu. Aku masih kurang semangat karena penolakan Azam. Haaaahhh, patah hati yang pertama itu menyebalkan banget. Segala jadi malas. Untung aku masih bisa ngontrol emosi kalau di sekolah.

Sepertinya Ayu menyadari keadaanku, dia mendekatkan wajahnya padaku. "Gimana nasib percintaan kamu sama Azam?"

Nah, nyebelin banget kan bocah satu ini. Langsung ke intinya lagi. Ingin sekali aku meberinya emot Meh.

"Gak gimana-gimana, udah jelas aku diabaikan gitu, sekarang tinggal move on aja. Cari lagi yang lebih ganteng," balasku malas dan kembali menempelkan pipi pada meja untuk ngadem.

"Haha, parah, kasian banget sih nasib percintaan kamu, Na."

"Berisik!"

Ayu malah tertawa semakin keras. Sebenarnya aku masih marah sama dia, enak aja nyebarin berita aku nembak Azam ke teman-teman sekelas. Dasar ember bocor. Makin nyebelinnya lagi, teman-teman sekelasku malah pada ketawa ngakak. Mereka gak kasihan atau simpati secuil pun padaku! Gak ada rasa setia kawannya sama sekali memang teman-teman biadab ini.

"Seriusan deh, kenapa juga kamu suka sama dia?" tanya Ayu di sela-sela tawanya.

Aku menatapnya balik sambil bertanya, "Kamu juga kenapa benci banget sama dia?"

Ayu menghentikan tawa, wajahnya berubah kesal seketika. Lalu mengalirlah cerita awal mula pertemuannya dengan Azam.

"Aku kan mau ke toilet ya waktu itu, karena aku anak baru dan masih belum hapal area sekolah, jadilah aku berniat tanya sama seseorang. Kebetulan saat itu ada satu cowok ganteng lagi berdiri di koridor, lagi natap awan sambil ngelamun. Aku tanyalah ya, soalnya udah kebelet banget. Padahal aku udah nyapa sopan dan dengan suara jelas, kamu tahu respon dia gimana?"

Ayu menarik napas sejenak, lalu minum air dengan rakus. "Dia cuma natap aku sekilas terus balik mandangin awan! Aduh, pengen banget aku bejek-bejek muka dia saking keselnya! Mahal banget emang suaranya?"

Otomatis aku tertawa ngakak, duh hiburan banget nih kalau Ayu yang cerewet bisa naik darah gini. Andai aku ada di sana waktu itu, aku pasti gak bakal bisa nahan tawa.

"Untunglah ada A Akbar keluar dari kelas, dia dengan baik hatinya nunjukin letak toilet. Sejak saat itu nilai Azam di mataku langsung nol dan aku gak suka sama dia dari lubuk hatiku yang paling dalam."

Aku kembali tertawa keras, sungguh alasan sepele yang membuat Ayu naik darah setiap kali melihat Azam.

Terpopuler

Comments

rachmahwahyu

rachmahwahyu

wkwkwk benci gara2 kebelet pipis

2020-03-27

0

Eva Noorita

Eva Noorita

berasa jadi anak sekolah lg baca novel ni....semangat lanjutkan cerita nya thor

2020-01-24

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!