Episode 4

Aurora POV

Matahari menampakkan wujudnya di ufuk timur sinarnya memang belum terlalu terang, tapi cukup untuk mengusik tidur seorang gadis.

Gadis itu merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerpa wajahnya mau tidak mau terpaksa dia membuka kelopak matanya dan menyesuaikan netranya.

Tentu saja kalian tahu siapa gadis yang tidurnya terganggu tadi adalah aku Aurora Clarissa. Seperti yang sudah aku jelaskan di awal kalau bahwasanya aku adalah yatim piatu, aku dibesarkan di panti asuhan ini semenjak bayi.

Aku mendengar cerita tentang bagaimana aku bisa ada di sini dari ibu katanya: "kamu mau dimakan anjing liar untung ada orang yang tolongin kamu jadi dia bawa kamu kemari."

Aku tidak tahu cerita ibu itu benar atau tidak karena mau dikasih seribu alasan apa pun aku pasti akan berada di tempat ini. Aku pernah bertanya-tanya pada diriku sendiri apa orang tuaku masih hidup? Apa mereka menyayangi aku?

Dan ayolah itu pertanyaan terbodoh yang pernah ada jika orang tuaku menyayangiku tidak mungkin aku berada di panti asuhan ini dari aku bayi sampai aku berumur 18 tahun.

Aku juga heran dengan para pengunjung yang datang kemari semenjak aku kecil kenapa tidak ada satu pun pasangan yang mau mengadopsi aku padahal teman-temanku di panti ini sudah menemukan keluarga mereka. Aku merasa tidak ada yang salah padaku kalau dari segi fisik aku imut dan cantik yang pasti pasangan mana pun tidak akan berpikir dua kali untuk mengangkat aku sebagai anaknya.

Bisa dikatakan aku adalah anak paling besar di sini yang tentu saja aku paling tua karena aku tidak kunjung diadopsi sampai sekarang bahkan bayi yang baru berumur sebulan saja udah dapat orang tua sedangkan aku tidak usah diceritakan.

Tidak usah pikirkan itu karena mau aku berpikir seberapa keras tetap tidak akan pernah menemukan jawabannya lebih baik aku mandi untuk berangkat ke sekolah.

Aku bangkit dari ranjang lalu mengambil seragam sekolah-ku dan handuk yang tergantung di balik pintu terus aku keluar dari kamar menuju ruang mandi yang letaknya tidak berada di bangunan ini melainkan di luar dekat halaman belakang.

Ruang mandi ini terpisah antara laki-laki dan perempuan dan aku suka karena walaupun mereka masih kecil dan belum mengerti apa-apa, tapi tetap saja aturan dan batasan seperti itu harus diterapkan sedini mungkin.

Aku melangkah kakiku masuk ke dalam dan bisa aku rasakan ruangan ini begitu sunyi belum ada orang sama sekali mungkin mereka masih berada di alam mimpi.

Aurora meletakkan pakaian ganti di atas gantungan lalu menanggalkan pakaian terus meletakkannya di keranjang baju kotor milikku. Jika kalian pikir ruang mandi pakai shower kalian salah aku mandi pakai gayung berbentuk hati, aku menyiram tubuhku secara cepat dan sabun secara rata di seluruh badan tidak lupa aku gosok gigi dan mencuci wajahku yang cantik dengan facial wash.

Setelah mandi aku langsung menyeka tubuhku dengan handuk dan langsung memakai seragam sekolah. Aku segera berjalan ke kamarku, aku berdiri di depan cermin yang tertempel di dinding, aku mengoleskan sunscreen di atas wajahku agar terlindung dari sinar matahari. Aku kasih loose powder untuk menahan minyak di wajah dan lip tint di atas bibir biar tidak pucat layaknya zombie.

Teruntuk pada kalian sebagai perempuan kita harus rajin merawat wajah dan tubuh kita karena jika kau tidak kaya maupun pintar seenggaknya kau harus cantik biar dihargai memang kejam, tapi itu kenyataannya.

