Ibu mertuanya meminta Aurora untuk duduk dan ia sendiri memanggil suaminya. Aurora cuma memandang semua hidangan yang ada di atas meja membuat dia lapar ingin dia makan duluan, tapi dia harus menjaga sopan santun karena tidak baik makan duluan tanpa izin dari tuan rumah.
Setelah menunggu akhirnya mereka semua sudah datang dan duduk di kursi masing-masing.
"Aku mengucapkan terima kasih karena telah hadir dan selamat Aurora sudah jadi bagian keluarga kami. Silakan dimakan hidangan nya!" sambut Zafar dengan hangat sambil mengangkat gelas berisi anggur.
Semua orang mengangkat gelas yang sama hingga membuat Aurora juga melakukan hal yang sama seperti mereka.
Acara makan malam dimulai terdengar suara dentingan garpu dan pisau karena menu yang dimakan adalah steak. Aurora sangat bersyukur karena sudah pernah mempelajari table manner dari sahabatnya Chelsea sehingga dia tidak mempermalukan dirinya sendiri.
Michael memandang Aurora, "ternyata dia tahu adab dan cara makan kalangan atas!" ucapnya meminum air putih.
Alister dan temannya membuka suara mereka dan mengajukan beberapa pertanyaan untuk Aurora
"Siapa nama mu cantik?" tanya Arzan.
"Aurora!"
"Berapa umurmu?" tanya Elvan melihat istri Dion yang terlihat begitu muda.
"18 tahun," jawab Aurora singkat.
"Kau masih sekolah?" kata Alister seraya memotong steak.
"Iya, aku masih sekolah," jawabnya.
"Dimana kau bersekolah?" tanya Elvan berusaha mencari latar belakang Aurora.
"SMA Blue Blood," balas Aurora.
"Michael itu sekolahmu bukan?" tanya Alister yang berhasil menciptakan kecurigaan terhadap mereka berdua.
"Kau sudah mengenal Michael?" tanya Arzan.
"Tentu saja Michael adalah anak dari donatur tempat panti aku tinggalin. Dia cukup populer di sekolah, dan aku sendiri sering melihat Michael main basket bersama temanku," jawab Aurora jujur apa adanya tanpa menyembunyikan apa pun.
Ketiga teman Dion terkejut mengetahui jika istri teman mereka berasal dari panti asuhan naungan keluarga Alexander pantas saja dia mau nikah sama Dion itu yang mereka pikirkan.
Mereka berhenti bertanya melanjutkan makan sampai selesai. Mereka pindah dan duduk di ruang tamu mengobrol walaupun obrolan mereka membahas tentang bisnis yang tidak Aurora mengerti dan berkat mereka Aurora sadar jika dunia dia sama mereka berbeda.
Malam sudah kian larut mereka berpamitan pada tuan rumah untuk pulang.
"Ini hadiah untukmu dari kami bertiga," ujar Alister menyodorkan tiga kotak hadiah ke Aurora
Aurora ragu mengambil kotak tersebut dia menoleh melihat anggukan dari ibu mertuanya akhirnya dia menerima kotak tersebut.
"Terima kasih tuan," ucap Aurora menerima hadiah tersebut.
"Jangan panggil aku tuan cukup panggil kakak saja," ujar Alister merasa geli Aurora memanggilnya tuan.
Aurora mengangguk kecil. Dia bersama Dila mengantar mereka ke teras sampai mobil mereka meninggalkan pekarangan rumah baru mereka masuk ke dalam.
Michael berdiri menatap orang tuanya, "pa, ma. Bisa kita bicara?" tanyanya.
"Bicara di ruangan papa," jawab Zafar bangkit dari sofa.
Zafar dan Michael melangkah kaki ke ruang kerja.
"Aurora, kau pergi ke kamar nanti mama menyusul," ujar Dila.
Dila menyusul anak dan suaminya meninggalkan Aurora yang masih berdiri.
"Aku ditinggal sendiri," ucapnya kesal.
Aurora melihat ada seorang maid melintas di depannya memintanya untuk mengantarkan dirinya ke kamar karena dia lupa kamar Dion terletak dimana.
Aurora masuk ke dalam kamar dia duduk di pinggir ranjang dan menyadari jika Dion telah bangun.
