Episode 3

Seluruh anggota keluarga Alexander berkumpul di ruang makan untuk makan malam kecuali Dion, mereka makan dalam keadaan hening dan itu sudah menjadi kebiasaan tidak ada suara selama makan.

Zafar telah selesai makan ia menyeka bibirnya dari sisa makanan, "sayang, setelah makan datanglah ke ruang kerjaku," ucapnya mengandung nada perintah.

Dila memberikan respon dengan mengangguk pelan kepalanya, Zafar telah pergi dari ruang makan menuju ruang kerjanya tinggal Michael dan Dila saja di meja makan.

"Ma, kira-kira apa yang mau dibicarakan papa?" Michael bertanya dengan rasa penasaran.

"Tidak tahu," jawabnya singkat.

Michael menyunggingkan senyum kecut ia sangat penasaran kira-kira apa yang akan dibicarakan orang tuanya ia tidak pernah kepo, tapi tidak tahu kenapa dia ingin sangat penasaran dan ingin tahu.

Dila meletakkan sendok dan garpu secara sejajar yang artinya dia telah selesai makan, dia menyeka bibirnya dan mendorong kursinya ke belakang.

Ia menoleh ke kiri, "tolong ganti diaper kakakmu!"

"Baik," balas Michael singkat.

Setelah selesai memerintahkan putranya Dila langsung melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan menuju ruang kerja suaminya.

***

Dila mengetuk pintu coklat ruang kerja suaminya dan ketika ia mendengar sahutan dari dalam dia membuka handle pintu dan dapat dia lihat suaminya sedang berdiri di depan jendela.

Dila menghampiri suaminya dan memeluk tubuhnya dari belakang, "apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya.

"Tidak ada. Ayo kita duduk!" Zafar mengajak Dila agar duduk di sofa panjang yang terletak di sudut kiri tengah ruangan.

Dila menatap wajah Zafar secara intens, "apa yang ingin kau bicarakan sayang?" tanyanya dengan nada centil.

"Aku sedang serius Dila," balas Zafar dingin.

Dila langsung merubah air wajahnya menjadi datar dan bersedekap dada.

"Aku ingin Dion menikah!" seru Zafar secara spontan.

Dila mencerna perkataan yang baru saja keluar dari mulut suaminya dan memasang ekspresi wajah kebingungan.

"Apa maksudmu?" tanya Dila tidak paham.

Zafar menghembuskan nafasnya lalu ia menjelaskan bahwa dia berencana menikahkan putranya Dion dengan salah satu anak di panti asuhan yang berada dalam naungan keluarganya.

Mendengar penjelasan suaminya yang rinci itu tetap membuat Dila tidak puas. "Aku tidak setuju," ucapnya datar.

"Sebutkan alasanmu!" Zafar meminta pendapat dari istrinya.

"Gadis itu masih terlalu mudah dan asal usulnya tidak jelas." Dila mengutarakannya secara gamblang.

"Aku rasa bukan itu alasannya. Sebutkan saja Dila," ujar Zafar sekali lagi.

Dila mengutarakan pendapatnya bahwasanya apakah gadis pilihan suaminya merupakan gadis baik-baik atau dia mampu merawat Dion secara tulus dan bersabar Dila rasa tidak, dia saja yang ibu kandungnya merasa lelah dan ingin melampiaskan amarahnya terhadap putranya tidak berdaya itu, apakah gadis itu bisa merawat dan mengatur emosinya.

Zafar mendengar secara seksama setiap kata yang dilontarkan oleh istrinya dan ia juga akui apa yang dikatakan Dila benar, tapi tetap saja dia ingin ada seorang istri yang bisa mendampingi putranya.

"Aku hargai pendapat dan kekhawatiranmu sebagai ibunya, tapi keputusanku sudah bulat Dion akan menikah dengan gadis itu." Zafar mengucapkannya secara tegas dan tidak ingin ada bantahan dari istrinya.

Dila merasa tidak puas dia memilih untuk keluar saja dari ruangan itu.

"Aku punya alasan Dila kenapa gadis itu yang aku pilih," ujar Zafar pelan sembari memandang punggung Dila yang menghilang dari balik pintu.

