Dia Gadisku

Dia Gadisku

Jamilah

Siang itu jam terakhir pelajaran matematika. Guru tiba tiba mendapat telfon dari seseorang lalu meninggalkan kelas begitu saja. Keadaan kelas yg memang tertib makanya tak ada seorang pun yg berani keluar dari bangku. Tidak terkecuali dengan gadis berkulit kuning langsat berkuncir kuda yg duduk di bangku paling belakang.

Rambut yg berwarna sedikit coklat kehitaman khas orang Indonesia. Dengan mata tajam bak burung elang berwarna hitam legam. Dan tinggi gak lebih dari 160cm. Siapa sangka kalau dia adalah seorang tomboy.

Almas Jamilah nama lengkapnya. Dia lebih senang di panggil Al dari pada di panggil Mila. Al anak tunggal dari pasangan Bapak Muhamad Hudah dan ibu Siti Aminah. Pasangan yang sangat sederhana selayaknya orang desa biasanya. Pekerjaan bapak sebagai tani dan ibu hanya sebagai ibu rumah tangga. Tak membuat Al malu dengan kesederhanaan yg ia miliki.

Kini Al kelas 3 SMA. Sebenarnya dia pinter hanya orang tuanya yg terlalu miris melihat perkembangan anaknya yg seperti laki laki itu membuat Al untuk mengambil jurusan tagaboga. Dari pada mengikuti nilai dan masuk jurusan IPA.

Al terlalu sayang akan orang tuanya sehingga Al hampir tak pernah membatah apa perintah orang tuanya. Al tomboy karena lingkungannya yg memang tak ada anak perempuan seumurannya. Jadi dia selalu berteman dengan laki laki.

Di sekolah Al punya 4 teman yg selalu bersama. Pertama Aditia Abimanyu putra dia seorang anak tunggal dari pemilik penggilingan padi terbesar di desa Al. Aditia ini memiliki segalanya, hanya saja dia sedikit angkuh dan sombong. Kedua Rudi Pratama Anggara tetangga Al samping rumah. Dia dan Al sama sama orang biasa. Ketiga Arief Alfajr seorang peranakan mana tidak pernah di ketahui karena Arief selalu marah jika di ungkit masalah bapaknya. Yg jelas peranakan negara X dengan Indonesia. Keluarganya lumayan punya. Terakhir ke empat Brahma sofyan hadi. Hadi terlahir dari keluarga kaya raya yg biasanya menggantikan orang tuanya untuk meeting di luar kantor atau mendampingi papanya ke luar negri.

"Jamilah jamilun jamaludin. Bel udah dari tadi berbunyi ngapain lo masih diem di kelas sih?" Tanya Hadi yg mengambil jurusan bahasa.

"Tau ni ngapain ngerem di kelas. Mau betelor lo?" Timpal Arief jurusan Ips.

"Ck!!! Kalian kebiasaan deh pangil gue Al bukan Jamilah!!!" Ucap Al jengkel.

"Gitu aja marah sih." Goda Aditia jurusan Ipa.

"Kalian mau ngapain?" Tanya Al sedikit ketus.

"Mau ngajak nongkrong." Ajak Adit.

"Ck lo tau uang jajan gue sama Rudi cekak masih aja kalian ajakin nongkrong. Bisa tekor gue lah." Celetuk Al.

"Lo kaya orang kemaren sore aja kenal gue. Gue lagi menang tender ini. Belanjain lo pada di butik mamanya Arief juga sanggup gue. Ketimbang makan doangan lo mikir sampek ke arab." Jawab Hadi.

"Ngobrol kek dari tadi. Kan gue bisa siap siap." Jawab Al langsung semangat denger kata gratisan.

"Rudi mana dia?" Tanya Adit yg sedari tadi tidak melihat Rudi sama sekali.

"Tadi dia di panggil guru BK lagi. Tau tu anak demen banget bikin ulah." Jawab Arief temen sekelas Rudi.

"Samperin yuk." Ajak Al.

Setelah semua sampai di depan ruang BK. Rudi melihat ke arah teman temannya duduk menungguinya. Mereka geng yg kadang resek kadang kalem tapi yg paling penting setia kawan. Rudi keluar setelah 10 menit mendengarkan khutbah dadakan dari guru BK.

