Perpisahan Adit

Sore itu tepat jam 4. Arief Al Rudi dan Hadi berada di bandara untuk mengantar temannya Adit. Al terlihat lesu di pelukan Arief karena muntah muntah saat turun dari mobil. Sebenarnya Adit sudah melarang Al untuk ikut mengantar karena Arief tadi pagi sempat bilang kalo perutnya kram.

"Lo ngapa maksa si Al, Entar kenapa napa sama ponakan gue giaman?" Gerutu Adit saat sudah mau masuk karena kurang dari 30 menit pesawat akan berangkat.

"Gue yg mau Dit, gue mau menyaksikan kalian meninggalkan gue sendirian di kota ini." Al meneteskan air mata.

"Jadi cengeng gini sih lo Al? Lo sama Arief Al gak sendiri." Ucap Adit yg berat melepas kepergian Al.

"Udah, nanti malem kita kumpul lagi di klub ok. Gue traktir." Kata Hadi mencoba menenangkan Al.

"Pengennya ke karaoke bukan ke klub." Rengek Al.

"Siap kemana aja lo mau Al." Kini semyum Al mengembang juga.

"Janji hidup kita akam terus bersama kerika di satu tempat." Ucap Hadi dengan mengepalkan tangan lalu mengulurkan ke depan yg di ikuti teman teman yg lainnya.

Adit telah memasuki bandara menuju pesawat. Al dan Arief pamitan untuk pulang karena Al bener bener tak kuat lagi.

"Mending kalian ke rumah sakit. Gue takut terjadi sesuatu dengan Al, Rief." Sarang Hadi yg memang menghawatirkan Al.

"Al nya gak mau Had, biar nanti gue minta tolong mama buat bujukin Al." kata Arief.

"Ya terserah lo lah, Yg penting itu terbaik untuk Al. Ya sudah gue pulang ya mau siap siap. Katanya Rudi juga mau pulang jengukin ibuknya." Hadi pamitan pada Arief.

"Ati ati kalian." Jawab Arief.

Saat di dalam mobil Al terus tidur sehingga tak membuatnya merasa mual. Melihat Al tertidur Arief merasa lega. Akhirnya Al tak tersiksa lagi. Sesampainya di parkiran apartemennya, Arief sengaja tak membangunkan Al karena tidurnya sangan nyenyak.

Mendengar bunyi ting dari lift yg terbuka. Al terbangun dan melihat Arief yg tak menyadari kalo Al sudah terbangun. Al melihat sekeliling ternyata hanya berdua di dalam Lift. Al bergerak dan di rasakan oleh Arief lalu menoleh ke arah Al. Al yg berniat mencium pipi Arief namun karena pergerakan dadakan dari Arief akhirnya Al mencium bibirnya.

"Semakin nakal ya kamu Al." Bisik Arief setelah mendapat kecupan singkat di bibir.

"Maaf, gak sengaja. Gue niatnya mau nyium pipi lo tapi lo nya malah noleh. Kan jadi kena yg lain." Kata Al yg menyembunyikan wajahnya dalam dada Arief.

"Ngapain sembunyi sih?" Tanya Arief dengan mencium pucuk kepala Al.

"Malu Rief." Kata Al yg membuat gemes suaminya.

"Liat tu perut udah gede gitu masak malu cium lakik sendiri. Udah ah gak usah malu malu gitu. Lagian ya lo mau ngapain gue juga udh terserah lo. Kan gue suami lo." Kata Arief yg masih menggendong Al sampai di depan apartemennya.

"Siska."Gumam Arief melihat sosok wanita sexy di depannya.

Seorang Cewek berambut sebahu dengan polesan bibir warna merah membara. Baju dress ketat selutut warna hijau berpadu dengan hils mungkim 15 cm membuat penampilan semakin memukau. Tinggi badan yg hampir menyamai Arief, wanita itu menghampiri Arief.

"Siapa dia sayang?" Tanya wanita yg mungkin usianya seumuran Arief hanya dandanannya saja yg terkesan lebih dewasa.

"Dia Al..."

"Oh dia Al yg sering kamu ceritakan itu." Wanita itu memotong penjelasan Arief.

"Mau apa kesini?" Tanya Sinis Arief yg masih setia dengan gendonganya.

"Masuk dulu perut gue mual." Bisik Al agar tak terdengar oleh wanita itu.

