4

"Sudahlah kita jujur saja toh semuanya sudah terbongkar kan, dan guru yang lain juga... Tahu.

Itulah kenapa gaji kita semua kena pangkas jadi sudah cukup semuanya. Sekali-kali kita main jujur," kata Laila membuat teman-temannya diam.

"Iya betul itu," kata Dian.

"Selama kita di sana juga akan ada lomba membuat tumpeng kan. Kita duel secara jujur," kata Laila lagi.

"Oh iya aku lupa memberitahu. Memang ada lomba tapi bukan lomba membuat lagu ya.

Ada membuat cake, makanan asia termasuk lomba makan. Semua guru harus berpartisipasi," kata Bu Dian.

Rita mendengarkan. Cake ya hmm apa dia bisa ikut ya? Kalau soal masakan Asia juga dia bisa.

"Rita, coba saja ikut lomba membuat cake," usul Dina.

"Duh, kalau cake aku belum pernah buat takut gagal ah," kata Rita menolak.

"Kalau begitu aku saja deh," kata Koma semangat.

"Iya kamu saja. Buatan kamu kan enak sekali," kata Rita.

"Terima kasih," jawab Koma dengan malu.

"Kamu mau ikut yang mana, Dina?" Tanya Rita penasaran. Kadang Rita agak kesal juga karena Dina selalu berusaha menyamakan masakan, padahal kan kalau berbeda bisa saling menyicipi.

"Kamu apa Rita hehehe," kata Dina.

"Rahasia jangan ikut-ikut," kata Rita melipatkan tangannya.

"Hih ya sudah aku mau masakan Asia tapi Korea," kata Dina mengedipkan matanya.

"Ooh benar juga meski kamu bukan penggemar Korea, tapi toppoki buatan kamu enak!" Kata Rita semangat. Asiik bisa cicipi.

"Iya iya, karena Rita ahli dalam masakan Jepang, aku juga suka masak masakan Korea. Dan Koma cake, wah lengkap!" Kata Dina mengerti.

"Apa saja boleh kan. Semisal dessert?" Tanya Mae.

"Iya," jawab Bu Dewi. Beruntungnya dia tobat dan bisa bekerja bersama para guru kreatif TK Mentari.

"Ingat ya kita harus jujur," kata Laila meski sulit, mereka berlima menganggukkan kepala.

"Kamu tidak mau coba membuat kue? Kan boleh melihat resep," kata Asmi.

"Euhh bagaimana yaaa hehehe," kata Rita.

"Coba saja buat untuk Alex," kata Koma menggoda.

"Biasanya kalau masak karena cinta, jadi enak lho," kata Dini.

"Masakan Rita sangat enak kalau lagi marah, sedih. Apalagi kalau lagi senang, kalau kita kan kebalikan ya. Masak dalam keadaan emosi amburadul kan," kata Dina.

"Hahaha itu karena sejak SMP aku selalu berlatih memasak, Naaa," kata Rita menepuk bahu sahabatnya.

"Iya ya kamu pernah cerita waktu latihan membelah telur dna mencoba membuat omelet. Langsung bisa kan, berarti kemampuan kamu bisa ahli dalam memasak, Ta," kata Koma.

"Karena terus belajar," kata Rita.

"Kalian seperti bisa dipercaya saja lomba dengan jujur," kata Sasti menatap guru Makmum.

"Kita yang akan menang," kata Arsah dengan sombong.

"Kita dong," kata Asmi membalas.

"Kami guru Makmum selalu menjadi yang pertama," kata Ira dengan semangat.

"Pertama nyogok sih iya," balas Rita.

"Yang penting hasilnya menang lancar," kata Lilac bangga.

Semua guru Mentari memberikan jempol posisi ke bawah, angkot kembali menjadi medan pertempuran dan supir berkeringat.

"Menang tapi nyogok. Urat malunya putus ya," kata Dian dan dini bersamaan dan bertos tangan.

"Daripada kalah," kata Lilac dan Arsah.

Hebohnya tidak terbayangkan semua guru tidak ada yang mengalah.

"TK Mentari juara 1!" seru semua guru.

"TK Makmum juara 1!" seru semua guru.

"Dimana-mana makmum itu berdirinya di belakang bukan depan. Mentari itu letaknya di atas jadi kita yang jadi juara," kata Bu Dewi tidak bisa diam saja.

Mereka pun saling merebut posisi padahal lomba saja belum mulai. Rita tidak ambil pusing lebih menikmati lagu dengan pemandangan.

Tidak jauh berbeda dengan angkot lainnya yang juga lebih berisik memperebutkan kamar, atau nomor apalah.

Angkot yang berisikan kepsek dan yayasan pun berlomba untuk memperbagus prestasi para guru. Yahhh...

"Gais stop stop stop!!" Teriak Laila melihat kondisi para guru sudah mulai memanas ada yang menghentakkan kaki juga.

Supir berkeringat dingin sambil membaca istighfar.

"APA LAGI SIH BU LAILA!?" Teriak semua guru kecuali Rita.

"Kita melewati jurang lho kalau ada yang menghentakkan kaki ke bawah kursi atau kalian mulai menggoyangkan angkot, tak lama kita semua akan terbang menuju langit," kata Rita dengan santai.

"Hah?" Tanya semuanya.

"Betul," kata Laila dengan wajah ketakutan.

Karena penasaran, semuanya berbalik ke jendela masing-masing. Dan terdiam, suasana secara kilat hening.

Jalan yang mereka lalui memang terjal dan agak menanjak, terkadang bamper angkot mengenai batu atau bergesekan.

"Bu ibu, mohon doanya agar kita sampai dengan selamat," kata supir yang lega.

Mereka semua menelan ludah bersamaan dan Rita membuka cemilan. Koma dan Dina berpegangan tangan dengan Rita.

"Curam ya," kata Koma.

Mereka semua mengangguk dan akhirnya semua memutuskan untuk damai, dan akan dilanjutkan nanti di lapangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!