Angel menatap rumah tersebut, ia merasa canggung dan gugup. Belum pernah ada yang mengajarinya cara untuk menghadapi situasi seperti sekarang. Karna ia tidak pernah berkunjung ke rumah siapa pun sebelumnya. Tidak, bahkan tidak pernah.
“ Apa kau yakin?, apakah pemilik rumah tidak keberatan?.”
“ Jessi senang kedatangan tamu.” Arnold meyakinkan Angel, ketukan singkatnya dijawab oleh panggilan dari dalam rumah dan Arnold pun berjalan masuk tanpa ragu.
Mengikuti Arnold menyusuri ruang depan, Angel mendapati dirinya berada di depan pintu masuk dari sebuah dapur dan ruang makan yang digabungkan. Sebuah meja kayu yang berbentuk persegi dan enam buah kursi terlihat masing masing tiga di samping kiri dan tiga di samping kanan.
Meja dan kursi kursi itu terletak di atas lantai kayu mengilat ditutupi oleh permadani berwarna pink cerah, dinding yang berwarna putih terlihat penuh dengan coretan. Mulai dari pemandangan , bunga , orang dan bentuk tak beraturan lainnya.
“Arnold.” Seorang wanita cantik berambut pirang keluar dari balik meja dapur.
Arnold menghampirinya di tengah ruangan. “Jessi.” Sedikit membungkuk, Arnold menyapukan bibirnya di bibir jessi. Wanita itu memeluk Arnold sebelum melangkah mundur.
Angel menatap Arnold, ia merasa aneh. Apa yang sedang ia rasakan?. Cemburu?, tidak mungkin. Angel mulai merasa marah, hatinya mulai tergores. Ia hanya bisa menatap lemas.
“ Siapa yang kau ajak berkunjung?.” Wanita itu mendekat. “ Halo, aku Jessica kau bisa memanggilku Jessi.” Ia mengulurkan tangan dan Angel menyambutnya.
“ Senang berkenalan denganmu, namaku An...” Angel terhenti sejenak, hampir saja ia menyebutkan nama aslinya. “ Rose, kau bisa memanggilku begitu.”
Arnold memandangnya dari balik bahu Jessi, Angel merasa resah dengan tatapan Arnold. Angel berusaha agar mengembalikan perhatiannya kepada Jessi.
“Ayo.” Kata wanita itu. “Aku baru memanggang butter cookies dan choco chip yang sangat lezat. Kalian berdua memilih lebih dulu sebelum anak anak datang dan menghabiskan semuanya. Aku berani bersumpah mereka selalu tahu kalau aku memanggang kue.” Ia kembali ke balik meja dapur. Sewaktu melewati Arnold, Arnold mengusapkan salah satu tangannya ke pipi Jessi dan Jessi membalasnya dengan belaian lembut.
Siapakah dia.?
Saudara.?
Kekasih.?, atau Istri.?
“ Apa dia istrimu?.” Angel berjalan untuk berdiri di samping Arnold, berusaha untuk tetap tenang dikala kecemburuan bergejolak di hatinya.
Jessi tertawa, mengejutkan Angel. “ Puji Tuhan, Bukan. Jangan berkata seperti itu di dekat Mike.., bisa saja ia menantang Arnold atau hal yang lebih buruk dari itu.”
“Maaf.” Kata Angel kepada Jessi, ia kini sadar bahwa ia mulai tertarik kepada Arnold. “ Aku salah paham.”
Jessi mengerutkan dahi. “Apa?.”
Arnold pun menjawab. “ Kita bersentuhan dan berciuman.”
“ Oh ,itu!” Jessi mengambil piring dari kabinet atas dan meletakannya di atas meja. “ itu hanya sekedar cara menyapa keluarga, tidak lebih.”
Angel menghela nafas, ia merasa lega setelah mengetahui yang sebenarnya.
“Ayo, makanlah rasanya enak.” Jessi menyodorkan sepiring kue di hadapan Angel.
“ Tidak buruk, Maksudku benar benar enak.” Angel mengunyah satu demi satu kue yang ada, Ia belum pernah memakan kue sebelumnya. Karna menurutnya tidak ada nilai gizi di dalam setiap potong kue.
“ Kau menyukainya?.” Tanya Jessi
Sebelum Angel menjawab, Arnold melakukannya.
“ Jessi, kau lihat kuemu hampir habis itu artinya ia sangat menyukainya. “
Angel tersipu malu, memang benar ia menyukai kue buatan Jessi. Sangat menyukainya. Arnold menyodorkan sepiring lagi untuk Angel. “ ini makanlah.”
Angel tak kuasa untuk menolaknya. “ Karna kita belum makan siang, kue ini akan memberikan kalori yang ku butuhkan.”
“ Arnold! Kau bekerja hingga melewatkan makan siang lagi? Kalian berdua, duduk.” Jessi menunjuk kemeja. “ Tidak ada yang boleh keluar dari dapurku dengan perut lapar.”
Angel terkejut dan menoleh ke arah Arnold. “ Sebaiknya kita duduk sebelum dilempari panci.” Arnold berjalan kemeja makan dan duduk di kursi. “ Jessi, aku mengaku. Aku kemari agar kau memberiku makan, tidak ada yang bisa memasak lebih baik darimu.”
“ Jangan merayu, Arnold Morrel.” Terlepas dari kata kata yang kasar, Jessi tersenyum.
Tiba – tiba dua orang anak kecil berlari menghampiri mereka, salah satu dari mereka duduk di samping Angel. Angel tersenyum menatap anak – anak itu. Kemudian anak tersebut turun dan berlari lagi.
“ Kena. “ Jessi menangkap salah satu dari mereka, anak itu mencium pipi Jessi.
“ Aku sayang kalian, tapi paman Arnold dan teman baru kalian harus makan, jadi kalian bermain lah dikamar.”
Anak anak itu pun pergi menuju kamar mereka. Jessie menghidangkan makan siang untuk Angel dan Arnold.
Dua puluh menit berselang, semua hidangan yang disajikan Jessi sudah tidak bersisa.
“ Apa kau sudah selesai?.” Tanya Arnold kepada Angel yang tengah berusaha menghabiskan suapan terakhir. “ Kita harus segera pergi untuk rapat.” Sambungnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Silvia Via
i
2019-12-01
2
Silvia Via
padahal banyak yg suport sdh
2019-12-01
2
Silvia Via
tuk biar kau semngat aku enjok nah koin untuk ayuk
semangat nulis jangan cx waktu itu anget anget taik ayam
pas yang di aplikasi yang ono noh
ceritonyo gantung galo
hahahha
2019-12-01
5