Al yg mengenakan jaket Arief. Sehingga tak menunjukkan perut buncitnya. Saat sudah masuk dalam apartemen Al langsung ke kamar mandi lalu memuntahkan kembali isi perutnya. Arief menyiapkan vitamin yg ia dapatkan dari dokter 3 hari lalu setelah membantu Al di kamar mandi.

Arief menyuruh Siska untuk duduk dulu selama Arief mengurus Al. Dengan perlahan Arief menuntun Al ke ranjang. Mengambil Vitamin yg ia siapkan tadi dan segelas air putih. Setelah memastikan Al meminum Vitaminya, Arief merebahkan tubuh Al lalu menyelimutinya.

"Tidur ya, nanti mama ke sini katanya sekalian sama dokter Widya." Kata Arief sambil mengelus kening Al sebelum menciumnya.

"Sepertinya kamu perhatian sekali ya sama Al. Sampek sampek kamu bawa dia ke sini dengan menggendongnya." Kata Siska mendekati Arief yg duduk di singel sofa.

"Lo mau apa ke sini?" Tanya Arief sedikit cuek namun juga was was.

"Aku kangen sama kamu Rief. Dari dulu aku menginginkan belaianmu tapi kamu tak pernah meresponku. Aku pikir kamu gay tapi setelah aku melihat sendiri kamu menggendong Al. Aku juga pingin itunya kamu." Bisik Siska membuat Arief melonjak dari tempat duduknya.

"Lo tau yg lo lakuin barusan?" Tanya Arief.

"Iya aku sedang menggoda kamu. Sepertinya Al sudah tidur jadi gak masalah kalo kita lakuin di sofa." Ucap Siska membuat Arief mengeryitkan dahi.

"Gue gak pernah menyangka lo semurah ini Sis. Sampek lo berani menggoda di rumah lelaki di hadapan istrinya yg tengah mengandung." ucapan Arief membuat Siska tak percaya.

"Kamu jangan bohong sayang. Kita tidak pernah ada kata putus tapi kenapa kamu menikahi wanita jalang ini. Pasti kamu di goda sama dia kan." Siska tak terima dan marah marah di apartemen Arief.

"Lo diem deh Al baru bisa tidur. Malu juga kalo di denger tetangga. Lagian lo yg ninggalin gue. Dan gue juga pernah bilang sama lo. Selama sebulan lo gak balik sama gue berarti hubungan di antara kita udah berakhir. Jadi kita sudah tak ada apa apa karena lo baru balik ke gue setelah 5 tahun!!!" Kata Arief penuh amarah.

"Tapi Rief aku masih sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Aku gak pernah menganggap kita putus sayang." Ucapan Siska semakin meninggi dan membiat Al terbangun.

"Rief, kenapa ribut ribut?" Tanya Al dengan suara seraknya.

"Ini semua gara gara lo jalang, kenapa lo muncul dalam hubungan gue sama Arief?" Siska sudah menangis sejadi jadinya.

"Maksud lo apaan?" Tanya Al yg mendudukkan diri di tepi Ranjangnya.

"Udah Al gak usah dengerin." Arief memeluk Al untuk menenangkang namun Al di jambak rambutnya oleh Siska.

"Auw sakit. pergi gak lo dari sini. jangan ganggu suami gue lagi!!!" Al meraih tangan Siska yg menjambak rambutnya dalu memlintir kebelakang.

"Auw auw sakit sakit." Kata Siska namun tak di dengar oleh Al dan masih terus memegangi tangan Siska yg berada di belakang punggungnya.

"Kalo lo janji mau pulang dan gak bakalan lagi menemui suami gue. Baru gue lepasin." Arief bergiding ngeri melihat istrinya yg sudah tersulut emosi.

Arief berasa melihat dewi kali yg telah melawan para iblis yg pernah di tontonya di layar TV.

"Sudah Al sudah, pikirin bayi kita kalo lo emosi pasti akan membuatnya sakit dalam perut" Terang Arief sambil memegangi perut Al.

Terpopuler

Comments

zahra

zahra

salut al

2020-06-21

0

Irhen Marssy

Irhen Marssy

up

2019-11-27

0

ChiNn Ceisya Freya Ceisya

ChiNn Ceisya Freya Ceisya

Lanjut donk...

2019-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!