Aurora menyisir rambut dan menguncirnya, aku mengambil tasku lalu memasukkan buku tugas yang telah aku kerjakan semalam di perpustakaan.

Aku keluar dari kamarku sebelum turun ke bawah untuk sarapan aku harus membangunkan adik-adikku dan itu sudah menjadi rutinitas setiap pagi yang harus Aurora cantik ini kerjakan.

"Ayo bangun!" Aurora berteriak begitu kuat sambil membuka tirai jendela biar matahari masuk agar anak-anak ini pada bangun.

Aurora bisa mendengar keluhan mereka, tapi aku tidak peduli mereka harus bangun mandi terus pergi sekolah agar mereka punya masa depan yang cerah.

Selesai membangunkan para kurcaci ini aku memilih pergi ke ruang makan dan belum lagi kakiku menyentuh ruang makan bisa aku rasakan aroma harum dari nasi goreng.

Aku segera duduk di kursi lalu menyantap nasi goreng buatan orang yang bekerja di bagian dapur selesai memakannya aku segera keluar dari sana.

Aku berangkat ke sekolah dengan transportasi umum yaitu, bus aku selalu menunggu bus di halte yang berjarak sekitar 100 cm dari panti asuhan. Menunggu bus sekitar 10 menit akhirnya tiba dan aku masuk ke dalam dan hari ini Aurora cukup beruntung karena bus kosong jadi aku bisa duduk bangku.

Perjalanan dari panti asuhan menuju sekolah membutuhkan waktu sekitar 30 menit jika ditempuh dengan bus tapi kalau punya sepeda motor paling cuma 15 menit saja.

Aku turun di halte dan berjalan masuk melalui gerbang bisa aku lihat para murid di sini pergi ke sekolah ada yang pakai motor, mobil, dan lebih enak diantar oleh supir pribadi. Terkadang Aurora iri sama mereka kapan bisa naik mobil bagus dan punya motor keren.

Tapi Aurora ralat deh perasaan aku udah naik mobil bagus walaupun punya Chelsea seenggaknya udah pernah rasakan naik mobil.

Tapi tetap saja Blue Bold High School adalah tempat untuk para murid yang berasal dari kalangan atas dan aku beruntung bisa sekolah di sini lewat jalur beasiswa.

Jadi, ibu Rani tidak perlu memikirkan biaya pendidikan selama 3 tahun ke depan cukup kasih aku makan dan uang saku saja.

Aku berjalan masuk ke kelasku yang terletak di lantai satu jadi Aurora tidak capek harus naik turun tangga baru saja aku melangkah masuk dapat aku lihat dan dengar teman-teman sekelas pada heboh dan aku bisa tebak kehebohan mereka disebabkan karena belum mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan di jam pertama.

"Aurora cantik," panggil seorang gadis kuncir dua yang bernama Sherly.

"Apa!" balasku.

"Lihat tugas dong janji aku bayar deh," kata Sherly yang berhasil membuat mataku bersinar.

"Oke," balasku dengan jari membentuk huruf O.

"Ra, aku juga lihatnya kalau enggak siap nanti princess Chelsea dijemur," sambung Chelsea merangkul lengan Aurora.

"Kasih enggak ya," ucapku dengan telunjuk mengetuk daguku.

Melihat wajah Chelsea yang dibuat imut akhirnya aku mengangguk kepalaku mempersilahkan dia melihatnya bersama dengan Sherly ralat bukan mereka berdua saja melainkan hampir setengah murid dari kelas ini melihatnya, tapi aku biarkan saja karena mereka akan membayar tugasku itu.

Pov End

Tolong follow Ig author tasya_1438 dan Auris713

Terpopuler

Comments

Titik Supadmi

Titik Supadmi

next mbak thor...👍👍👍👍

2024-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!