Bab 5

"Aw.. Pelan-pelan.." ringis Ayna terdengar di dalam dapur.

"Ini udah pelan ngoles nya, tahan sedikit.. Kamu itu dokter tapi luka sendiri ngga bisa di obatin" omel Amat sembari mengoleskan betadin ke jari tangan Ayna yang mengeluarkan banyak darah.

"Aku mana tau Mas kalo bakal kegores sampe separah ini, tadi darah nya ngga netes banyak" balas Ayna membela diri.

"Ngapain pake di pencet-pencet luka nya" ucap Amat dengan nada kesal, dia khawatir terjadi sesuatu kepada Ayna.

"Panik aku tu Mas. Mas juga langsung narik tangan aku tadi" Ayna membuat Amat terdiam fokus mengobati.

Ayna memang dokter, tapi jika sesuatu terjadi pada diri nya sendiri, dia tak bisa mengobati nya.

Amat menghela napas setelah memasang perban di tangan Ayna agar luka nya cepat sembuh.

"Aku ngga mau nyuruh kamu masak lagi deh kalo gini, aku takut kamu kenapa-kenapa" ujar Amat.

Ayna mengerjap pelan sembari menatap jari nya yang di perban oleh Amat.

Lumayan juga buat seorang yang bukan dokter.

Ayna memuji bentuk perban yang Amat buatkan di jari nya.

"Ay? Sayang!" Amat mengejutkan Ayna yang sedang melamun menatap perban di jari nya.

Ayna spontan menoleh dengan kerjapan mata beberapa kali mencoba mencerna panggilan baru dari Amat.

"Mas tadi ngomong apa?" tanya Ayna dengan menutupi salah tingkah.

"Kamu ngga usah masak, aku ngga mau kamu terjadi sesuatu pokoknya" ulang Amat dengan tegas.

Ayna bukan berharap kata-kata larangan yang di ulang Amat, tapi panggilan itu.

"Kenapa gitu? Nanti kita makan apa kalo aku ngga di bolehin masak" tanya Ayna memprotes dengan nada kesal.

"Kalau kamu luka lagi gimana? Aku khawatir, aku tu peduli sama kamu, makan di warteg bisa" jawab Amat.

"Boros banget makan di warteg tiga kali sehari" cibir Ayna semakin kesal.

Amat menghela napas. Benar juga kata Ayna, kalau terlalu sering beli makan di warteg, akan membuat tabungan semakin menipis.

"Terus kamu mau nya tetap masak gitu?" tanya Amat mengalah. Ayna mengangguk tegas.

"Oke, tapi kalo ada sesuatu yang kamu susah, langsung panggil aku. Jangan diam aja, punya mulut kan?" Amat pasrah, di akhiri dengan kata sedikit kasar.

Ayna sedikit memanyunkan bibir nya. "Iya, aku bakal ngomong sama mas kalo ada apa-apa" balas Ayna menurut.

"Sebentar aku lanjutin masak, biar mas bisa makan" cetus Ayna bangun dari kursi yang ada di sekitar dapur.

"Ngga usah, biar aku aja yang masak" tahan Amat langsung memegang tangan Ayna.

"Emang Mas bisa masak?" tanya Ayna nampak meragukan kemampuan Amat.

"Kamu belum tau aja, aku itu chef handal dari kampung. Bisa masak apa aja" jawab Amat dengan membanggakan diri nya sendiri.

Ayna mangut-mangut dengan wajah menantang.

Amat mulai melanjutkan masakan Ayna yang sempat terhenti. "Hati-hati kalau motong ayam tu, jangan anggap ayam itu musuh kamu" cetus Amat sembari memotong ayam yang membuat jari Ayna terluka.

"Ngga punya musuh aku, Mas" balas Ayna menunduk sekilas memilin jari yang tak terluka.

Amat hanya diam fokus memasak. Sedangkan Ayna, memperhatikan gerakan demi gerakan yang di lakukan Amat saat memasak.

Hingga bau ayam goreng serta nasi goreng tersaji di atas meja makan, membuat perut Ayna ikut keroncongan.

"Ay, kamu ngga kok ngga ada nyimpan telur? Cuma ada ayam aja full di kulkas" tanya Amat sembari menyajikan nasi goreng di piring sendiri.

"Aku alergi telur, Mas" jawab Ayna ikut menyendokkan nasi goreng ke piring yang sudah dia ambil.

"Ayam juga dari telur, kenapa ngga alergi?" tanya Amat lagi membuat bahu Ayna bergidik.

"Yang keluar duluan siapa sih? Ayam atau telur?" tanya Ayna balik, dia bingung awal mula muncul nya ayam dan telur.

"Telur" tebak Amat.

"Ayam deh kayaknya" sahut Ayna ikut menebak.

"Yang bener itu telur, Ay" balas Amat dengan bersikeras membenarkan tebakan nya.

"Ngga Mas, ayam lebih dulu" Ayna juga tak mau kalah.

"Telur Sayang" ucap Amat makin tegas, di tambah panggilan yang jarang dia sebut ke Ayna. Membuat Ayna tak berkutik.

"Kal-kalo telur yang duluan, telur muncul darimana?" tanya Ayna menantang.

Amat nampak berpikir, kemudian menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

"Ngga tau" jawab Amat dengan jujur. Lalu menghentikan perdebatan tak bermutu mereka dengan menyuapi Ayna nasi goreng yang ada di piring nya, agar Ayna senyap.

Terpopuler

Comments

c

c

astaga obrolan kalian bener2 di luar nalar 😭

2024-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!