"Mama lagi bicara sama Michael, tunggu saja!" Aurora bilang seperti itu sebab melihat mata Dion mencari sesuatu dan Aurora menduga pasti Dion mencari ibunya.
***
Dila dan Zafar duduk bersebelahan di sofa sambil memandang putra bungsu mereka yang duduk di hadapan mereka.
"Kenapa Aurora pa?" tanya Michael yang membuat kening kedua pasangan itu berkerut.
"Tolong katakan lebih jelas," balas Zafar.
"Kenapa papa memilih Aurora jadi istri kakak?" tanya Michael mengulangi pertanyaannya lebih panjang dan jelas.
"Aurora gadis baik dan kita sudah mengenalnya," jawab Zafar tenang.
Michael berdecak sinis, "bukan itu alasan papa. Papa memilih Aurora karena dia bisa dikendalikan sesuka hati kalian," ucapnya.
"Michael!" Dila berteriak pada putra bungsunya mendengar kata-katanya yang mungkin bisa menyinggung suaminya.
Michael melipat kedua lengannya menatap kesal pada orang tuanya.
"Michael, masuklah ke kamarmu!" seru Zafar yang terdengar layaknya perintah yang tidak ingin dibantah.
"Aku enggak akan pergi sebelum papa jawab pertanyaanku," balas Michael menantang ayahnya.
"Papa tidak akan menjawab pertanyaanmu terserah apa yang mau kau pikirkan tentang papa," sambungnya yang telah beranjak meninggalkan ruang kerjanya.
Dila berpindah duduk di sebelah Michael ia menyentuh pundaknya, "Michael, jangan buat papamu marah," ucapnya.
"Aku cuma bertanya sama papa apa susahnya jawab saja pertanyaanku," keluh Michael.
"Itu bukan urusanmu ini masalah orang dewasa," balas Dila tegas.
Michael memutuskan pergi saja dari sana karena ia malas berlama-lama di sini bukannya mendapatkan jawaban untuk pertanyaannya yang ada kedua orang tuanya malah menciptakan kekesalan padanya.
Dila melihat anaknya pergi dengan kesal cuma menghela nafas panjang, "sabar!"
***
Aurora menunggu ibu mertuanya datang ke kamar ini ia menoleh jam di dinding telah menunjukkan pukul 10 dia memutuskan untuk tidur saja.
Aurora menutup pintu kamarnya dia membuka lemari pakaian Dion yang berhasil membuat sang pemilik kesal karena dibuka tanpa seizin darinya.
Aurora mengambil piyama yang masih baru ia menutup pintu ketika berbalik bisa ia lihat tatapan Dion yang tidak suka padanya.
"Biasa aja kali nengok aku tahu aku cantik," ujar Aurora mengibaskan rambutnya.
Aurora masuk ke dalam kamar mandi dia menanggalkan gaunnya lalu ganti dengan piyama satin navy. Aurora berdiri di depan cermin melihat ada sabun wajah khusus wanita ia memegangnya dan melihat sabun tersebut.
"Ini masih baru sepertinya ini memang disiapkan mama untukku," ucapnya.
Aurora mencuci kedua tangannya lalu membasuh wajahnya terus mencuci mukanya dengan sabun tersebut. Aurora menepuk pipinya terasa kenyal ia juga merasa wajahnya begitu segar setelah cuci muka.
Ia keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju meja rias, ia melihat ada berbagai produk skincare, Aurora melihat itu langsung saja ia mencobanya karena ia yakin produk ini pasti bagus tidak mungkin pilihan ibu mertuanya salah.
"Terima kasih mama," ucap Aurora pelan.
Dion menatap Aurora yang begitu fokus mengoles cream yang ia tidak tahu namanya bisa ia rasakan jika gadis ini begitu bahagia hanya karena produk itu.
Setelah dilihat-lihat Dion baru menyadari sejak kapan di kamarnya ada meja rias apa ibunya menyiapkan ini untuk gadis itu.
Aurora menghampiri Dion ia mengelus surai rambutnya lalu mengecup kening Dion, "good night!"
Aurora mengambil bantal di samping Dion dan pergi ke sofa dekat jendela menjauh dari Dion yang masih terdiam kebingungan.
Gadis aneh. Dion menggerutu dalam benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments