Mengajak Azam pergi kencan tentu tak semudah membeli permen, aku rasa aku harus memperbaiki komunikasi kami terlebih dahulu. Buat apa pacaran kalau chattan aja masih kayak orang asing. Aku pun memutuskan untuk membuat sebuah misi pendekatan.
Azam tidak akan pernah berubah menjadi cerewet, jadi aku akan memerankan peranku sebagai tokoh utama yang mengejar cowok seperti di novel-novel. Lagipula tidak seperti Acha dari novel Mariposa yang pindah sekolah demi mengejar Iqbal, posisiku lebih tinggi karena sudah berstatus pacarnya Azam. Walau masih diragukan.
Jadi, aku akan membuat Azam untuk mengakui hubungan kami secara publik. Titik. Hm, rasanya aku mendengar sesuatu yang putus, sepertinya itu urat maluku. Baiklah, mulai besok aku akan melakukan misi pertama, menyapa dan tersenyum pada Azam.
Mari berubah dari gadis yang memendam rasa menjadi gadis agresif yang berani menyatakan cinta. Cielah. Jika aku ingin beromantis ria seperti adegan-adegan di novel, aku harus berjuang keras terlebih dahulu. Karena yang aku taklukan adalah sebongkah batu, bukan es.
***
Pagi ini aku berangkat ke sekolah dengan semangat membara, aku tidak sabar untuk bertemu Azam dan menyapanya. Saat mencapai gerbang sekolah aku berdiri bingung, pacarku itu biasanya datang jam berapa?
Ya sudahlah, aku tunggu saja dia di sini, sekalian nongkrong bareng anak OSIS yang bertugas untuk menyita jaket sebelum masuk ke dalam sekolah. Tidak sampai disita juga sih, cuma disuruh dilepas terus simpan di dalam tas, soalnya memang ganggu banget di kelas pakai jaket, kecuali kalau orang itu memang sakit. Tapi ada saja orang-orang bandel yang masih memakainya.
Selain jaket, pengurus OSIS juga akan menginspeksi topi dan sepatu yang digunakan. Mereka diberi kewenangan khusus untuk menyita dan memasukkan nama orang-orang yang melanggar ke dalam daftar hitam untuk kemudian disetorkan ke guru BK saat jam istirahat.
Aku duduk di kursi tidak jauh dari gerbang, tadinya mau menunggu Azam tepat di gerbang, tapi pasti rasanya akan aneh banget kalau yang bukan anak OSIS ikut gabung di sana. Apalagi aku tidak mengenal satu pun dari mereka yang sedang bertugas.
Lima menit berlalu, tidak ada tanda-tanda lelaki itu datang. Aku masih sabar menunggu. Namun sampai bel masuk berbunyi pun cowok itu masih tetap tidak ada. Mungkin dia datang lebih pagi dari aku, aku pun melangkah menuju kelas dengan sedikit kecewa.
Ya sudah, aku akan menyapanya nanti saat jam istirahat.
Pelajaran hari ini terasa sangat lama, mungkin karena aku benar-benar menunggu jam istirahat, jadi jarum jam terasa seperti bergerak sangat lambat.
Aku segera keluar dari kelas, berjalan menuju koridor di mana kelas Azam berada. Aku memang hanya ingin menyapa, tapi kalau cowok itu bahkan tidak keluar kelas bagaimana bisa aku menyapanya? Jadi aku akan mendatanginya ke kelas dan mengajaknya makan siang bersama.
Aku celingukan, kelas Azam terlihat kosong. Mungkin mereka belajar di tempat lain, lab bahasa misalnya.
Aku pun duduk di kursi di depan kelas XII MIA 3. Tidak kupedulikan tatapan aneh orang-orang, aku hanya ingin menunggu Azam dengan tenang. Mataku menjelajah ke sekitar, letak kelas ini cukup baik. Pemandangannya oke, dan aku bisa melihat apa yang terjadi di lapangan dengan jelas. Jadi kalau ada acara tidak perlu berdesakan di bawah untuk melihat.
Kurasakan ponsel di saku rok bergetar panjang, tanda panggilan masuk. Aku pun mengambilnya, nama Ayu tertera di sana. Segera kugeser tombol hijau dan mengucapkan halo.
"Kamu di mana? Mau ke kantin bareng?"
Mau sih, tapi aku mau ketemu Azam dulu.
"Duluan aja, Yu."
"Oke." Lalu sambungan telepon pun terputus.
Aku menepuk jidat, kenapa gak dari tadi aku WA Azam? Bodoh!
"Kamu di mana?"
Balasannya datang satu menit kemudian.
"Rumah."
Lah? Jadi dia gak masuk sekolah? Kampret! Sia-sia deh penantianku hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nia Rahmadani
Aelahhh, cowoknya bikin geramm yah😂🤣
2020-07-16
0
rachmahwahyu
wkwkwkwk
2020-03-28
2
Hanifah
aduhh mba jangan marah2 terus nanti cepet tua🤣🤣🤣🤣
2020-02-11
1