5. Hito mulai cemburu

Keesokan harinya sesuai jadwal yang telah dibuat mbok Nah dan Delisa, mbok Nah kerumah Delisa dan Hito pagi-pagi sekali. Begitu sampai disana mereka mulai meracik semua bumbu dan mempersiapkan semua nya. Kegiatan mereka rupanya mengusik Hito Yang sedang terlelap.

Berulang kali Hito menajamkan pendengarannya, ia juga melirik jam yang menggantung di kamarnya. Masih pukul 3 pagi, siapa yang memasak sepagi ini? Batin Hito dalam hati.

Karena merasa penasaran siapa yang ada dibawah sana, bisa saja itu maling yang hendak membobol rumah nya. Bukan ia takut untuk menghadapi maling tersebut. Lebih baik ia pergi memeriksa daripada menduga-duga.

Hito menuruni anak tangga dengan hati-hati, sampai pada anak tangga terakhir ia melihat ada sebuah payung, Hito ambil untuk berjaga-jaga. Saat langkah kakinya tiba di depan dapur, mata nya terbelalak sempurna menyaksikan mbok Nah dan Delisa tengah memasak sambil sesekali bercanda ria.

“Delisa?” panggil Hito sedikit kesal, pasal nya ini masih pukul 3 dini hari. Tapi mereka berdua sudah membuat keributan di dapur.

“Mas Hito?”

“Kamu ngapain masak jam 3 gini! sadar kan?” tanya nya dengan ekspresi nya yang datar.

“Aku juga tahu kalau ini masih jam 3, aku sadar kok! Memang sengaja masak nya sepagi ini karena aku ada pesanan, kalau subuh mulai masak nya gak kelar di jam 7!” jawab Delisa enteng, Hito merasa kesal sekali mendengar jawaban Delisa yang tidak merasa bersalah sama sekali karena sudah mengusik tidur nya.

“Iya tapi gak sepagi ini juga, Del! Kamu ganggu tidur aku! Arhan juga, apa gak nyari kamu?”

“Dia lagi tidur!! Udah gih tidur aja, aku kecilin suara nya, gak bakalan kedengaran lagi dari kamar kamu!” kata Delisa lagi.

“Terserahlah! Awas kalau masih kedengaran, aku buang semua pesanan kamu itu!” ucap nya lalu kembali melangkah kan kaki nya ke kamar nya lagi.

“Sombong banget sih!”

“Sabar atuh non! Pak Hito memang begitu, dia agak kaku kalau ngomong sama perempuan, dulu sama Bu Sintia juga begitu!”

“Pantes di tinggal!” Sahut Delisa asal. Ia merasa kesal karena sikap Hito terbilang sok kuasa, hanya karena ini rumah nya.

*

Pagi hari sekitar pukul 6.46 rupanya para kurir yang diminta Delisa sudah berbaris dengan rapi didepan rumah, Hito yang sedang bersiap tak sengaja menangkap barisan para kurir di depan rumah nya. Ia juga melihat mbok Nah dana Delisa bolak balik masuk kedalam rumah mengantarkan Packingan sambal nya.

Hito memperhatikan Delisa dengan ekspresi datar nya seperti biasa, ada satu yang mengusik pandangan nya yaitu Gentara yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya. Genta memperhatikan Delisa dengan raut wajah yang agak aneh menurut Hito.

‘Kenapa dia memperhatikan istriku seperti itu!’ umpat nya dalam hati, Pikiran kesal nya ditambah dengan sikap Delisa yang seolah biasa-biasa saja diperhatikan oleh Gentara seperti itu.

Karena kesal, Hito langsung menyambar tas nya untuk turun kebawah. Dibawah Delisa dan mbok Nah masih sibuk bolak balik, mereka tak menghiraukan hadir nya Hito disana.

Hito langsung ke teras rumah menghampiri Genta yang sejak tadi berdiri didepan rumah nya menatapi Delisa.

“Ehem!” Hito berdehem agar Genta sadar kalau yang dia perhatikan itu istri nya, terlepas dari pernikahan mereka yang terpaksa. Tapi Hito tak suka apa yang menjadi milik nya di lirik orang lain. Apalagi Genta dulu pernah terlibat skandal dengan Sintia, mantan istrinya.

Genta melirik Hito dengan sebelah mata nya, sedang kedua tangannya masih berada dalam saku nya.

