Bab 8

Jempol nya ya, ngga boleh lupa 🫶

>>

Amat dan Ayna menunggu orang tua dari Ayna di lantai utama apartemen. Sejujurnya, tak hanya Amat yang tegang sekarang, Ayna pun merasakan hal yang sama.

Hingga tak berselang lama, sebuah mobil datang dan berhenti tepat di depan apartemen, membuat Amat dan Ayna saling pandang.

Ayna mulai melangkah lebih dekat ke mobil itu, lalu keluarlah orang tua nya dari dalam mobil itu.

"Papa? Mama mana?" tanya Ayna melihat hanya Papa nya keluar.

"Touch up di dalam" jawab Papa Ayna dengan singkat. Ayna mangut-mangut mengerti.

"Kamu hari ini di rumah aja kan Ayna? Ngga ke rumah sakit kan?" tanya Papa Ardian.

"Tergantung sih Pa, kalau ada yang jadwal check up hari ini, ya Ayna ke rumah sakit, ngga akan lama kok" jawab Ayna dengan pertimbangan.

"Kami jarang-jarang datang berkunjung ke sini Ayna, luangkan waktu mu sehari buat kami" ucap Mama Sella yang baru keluar langsung membujuk Ayna.

"Ya gimana ya Ma, bukan Ayna ngga mau.. Tapi kalau ada pasien yang sakit, Ayna ngga bisa nunda-nunda gitu aja" balas Ayna, Mama Sella menghela napas.

"Pulang aja lah kita Pa, Ayna nya ngga mau kumpul sama kita lagi" ajak Mama Sella hendak masuk ke dalam mobil lagi.

"Tunggu Ma!" tahan Papa Ardian memegang pergelangan sang istri sambil menatap ke arah belakang Ayna.

"Kenapa sih Pa? Ayna tu ngga mau ngumpul kan kalau ada kita disini, jadi mending kita pulang aja" ucap Mama Sella dengan raut wajah di buat-buat sedih agar Ayna mau sehari libur.

"Dia siapa?" Papa Ardian bertanya mengalihkan atensi Mama Sella dan Ayna juga.

Deg "Kenapa dia diri di situ aja? Nungguin siapa dia Ay?" Mama Sella bertanya kepada Ayna.

"Itu.. Anu.. Eghh.. Di-dia Amat Ma, Pa" jawab Ayna dengan gugup. Orang tua nya terdiam. Kemudian saling pandang dengan tatapan yang sulit di artikan.

Papa Ardian segera melangkah maju menghampiri Amat yang tetap dalam posisi diam sedikit menunduk.

"Kamu.. Yang nama nya Amat itu ya? Pacar Ayna?" tanya Papa Ardian di angguki sekali oleh Amat.

"Jangan tegang, kenalin saya Papa nya Ayna, Ardian." ucap Papa Ardian mengulurkan tangan di hadapan Amat.

"I-iya Om.. Sa-saya Amat" balas Amat menerima uluran tangan Papa Ardian.

"Kamu kalau tegang begini, mending kamu putusin Ayna aja deh. Ayna itu harus punya lelaki yang percaya diri, gugup boleh tapi harus kamu tahan buat ngga ngeluarin perasaan itu" ucap Papa Ardian dengan tegas sembari mencengkram tangan Amat.

Amat sedikit meringis, tapi tak urung dia melakukan apa yang di katakan oleh Papa Ardian.

Kini Amat mulai merasa tak tegang dia berusaha keras untuk menyembunyikan perasaan gugup nya walau jantung nya sedang maraton dengan cepat.

"Nah begitu.. Kita ulang ya perkenalan nya, biar lebih santai jangan tegang-tegang, saya ngga gigit kamu, kamu asin soalnya" ucap Papa Ardian di akhiri dengan bercandaan.

Amat mengusap tengkuk nya sembari tersenyum tipis. "Saya Papa Ayna, Ardian"

"Saya Amat, Om"

"Nah itu lancar aja ngomong nya. Ayo kita masuk, kamu juga bisa gabung sama kami berkumpul" Papa Ardian mengajak Amat setelah melihat Ayna dan Mama Sella berjalan lebih dulu.

"Iya Om.. Makasih" ucap Amat hanya ingin berterimakasih.

Kedua nya berjalan beriringan menuju lift yang sudah di tekan oleh Ayna.

Di dalam lift itu, hanya ada mereka berempat, dengan posisi Mama Papa di depan, Ayna dan Amat di belakang.

"Papa ngga ngapa-ngapain mas kan?" tanya Ayna dengan lirih.

"Ngga Sayang, aman kok kamu tenang aja" jawab Amat ikutan menjawab dengan lirih.

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

semoga amat dpt restu dr kedua ortunya ayna ...takutnya amat ortu nya tny kerjaan amat dan nnt jawbannya akn membuat malu dan tetkejut ortu ayna.tu yg ada dpkrn amat makanya dia gugup dan tegang

2024-02-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!