Gagal menyapa, aku memutuskan untuk mengalihkannya dengan lebih banyak berkirim pesan. Aku harus mencari bahan obrolan yang sekiranya bisa membuat percakapan bertahan lebih dari lima belas menit.
"Kenapa gak masuk?"
Karena Azam gak ada di kelas, aku memutuskan untuk pergi ke kantin. Cacing-cacingku tersayang sudah pada demo minta makan.
Kantin masih penuh orang seperti biasa, aku harus mencari celah untuk menyerobot antrian. Ini orang-orang sebenarnya kebanyakan gak lagi pada jajan, tapi nunggu kembalian. Biasalah, yang bertugas di kantin ini cuma dua orang, jadi banyak yang gak keurus.
Aku memerhatikan mereka secara seksama, tapi tidak menemukan celah. Saat mataku menemukan Ayu di baris depan, spontan aku berteriak memanggilnya.
"Ayu!"
Dia menoleh, tapi tidak mengatakan apa-apa. Sepertinya cukup sulit berada di sana.
"Titip mendoan dua ribu, ya!" teriakku lagi.
Gadis itu mengangguk, lalu fokus pada jajanan di depannya. Menurut info yang aku dapatkan, harga makanan di kantin ini adalah yang paling murah. Di sekolah mana di tahun 2018 ini masih ada gorengan gopek-an? Kebanyakan sudah dua ribu tiga atau bahkan seribuan.
Aku berdiri tidak jauh dari kantin, di tempat strategis yang bisa dilihat Ayu jika dia akan kembali ke kelas. Getaran ponsel membuatku berhenti menatap orang-orang yang sibuk berdesak-desakan. Ternyata balasan dari Azam.
"Demam."
Wah, dia sakit? Azam bisa sakit juga ternyata. Kukira kalau batu kayak dia virus juga pada kabur. Oke malah ngelantur. Pacar kampret aku ini emang, pacar sakit gak ada khawatir-khawatirnya.
"Sejak kapan? Sekarang udah baikan?"
Oke, mari mainkan peran sebagai pacar perhatian seperti di novel-novel.
"Kemarin. Lumayan."
Oke, tumben dia balesnya cepat. Apa karena gabut? Oke, ini kesempatan emas! Mari kita manfaatkan!
"Kalau udah lumayan berarti gak perlu dijenguk, kan? Hehe."
Ya, lagian aku juga gak pengen jenguk. Belum siap ketemu calon mertua, eh. Haha.
"Ke sini aja kalau mau."
Anjir! Hampir aja aku menjatuhkan ponsel. Ini yang bales seriusan Azam? Pacarku yang irit ngomong itu?
Kampret. Sekarang aku gak tahu harus balas apa.
"Aku gak tau di mana rumah kamu."
"Nih." Ayu mengulurkan sekantung mendoan ke arahku yang langsung kuterima dengan senang hati. Aku memberinya uang dua ribu, lantas kami berjalan bersama menuju kelas.
"Kamu bawa nasi gak, Yu?"
"Bawa. Kamu?"
"Bawa juga."
Yah, dalam rangka menghemat uang jajan aku memang selalu membawa bekal dari rumah. Berbeda dengan Ayu yang membawa bekal lengkap dengan lauknya, aku hanya membawa nasi saja. Lauknya ya mendoan ini. Ayu sih beda lagi, dia jajan buat nambah camilan, biasanya dia bawa lauk telur goreng atau lauk kering lainnya. Jajanannya yang lebih dari lima ribu itu pasti bakal jadi rezeki aku juga. Haha.
"Leli sama yang lain mana?" tanyaku baru ingat kalau teman-temanku yang lain tidak ada.
Ayu menjawab santai. "Di kelas. Nih lihat jajanan satu keresek yang aku bawa. Gak mungkin kan ini buat aku semua? Aku gak serakus itu. Ini mereka nitip, katanya males antri. Nyebelin banget emang. Aku kan juga males antri sebenarnya. Tapi aku pengen jajan gorengannya Bibi Kantin. Ah, dilema."
Dasar bocah satu ini, kalau udah mulai nyerocos begini dia pasti gak akan berhenti dalam waktu dekat. Saat kami sampai di kelas, aku segera mengecek ponsel. Ada satu pesan dari Azam di sana. Pesan yang membuatku ketar-ketir.
"Bareng Akbar aja, dia tetanggaku."
Mampus! Padahal aku tidak benar-benar mau menjenguknya. Sekarang aku harus bagaimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Najwaaa
hahaha lucu abis sampai ketawa² sendiri
2020-04-23
1
rachmahwahyu
udah jenguk aja.
2020-03-28
0
Diena Helda
sueeeee sok perhatian sih hahahahaha
2020-01-07
2