10. "KETERLALUAN"

Setelah kepergian teman-teman Winda rumah pun kembali sepi, Winda menghampiri Dina ke kamar dekat dapur.

Ia melihat Dina tertidur tentu saja itu tak membuat nya senang,gegas ia menghampiri Dina lalu ia membangun kan Dina.

"Enak banget ya tiduran nya cepat beresin piring dan gelas kotor di ruang tamu itu!"perintah Winda.

Dina mendongak dan ia segera bangun.

"Baik Win'' kata Dina dengan wajah sedih nya, namun ia paksakan untuk bisa se tegar mungkin menghadapi kenyataan pahit ini.

Ia mengangkat pelan satu persatu piring kotor itu lalu ia jua membersihkan bekas plastik yang berada di ruang tamu,ia menyapu lantai yang penuh dengan bungkus kacang,ia juga melap meja kotor karena ada bekas tumpahan minum di sana.

Saat bibi ingin membantu,bibi melihat ruangan itu sudah bersih seperti semula,ia mendekati Dina lalu mengajak nya istirahat sejenak di belakang dekat dapur itu.

"Non makan lah sesuatu,sama ini tadi bibi sudah buat kan non rujak,kata non sangat ingin makan rujak bukan"kata bi Ida sambil memberi kan mangkok berisi rujak yang sudah ia buat.

Ia membuat rujak itu tanpa sepengetahuan Winda tentunya.

"Terimakasih bi"Dina memakan rujak itu dengan nikmat.

"Ini enak sekali bi seger,bibi gak mau?''ucap Dina sambil terus memakan rujak itu,ia benar-benar suka dengan rasa nya,ia sangat bersyukur akhirnya bisa makan yang ia inginkan.

"Bibi gak mau non tadi sudah memakan nya juga sedikit"Kata bi Ida mata nya pun berkaca-kaca memandang ke arah Dina yang asyik memakan rujak itu, seketika Dina menoleh pada sang bibi.

"Bibi kenapa kok sedih?"tanya Dina ia kemudian menghentikan aktifitas memakan rujak nya.

"Bibi gak papa non bibi hanya sedih melihat non yang di perlakukan sangat tidak baik di rumah ini"kata bi Ida sambil menyeka air mata nya yang hampir terjatuh.

"Bibi jangan sedih Dina gak papa kok"kata Dina dengan tersenyum yang di paksakan,padahal saat ini ia pun juga merasa sedih dengan nasib yang di alami nya.

Terlebih ia memikirkan bayi yang berada di kandungan nya,ia tidak papa di perlakukan tidak baik di rumah ini, asalkan ayah dari bayi yang ada di kandungan nya memperhatikan nya,tapi harapan nya pun musnah,Edo bahkan tak pernah perhatian sedikitpun terhadap bayi yang berada di perut Dina,padahal itu murni darah daging nya sendiri.

"Non kenapa betah di rumah ini?''tanya bi Ida yang heran melihat Dina betah di rumah ini padahal jelas-jelas Edo dan Winda memperlakukan nya sangat tidak adil.

"Aku .. Aku gak bisa pergi dari rumah ini bi"jawab Dina wajah nya mulai murung.

"Loh memang nya kenapa non,apa non mencintai tuan Edo?"tanya bi Ida lagi yang saat ini memang belum tahu masalah yang di alami Dina.

"Karena aku punya banyak hutang sama mereka bi,aku sama sekali tidak mencintai mas Edo,kami tak saling kenal sebab Winda yang memaksa kami untuk menikah"Dina menghela nafas sebelum melanjutkan pembicaraan nya.

"Semua itu ia lakukan karena ia menginginkan bayi dari ku,karena Winda tak bisa punya anak"

Bi Ida tampak kaget mendengar cerita dari Dina.

"Lalu masalah hutang, kenapa non bisa punya hutang sama non Winda?''tanya bi Ida lagi.

"Waktu itu aku sangat membutuhkan uang untuk operasi ibu ku bi aku sudah meminjam ke sana kemari namun tak ada yang mau meminjamkan ku uang,aku tak punya pilihan lain selain menerima tawaran Winda saat itu,aku tak mau kehilangan ibu satu-satunya yang ku miliki "tangis Dina pun pecah, bi Ida segera memberi ketenangan dengan cara memeluk Dina.