“Tolong jaga mata anda!” ujar Hito dengan ketus.

“Sayang banget, wanita secantik Delisa harus banting tulang sendirian, padahal dia masih punya bayi! Fungsi nya ada kamu apa?? bikin risih tau gak!” jawab Genta telak, membuat Hito geram namun dia tidak bisa menampik ucapan Genta. Fakta nya memang dia membiarkan Delisa bekerja, karena hubungan mereka tak sedekat itu.

“Jangan ikut campur urusan saya!”

“Aku tidak ikut campur, tapi kalau suatu hari aku bisa jadi tempat Delisa untuk pulang, jangan nyesel!”

“Sialan! Mulut kamu di jaga, belum puas kamu bikin Sintia pergi dari ku?” Hito terpancing emosi, hampir saja dia melempar tas kerja nya ke aspal jalanan.

“Calm down! Istri kamu pergi karena memang dia murahan! Jangan salahin aku, urusan ku dan dia hanya sebatas pengacara dan klien.. Kamu pikir aku tertarik sama perempuan yang gak setia sama pasangan nya?” ucapan Genta lagi-lagi membuat Hito kalah telak. Memang benar kalau istrinya tak setia. Dulu ia berpikir kalau Genta dan Sintia punya hubungan, ternyata Genta hanya pengacara nya saja untuk memutus hubungan nya dengan Sintia.

“Kenapa diam? Merasa kalah?? Udahlah Hito, aku tahu benar pernikahanmu dan Delisa karena naik ranjang, tapi setidak nya kamu punya hati lah, dia punya bayi banget.. Gak kasihan liat dia berusaha sendirian?”

“Yang bukan ranah kamu, jangan ikut campur!” Hito memilih pergi dari sana dan langsung masuk kedalam mobil nya. Setelah Hito pergi, Genta menghampiri Delisa dan mbok Nah.

“Mbok..” panggil Genta mendekati mbok Nah yang masih sibuk mengatur packingan ke atas motor milik kurir. Sedang Delisa masih ada di dalam mengambil packingan yang terakhir.

“Iya Tuan, maaf ini lauk sarapannya baru aja mau si mbok bawa pulang, tapi tuan malah nyusulin kesini, maaf ya Tuan agak lama..!”

“Gak apa-apa mbok! Silahkan bantu Delisa dulu.. Dia lebih membutuhkan mbok dari pada saya!” jawab Genta sopan. Tak lama setelah itu Delisa keluar dengan Arhan yang berada dalam gendongan nya.

“Ini yang terakhir ya mas, sudah semua nya!” kata Delisa pada mas kurir nya, sembari tangannya menata box terakhir pada keranjang kurir tersebut.

“Baik neng, kalau begitu kami berangkat ya?”

“Oke pak, hati - hati!”

“Iya neng!”

Perlahan motor kang kurir Delisa pergi meninggalkan pelataran rumah Hito, setelah mereka sudah tak terlihat di pandangan barulah Delisa sadar kalau ada Gentara disana.

“Ini Tuan Gentara, Non! yang pernah saya ceritakan kemarin..”

“Salam kenal pak Genta,” Delisa mengulurkan tangannya dan disambut oleh Gentara.

“Salam kenal kembali, hai jagoan.. Namanya siapa?” Genta menyapa Arhan dengan menoleh pipi Arhan yang mulai terisi karena rajin menyusu dari ibu nya.

“Arhan om..”

“Hai Arhan! Kamu anak hebat, gak rewel pas ibu lagi kerja ya.. Semoga ibu kamu bisa sukses dengan usaha nya, Aamiin ya Allah!’’

“Aamiin.. Makasih banyak atas Do'a nya ya pak!”

“Sama-sama, panggil saja saya Genta.. Jangan pake pak karena saya belum setua itu, anak juga belum punya!”

Terpopuler

Comments

Nur Faris

Nur Faris

update 2 bab dong kak😁😁🥰

2024-02-17

0

Nar Sih

Nar Sih

delisa istri yg mandiri pasti ngk mau repotin suami nya ,apa lgi suami nya yg ngk cinta makasih kakk up nya dan semagatt🙏💪👍

2024-02-17

1

Susi Akbarini

Susi Akbarini

jgankan anak..
istri jga blm punya kok..
😀😀😀😀❤❤❤❤❤

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!