Rita juga pernah dibully oleh guru-guru TK Makmum karena mereka menyadari kelemahan Rita, dan menyerang langsung.
Namun kali ini, mereka pun diserang balik oleh banyak sekolah alhasil mereka terkena hukuman. Tentu saja Rita memiliki musuh, Bu Lilac dan Bu Arsah yang menyarankan untuk mengambil karyanya.
Bu Arsah lah orang yang sengaja membakar karya Rita di depan kedua matanya, sampai Rita menangis. Tapi berkat kelakuannya, mereka tidak diijinkan ikut lomba antar sekolah.
Wajah culas dari Bu Lilac tertangkap jelas yang mengarah pada jarinya. Mereka hampir semuanya sudah menikah yang belum ada tiga orang.
"Oh iya Bu Rita masih marah ya soal tahun lalu itu? Aduh, kita kan hanya bercanda tapi kelewatan," kata Bu Lilac dengan senyuman palsu.
Semua guru memandangi Bu Lilac lalu memandangi Rita yang memandangi dengan culas juga.
"Oooh iya ya tadinya aku mau kembalikan tapi tidak sengaja malah kena obor, jadinya kebakar semua," kata Bu Arsah dengan nada nyelekit.
"Oh jadi begini ini tidak sengaja?" Tanya Bu Sasti memperlihatkan bukti kelakuan mereka.
Jelas-jelas Lilac menyalakan api di obor dan membakarnya dengan senyum dan tertawa.
Semuanya kaget termasuk Bu Lilac dan Arsah. "Ke-kenapa ada videonya?"
"Lah kan lagi lomba semua guru juga punya kok rekaman seperti ini. Jadi saran saya berkata lah sesuai kenyataan ya," kata Sasti menyimpan lagi.
"Kamu bohong kan," kata Ira dengan tajam.
"Ih, untuk apa saya berbohong? Tanya saja nanti ke semua sekolah," jawab Sasti.
"Itu salah guru kalian kreatif itu harus berbagi dong," kata Arsah menatap Rita.
Rita tertawa. "Kok berbagi? Katanya kalian lulusan dari universitas ternama. Masa iya hanya untuk membuat karya saja sampai harus mencuri,"
"Namanya juga lomba masa iya harus saling berbagi ide," kata Asmi keberatan.
"Itu menandakan bahwa mereka jadi guru mungkin menggunakan uang atau jalan belakang," kata Dini yang membuat mereka marah.
"Masuknya pakai uang bukan tes seperti kita. Tiga bulan masa percobaan," kata Rita membongkar.
Guru TK Makmum hanya diam ya memang begitu, karena aslinya mereka tidak memenuhi syarat sebagai guru.
"La-lagipula memang bercanda kok jurinya saja menganggap karya itu buatan kita. Jadi ya diteruskan," kata Ira merasa tidak salah.
"Diteruskan tapi ketahuan saat juri membaca nama Bu Rita hahaha," kata Bu Dewi dan membuat semuanya tertawa.
"Memangnya masih butuh? Itu kan sudah lama juga," kata Hannah.
"Ya memang sudah lama dan aku sudah mendapatkan nilai tertinggi. Buat lagi juga mudah," kata Rita dengan tenang.
"Nah kan tidak salah toh kalau aku membakarnya. Ya sebut saja membantu ibu membuang karyanya," kata Arsah dengan nada menyindir.
"Ya kan ketahuan memang sengaja dibakar," kata Dian membuat mereka diam.
"Sudah, dengan kita sudah hapal mengenai tabiat mereka, coba kalian tahu tidak berapa jumlah murid yang belajar disana?" Tanya Mae.
"Apa urusannya sih dengan jumlah murid?" Tanya Hannah sebal.
"Ya ada dong. Perilaku kalian seenaknya wajar kan bila banyak orang tua yang memindahkan anaknya ke sekolah lain.
Sekolah kita juga dapat bagian lho, kabarnya kalau sampai dua tahun jumlah muridnya tidak bertambah dari tiga puluh.
Sekolah itu akan ditutup, dan kepala sekolah serta yayasan tidak akan menerima pindahan guru dari sana," jelas Mae.
"Baguslaaah," kata semua guru senang. Dan keenam guru Makmum hanya mendelik menyebalkan.
"Siapa juga yang mau masuk sekolah kalian? Kepedean," kata Laila.
"Yakeeeen gaji kita naik lhooo berkat para staf yang kerja keras," kata Dewi membuat mereka kaget.
"Jangan deh bu pokoknya guru dari TK Makmum sudah aku pakai spidol merah. Bukannya minta maaf malah semakin sengaja soal lalu.
Yah lagian kalau masuk juga apa mereka mampu? Tes praktek, tes psikologi, tes matematika lalu tes mengaji.
Sekolah kita beda ya sama sekolah kalian. Kalian masuk TK Makmum pakai uang, mengajar seenak jidat, ish aneh!" kata Rita menjulurkan lidah mengejek.
"Bu Rita ini memang senang menantang orang ya apa tidak takut?" Tanya Arsah, guru dengan badan gempal tapi seumuran dengan Rita.
"Kalian sendiri yang mulai," kata Komariah tidak tahan.
"Kamu sembarangan ya kalau bicara!" Kata Hannah dengan tatapan garang.
"Kalian berdua kita baru lihat deh. Guru baru ya? Berani sekali ya bicara begitu," kata Ira.
"Aduuuh bu ibu, jangan perang ya ini angkotnya bisa meledak," kata supir menghela nafas.
"Yeee situ juga guru baru, beraninya buat ulah!" Kata Dian berkacak pinggang.
Bayangkanlah, dalam angkot yang sempit, diisi 12 orang guru, dengan suara cerewet dan saling menampar dengan kalimat. Beuh!
"Gais stop stop stop!! Baik, kami mengaku salah kita memang sengaja mencuri dan membakar hiasan punya Bu Rita.
Karena yaa kami iri sekali kalau kalian memiliki guru yang kreatif," kata Laila akhirnya jujur dan membuat kelima Guru sisanya menyentak.
"LAILA!!" Seru mereka semua.
Keenam guru TK Mentari melipatkan kedua tangan mereka dan Laila tidak peduli. Ini harus dihentikan!
"Kalian kan membuatnya banyak jadi kami pikir tidak apa kalau ambil satu," Laila terus bicara.
"Laila, hentikan! Sudah cukup kenapa juga kamu katakan semua," kata Hannah berusaha menutup mulutnya.
Laila duduk dekat pintu angkot dia melawan dan menurutnya sudah keterlaluan semua temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments