Bab 4

Amat dan Ayna telah sampai di apartemen milik Ayna yang mewah.

Pertama kali masuk ke dalam apartemen, Amat reflek melepas sendal yang di pakai nya.

"Mas sendal nya jangan di lepas" tegur Ayna langsung menahan langkah Amat yang hendak menginjak lantai.

"Kenapa Ay? Nanti lantai nya kotor kalau pakai sendal" balas Amat dengan jawaban polos nya.

"Sendal Mas nanti di taruh di rak sepatu itu, terus ganti sama sendal rumah yang bersih, jangan nyeker" jelas Ayna sembari menunjuk rak sepatu yang tak jauh dari pintu masuk apartemen.

"Kalau kotor gimana Ay?" tanya Amat. Dia masih ragu untuk memakai sendal rumah itu.

"Tinggal di bersihin pakai sapu Mas" jawab Ayna dengan sabar.

Amat merasa minder dengan kemewahan yang di miliki Ayna saat melihat ruang tamu yang besar nya dua kali lipat dari kamar nya di kampung.

"Kamar Mas di sebelah ya. Mas bisa pake terserah mau ngapain, asal jangan bawa wanita lain ke apartemen ini, paham?" jelas Ayna di akhiri dengan nada tegas.

Amat mengangguk patuh, sekarang dia tak terlalu berani membantah apa yang Ayna ucapkan.

Kuasa Ayna bisa bikin aku mati muda. Anggap aja simulasi suami takut istri.

Amat memperhatikan dekorasi kamar apartemen milik Ayna yang akan dia tempati.

"Ayna rapi juga ya.. Walau ngga di tidur kamar ini tetap di bersihin, seberapa cape nya jadi Ayna ya" ujar Amat bergumam kagum sembari menatap langit-langit kamar.

>>

Amat pun keluar dari kamar nya setelah membersihkan diri dan mengepakkan barang-barang nya ke lemari.

Terlihat Ayna sedang duduk di sofa ruang tamu sembari membaca dokumen di temani coklat panas.

"Ay.." panggil Amat yang masih berdiri tak jauh dari sofa.

Ayna menyahut sembari menoleh ke arah Amat. "Mau makan kah mas?" tebak Ayna di sahut cengir kuda.

"Mau di masakin apa?" tanya Ayna kembali menatap dokumen yang dia pegang.

Amat ikut menatap dokumen yang berisi tentang penyakit dalam yang di derita oleh salah satu pasien nya.

Melupakan perut nya yang sudah mulai kelaparan.

"Itu apa?" tanya Amat yang bingung dengan foto dan tulisan yang lumayan banyak di kertas hvs itu.

"Penyakit osteoarthritis Mas" jawab Ayna membuat alis Amat makin mengerut. "Penyakit apa itu?"

"Penyakit sejenis nyeri sendi gitu" jelas Ayna sembari melirik Amat sekilas.

Amat mangut-mangut. "Nyeri sendi dimana aja?" tanya Amat lagi dengan ingin tahu. "Umumnya sih di tangan, leher, punggung bawah, lutut, pinggul" jawab Ayna sembari memberikan sebuah gambar kerangka organ tubuh manusia kepada Amat.

"Pasien kamu ada yang kena?" tanya Amat setelah memberi reaksi mangut-mangut. Ayna mengangguk. "Ada Mas. Cowok, tapi lumayan susah buat di tangani" Ayna mulai mengeluh pada Amat.

"Kenapa?" Amat menaruh gambar kerangka itu di atas meja tempat awal.

"Padahal penyakit ini bisa di redakan nyeri nya pakai terapi, bedah, olahraga atau operasi yang paling cepat. Tapi pasien aku ini malah mau nya obat-obatan aja" jelas Ayna mengeluh sembari menyandarkan kepala nya di bahu lebar Amat.

"Obat-obatan? Emang obat yang di kamu kasih biasa itu ngga mempan kah buat ngurangin nyeri nya?" tanya Amat mengelus tangan Ayna yang tak memegang kertas hvs lagi.

"Udah di coba sejak satu tahun terakhir ini, aku selalu ngasih dia resep obat yang pas, tapi tiap hari dia ngeluh sendi nya tetep nyeri, malah makin nyeri kata nya" jawab Ayna mengeluarkan keluhan nya pada sang kekasih yang siap mendengar.

"Obat apa aja itu?"

"Obat antiinflamasi non steroid, analgesik, suplemen diet, sama narkoba. Tapi, buat obat narkoba itu aku batasin ngasih ke pasien" jelas Ayna melempar kertas hvs itu ke atas meja.

"Harus nya dia itu udah bisa sehat, Meyya aja bisa tahan dari dulu, walau sering drop" lanjut Ayna makin mengeluh.

"Ngga mungkin kan pasien kamu ngga minum obat yang kamu kasih tiap hari itu? Kamu selalu pantau pasien kamu kan?" tanya Amat di angguki Ayna.

"Tapi pasien aku yang satu ini ngga suka ada seseorang di dalam kamar dia. Dia selalu bilang dokter jangan lama-lama di kamar saya risih di pantau, gitu kata nya" jawab Ayna membuat Amat mangut-mangut.

"Biar dia bener ngga minum obat itu, dan selalu ngusir kamu gitu biar dia tetap sakit" ucap Amat memberi pendapat tentang cerita Ayna sedari tadi.

"Masa ada orang yang ngga mau pulih?" cibir Ayna tak yakin dengan pendapat Amat.

Amat bergidik bahu tak tahu. "Em, Ay. Masakin aku sesuatu dong, laper nih hehe" pinta Amat merasa perut nya semakin berontak minta di isi.

"Oh iya.. Lupa aku, sebentar ya aku masakin" balas Ayna langsung bangkit dari sofa dan melangkah ke arah dapur.

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

moga iman amat kuat se atap sma ayna ..

2024-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!