"Oh jadi begitu ceritanya ternyata masalah yang kamu alami begitu berat ya non"kata bi Ida ia sangat prihatin dengan masalah yang di alami Dina saat ini ,ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Iya bi rasa nya aku benar-benar terjebak saat ini, belum lagi saat anak ini lahir Winda dan mas Edo memaksa mengambil nya dari ku,aku tidak rela rasa nya bi"

"Iya bibi ngerti non,non yang sabar maaf bibi tidak bisa membantu banyak saat ini"tutur bi Ida.

Terdengar suara Winda memanggil dengan sangat nyaring..

"Bibiiiii,Dina!!"

Mendengar itu Dina dan bi Ida bergegas menuju suara itu, sebelum ia menghapus air mata nya terlebih dahulu.

"Iya non ada apa?''tanya bi Ida.

"Pake nanya lagi coba lihat di meja makan bersih tak ada makanan yang terhidang, kalian berdua lagi ngapain saja sih, sebentar lagi suami ku akan pulang!"kata Winda dengan wajah kurang bersahabat, entah kenapa akhir-akhir ini Winda selalu marah-marah.

"Maaf Win ini semua salah ku,aku merasa pusing hingga bi Ida mengajak ku ke belakang untuk istirahat sejenak"jelas Dina.

"Sudah aku gak mau basa-basi cepat siapin makanan!"ucap Winda lalu ia berlalu menuju kamar nya yang berada di lantai atas.

Tak lama suami mereka pun pulang.

Terlihat bi Ida yang sedang membukakan pintu sementara Dina masih memegang sapu nya.

"Sayang pulang juga akhirnya aku dari tadi nungguin"kata Winda yang langsung bergelayut manja di lengan suami nya.

"Iya mas capek banget ini Win "kata Edo sambil mengeluarkan amplop putih berusi untuk kedua istrinya,namun Winda di kasih lebih banyak dari Dina, sedangkan Dina hanya di kasih satu juta.

Edo memberikan uang itu pada Winda,saat iya ingin memberikan amplop yang satu nya lagi tiba-tiba Winda segera merebutnya,lalu membuka isi nya.

"Apaan ini mas,satu juta kita kasih setengah saja,lagian kan yang kita biayai itu bayi nya saja, bukan dia!"tunjuk Winda pada Dina yang masih berdiri sambil memegang sapu ,Winda kemudian mengeluarkan uang lima lembar berjumlah seratus ribu pada Dina dengan kasar.

"Nih kamu simpan,segini saja sudah untung "kata Winda,Edo hanya diam ia merasa sangat lelah dan ia memutuskan untuk segera membersihkan diri sebelum makan.

Dina kembali dengan tugas nya, setelah itu ia menyimpan uang itu kedalam dompetnya.

Ia tak akan membelanjakan uang itu untu keperluan yang tidak penting.

Ia akan menyimpan uang itu sebaik-baiknya untuk berjaga jika sewaktu-waktu nanti ada kejadian yang tidak diinginkan.

Saat makan malam tiba,Dina yang hendak ikut duduk di meja makan segera di cegah Winda.

"Eh mau ngapain sih kamu?''

"Mau makan Win "kata Dina.

"Enak saja lagian siapa sih yang meminta kamu makan bareng kita, kamu makan di dapur saja!"kata Winda,sambil mengibaskan tangannya.

Ia kemudian mengambil secentong nasi,dan satu potong tempe dan tahu.

"Nih kamu bawa saja ke dapur aku eneg lihat nya"kata Winda.

"Sayang jangan keras-keras dong nanti dia kabur gimana "kata Edo sambil tertawa.

Dina menatap piring yang di berikan Winda,lalu ia menatap ke arah Winda dan Edo yang hanya mengacuhkan nya.

Dengan mata berkaca-kaca Dina segera membawa piring nya dengan dapur untuk makan di sana, padahal ia sengaja menghidangkan semua menu lezat ,ia pikir agar bisa makan bareng seperti biasanya,namun nihil justru saat ini Winda tak ingin lagi makan semeja sama Dina,dan itu cukup membuat hati Dina sakit .

Sikap Winda benar-benar keterlaluan,ia sama sekali tak memperdulikan Dina,sangat berbeda dengan sikap nya waktu pertama kali saat membawa Dina kerumah ini.

Entah kenapa semakin lama Winda semakin keterlaluan sama Dina,yang lebih parahnya Edo yang juga termasuk suami Dina itu,sama sekali tak memperdulikan nya, boro-boro ingin membela melirik saja enggan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!