"Bikin ulah apa lagi lo hah!" Tanya Al.

"Biasa uang spp gue di maling lagi. Tapi gak ada yg percaya. Pengen gue sleding orang yg ngambil itu. Tapi masalahnya gue gak tau." Jelas Rudi jengkel.

"Besok lo bayar sampek lulus. Gue gak mau lo kalang kabut lagi." Ucap Hadi yg tau kondisi Rudi yg seorang anak yatim dengan ibu yg hanya bekerja di sawah.

"Enak bener si Rudi. Lah gue gak lo bayarin juga Had?" Rasa isi Al tiba tiba muncul.

"Lo mau jadi bini gue dulu baru gue hidupi lo lahir batin." Ucap Hadi sambil tertawa.

"Idih ogah." Jawab Al asal

"Sepik terus jangan ampe kendor. Kalo kendor tarik lagi ampek kenceeeeng" Goda Arief.

"Lo pikir gue kolor kalo kendor tinggal di tarik langsung kenceng!!!" Al menabok Arief yg mengalungkan tangannya di bahu Al.

Di sini lah mereka sekarang. Di cafe yg lagi hits di kotanya. Hadi memang selalu sibuk dengan hpnya namun dia tidak pernah tidak menyimak obrolan teman temannya.

"Eh kita coba ke clab yuk." Ajak Hadi yg masih focus dengan benda pipih keluaran terbaru itu.

"Widiiiihhhh lo ngajakin kita ajeb ajeb?" Tanya Al yg sedikit bersemangat.

"Iya tapi bentaran doang. Gak bisa lama lama." Ucapnya lagi.

"Lah ngapa Had gak bisa lama lama?" Tanya Arief penasaran.

"Gue ada meeting di club 55 jadi kita ke sana gue misah gitu buat meeting. Gue kan selalu inget kalian kalo lagi seneng." Ucap Hadi sambil senyum dan menaik turunkan alisnya.

"Boleh juga." Jawab Rudi.

"Lo gimana Al?" Tanya Adit.

"Ragu gue. Ajakanlo sesat soalnya." Ucap Al sembari memalingkan wajahnya.

"Gak asik banget lo Al." Ucap Hadi.

"Ya udah kalo lo maksa gue ikut." Ucap Al sambil senyum senyum menggoda.

"Anjir lah. Sok cantik lo Al." Jawab Arief.

"Emang gue paling cantik kali di antara kalian kalian manusia laknad." Kata Al sambil menunjuk nunjuk temannya.

Anehnya mereka malah tertawa di katai laknad oleh Al. Mereka memang selalu lepas kontrol ketika sedang ngumpul. Bercandaan mereka tak ada batasan. Apapun bisa di pakai bercandaan.

"Abisin makananya mubazir kalo gak habis." Ucap Adit.

"Iya pak ustad. Eh tunggu tunggu." Kata Al menggantung.

"Ada apa Al?" Tanya Rudi.

"Ini ayam gue." Al mengambil makanan di piring Arief.

"Kebiasaan lo Al selalu mengambil makanan gue." Ucap Arief membiarkan makananya di ambil oleh temannya itu.

"Lo kan udab sering Rief makan makanan enak jadi iklasin lah buat gue. Makanan kaya gini tu biasanya gue makan pas abis panen padi doang." Alasan yg selalu di utarakan oleh Al.

"Lagu lama Al." Ucap Arief sambil mengisi kembali piring Al dengan udang miliknya.

"Gini dong dari tadi. Kan gue seneng Rief." Kata Al sambil memakan udang dari Arief.

"Jam berapa lo meeting Had?" Tanya Adit.

"Jam lapan malem. Entar paling jam 10 udah kelar." Kata Hadi sambil memakan kentang goreng di depannya.

"Ok, nanti ketemuan di sana ya." Ucap Adit.

"Nasib gue sama Al gimana?" Tanya Rudi.

"Tenang gue jemput entar." Kata Arief.

Terpopuler

Comments

Dunia haluu😍

Dunia haluu😍

mampir..menarik juga

2020-08-31

0

Masita Qiut

Masita Qiut

Dimana isi bukunya
Yang udah baca komen doank 🙏🙏

2020-07-07

0

Elia Wati

Elia Wati

menarik

2020-05-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!