***

Michael sekarang sedang berada di kamar kakaknya, dia menggantikan diaper Dion dengan yang baru. Pertama dia mengelap sel*ngkang*n Dion dengan tisu basah dan juga memberikan cream agar tidak mengalami ruam dan ketika Michael ingin memakai diaper pada kakaknya, Dion malah mengompol dan yang lebih parahnya itu juga mengenai Michael dan membasahi kasurnya.

Michael berusaha menahan emosinya agar dia tidak sengaja membentak kakaknya, dia tersenyum lebar lalu mengangkat Dion dan meletakkan tubuhnya di sofa dan langsung saja membersihkan kembali sel*ngkang*n Dion dan memakaikan diaper secara cepat agar kejadian tadi tidak terulang.

Selesai melakukan itu semua Michael melihat Dion telah meneteskan air matanya tanpa mengeluarkan suara sama sekali.

"Kakak kenapa kau menangis?" Michael bertanya sembari mengusap pelupuk mata Dion. "Kak jangan nangis nanti kau akan sesak."

Dion melihat langit-langit dan mendengarkan perkataan Michael tanpa meresponnya.

Aku memang sudah tidak berguna lagi. Batin Dion merendahkan dirinya.

Dila masuk ke kamar putra sulungnya dapat ia lihat jika Dion sedang menangis, Dila langsung berjongkok mensejajarkan tingginya dengan putranya lalu mengusap lembut rambutnya.

"Kenapa dengan kakakmu?" tanya Dila pada Michael.

"Tidak tahu, aku baru siap pakaikan diaper kakak sudah nangis gini," jawab Michael apa adanya.

"Angkat kakakmu pindahkan dia ke kasur mungkin dia merasa tidak nyaman," ucap Dila.

"Kakak habis ngompol aku akan panggil pelayan untuk bereskan," balas Michael segera keluar dari sana.

Michael kembali ke kamar dan tidak lama kemudian dua orang pelayan masuk ke kamar Dion dan segera membereskan kekacauan yang disebabkan oleh Dion.

Setelah semua selesai Michael menggendong kakaknya ala bridal style dan membaringkannya secara hati-hati di atas kasurnya, Michael menyelimuti tubuh Dion.

"Pergilah tidur ini sudah malam Chael!" Dila menyuruh putra bungsunya untuk tidur.

"Aku tidur di sini saja sama kakak," balas Michael.

Dila menghembus nafasnya. "Baiklah pergilah bersih-bersih!" perintahnya.

Michael mengangguk dan berjalan keluar dari kamar kakaknya setelah putra bungsunya pergi Dila duduk di pinggir ranjang sambil menatap intens Dion yang masih terjaga.

Dila mengusap kepala putranya, "kau tahu apa yang papa bilang ke mama?"

Dion mengedipkan matanya dua kali yang berarti tidak, Dila tersenyum tipis melihat respon lucu putranya yang mengerjapkan matanya layaknya bayi.

"Papa ingin kau menikah Dion," ucap Dila spontan.

Dion memang tidak akan menjawab dan memberikan komentar pada ucapan ibunya, tapi jauh di benaknya ia mulai menciptakan berbagai pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada Dila.

"Mama tidak setuju dengan keputusan papa," ucapnya sembari membelai wajah putranya.

Kenapa papa ingin aku menikah? Dion bertanya di dalam benaknya.

Dila dan Dion berkecamuk dalam pikiran mereka masing-masing sampai lamunan buyar karena kedatangan putra bungsu keluarga ini.

Michael mengambil posisi berbaring di samping kiri Dion dan tubuhnya ia miringkan agar bisa menatap kakaknya.

"Papa sama mama tadi habis bicara apa?" tanya Michael masih penasaran dengan pembicara orang tuanya.

"Tidak ada, bukan hal yang penting. Tidurlah ini sudah malam," balas dila yang telah membaringkan tubuhnya di sisi kanan putra sulungnya.

Michael memeluk tubuh kakaknya dan bisa Dion rasakan kehangatan dari adiknya walaupun tubuhnya tidak bisa merasakannya.

"Selamat tidur kakak," ucap Michael.

Have a nice dream brother. Dion cuma bisa membalas dari hatinya saja.

Bersambung...

Tolong follow Instagram author tasya_1438 dan Auris713

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!