Bab 19

Jempol nya ya, ngga boleh lupa 🫶

>>

Ayna tersenyum mendengar kata maaf yang terlontar dari mulut Amat, lelaki yang pertama kali nya dia simpan di dalam hati.

"Langgeng ya Mat, jangan sakitin istri kamu nanti" ucap Ayna dengan tulus setelah lama berdiam.

Amat benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.

"Jadi ini kita udah berakhir kan hubungan nya? Aku lupa tanya" tanya Ayna mencoba tegar dan memberikan senyum layak nya teman.

Amat mengangguk pelan, ada raut kecewa yang terpancar di muka Ayna, walau sudah tertutup oleh senyum manis Ayna. Tapi senyum itu tak lagi manis.

"Oh ya, maaf ya Mat. Aku ngga bisa hadir di acara nikahan kamu, aku besok harus pulang ke kota, banyak pasien yang nunggu aku" ucap Ayna setelah merasa baikan, dan mencoba bersikap layak nya teman biasa.

"Kalau resepsi nya?" tanya Amat, dia berharap Ayna hadir. Bukan untuk pamer, tapi dia ingin melihat sekali lagi Ayna di kampung ini.

"Kapan?" tanya Ayna.

"Bulan depan, minggu ini akad dulu" jawab Amat menatap wajah cantik si pemilik hati nya yang telah tersingkirkan.

Ayna mangut-mangut. "Aku usahain bisa datang" balas Ayna di sertai senyum, seolah mengatakan bahwa 'aku baik-baik saja'.

"Em.. Kalau gitu, aku balik ke villa dulu ya.. Harus siap-siap buat keberangkatan aku besok" Ayna tak ingin berlama-lama berduaan dengan Amat.

Dia tak kuat mengingat status Amat akan berubah, tapi bukan bersama dia.

"Aku antar" Amat berusaha berbuat baik sebagai permintaan maaf nya.

"Ngga usah Mat, aku balik ke rumah Meyya dulu juga kok baru ke villa" tolak Ayna, dia ingin sendiri, benar-benar sendiri.

Amat menghela napas pasrah. Apa yang harus dia perbuat?.

"Ay.." panggil Amat saat Ayna mulai berdiri hendak pergi.

Ayna menoleh dengan senyum yang terus ada di wajah nya.

"Kamu.. Ngga mau dengar alasan aku nikah sama orang lain? Dan kenapa aku ngga nepatin janji aku buat lamar kamu?" Amat mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi dia tahan.

Ayna tersenyum makin lebar. "Buat apa? Alasan itu udah ngga penting, berbahagialah" jawab Ayna lalu melangkah pergi dari pondok.

Amat menatap punggung Ayna yang semakin menjauh.

"Aku masih sayang kamu, Ay.." lirih Amat dengan napas tersenggal-senggal menahan air mata.

Ayna pun sama, selama dia jalan, dia hanya menunduk menutupi kesedihannya.

"Jahat, tapi aku bisa apa? Mungkin ini memang takdir ku.." gumam Ayna tak bisa menyalahkan siapapun.

Air mata berharga Ayna mulai berjatuhan dengan sekali kedipan mata.

"Setelah ini, aku akan lebih fokus pada tujuan ku.. Tak ada lagi kata asmara, hubungan, atau apapun itu. Hanya Ayna dan dunia Ayna yang selanjutnya" monolog Ayna berusaha menyemangati diri nya sendiri.

>>

"Nih oleh-oleh buat Mamah Papah kamu di kota ya, Ay.. Hati-hati di jalan" ucap Meyya sembari menyerahkan sekotak makanan khas dari kampung itu.

"Wah kelihatan nya enak nih, masa cuma buat Mamah Papah ku? Buat ku mana?" sahut Ayna menerima dengan bibir cemberut.

"Bagi sama Mamah Papah kamu lah" balas Meyya, mencoba menghibur Ayna.

Ayna akan berangkat sebentar lagi pada waktu pagi menjelang siang.

"Aku berangkat dulu ya, takut sampai di kota nya, malam" pamit Ayna saat merasakan kehadiran Amat.

"Iya Ayna.. Hati-hati ya, baca doa dulu biar selamat di jalan" pesan Meyya di angguki patuh oleh Ayna.

"Salam buat Baby Lena, aku bakal kangen banget sama dia. Boleh aku bawa pulang ke kota ngga sih Baby Lena?" ucap Ayna sebelum masuk ke dalam mobil bagian kemudi.

"Bikin lah sendiri, enak aja mau bawa-bawa Lena" ketus Meyya membuat Ayna terkekeh.

"Iya deh Bunda nya Lena ngamuk, aku jalan dulu ya.. Bye, assalamualaikum" ucap Ayna segera masuk ke dalam dan menyalakan mesin mobil.

Terlihat di arah depan di pinggir jalan, Amat sedang berdiri menatap ke arah nya dengan tatapan sedih.

"Kuat Ayna.."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***