James mengajak Aqila untuk pulang ke rumahnya yang berada di jalan Delvino, lima belas menit dari Museum Natural History. Sepanjang perjalanan Aqila hanya melamun sedih, ia tak menyangka satu satunya orang yang ia anggap keluarga tewas mengenaskan di hadapannya. Sembilan tahun yang lalu semua keluarganya tewas, dan sembilan tahun kemudian malaikat penolongnya juga tewas. Satu kesamaan mereka semua sama sama dibunuh oleh kelompok tak dikenal, Aqila mungkin tak tahu wajah sangat pembunuh namun suaranya sangat melekat dipikirkan Aqila. Tato bergambar lonceng, lagi dan lagi itu yang ia lihat.
‘ ayah, ibu, adik, Daddy. Aku akan membalaskan dendam kalian, siapa pun mereka lonceng itu. Tato lonceng keparat, akan ku bantai semua orang yang memiliki tato itu tanpa terkecuali. ‘ Aqila terus berpikir cara terbaik untuk membalaskan dendam, hanya saja dimata orang dia adalah remaja yang tersesat. Namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk balas dendam.
“ oke.., kita sampai. “ James memarkirkan mobil dipinggir jalan, ia turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Aqila. “ Silahkan masuk sayang, ibuku sangat senang bila kedatangan tamu. “
James membuka pintu depan sambil menyuruh Aqila untuk masuk terlebih dahulu, Rumah milik James memiliki dua lantai terselip di antara dua bangunan disisi kanan dan kiri. Tempat itu tidak terlihat seperti rumah melainkan apartemen dua lantai, jika dilihat dari luar rumahnya menampakkan gaya arsitektur khas Eropa yang mengingatkan kita akan Rumah tempat Sherlock Holmes tinggal. Hanya saja lebih modern, bila kita membuka pintu depan hanya nampak ruangan kosong dan anak tangga namun bila kita masuk lagi ke pintu yang berada di sebelah kanan maka akan tampak ruangan sederhana, dengan sebuah sofa dan televisi. Dan ada sebuah pintu penghubung yang merupakan dapur, di mana seorang wanita paruh baya berumur sekitar lima puluh tahunan tengah berkutat didalam-Nya.
“ Ibu.., aku pulang. “
“James kau pulang cepat, ibu memasak kalkun kesukaan mu.” Wanita itu menoleh ke arah gadis yang berdiri di belakang James. “Oh ternyata kita ada tamu, astaga kau berantakan sekali. Cepat ke kamar mandi, akan kusiapkan pakaian untukmu. “
Aqila menengok ke arah James menatapnya dengan ragu, James tersenyum ramah. Ia memberi aba-aba agar mengikuti saran ibunya, Aqila memang sangat berantakan. Baju dan rambutnya penuh dengan noda darah, wajahnya yang terlihat pucat menambah rasa prihatin siapa pun yang melihat. Aqila pun di antar James ke depan menuju pintu yang berada di sebelah kiri, Aqila pun masuk dan mulai membersihkan diri sambil menikmati tetes demi tetes air yang mengalir ke tubuhnya.
“ Sayang apa yang terjadi pada gadis itu. “ ujar ibu James sambil memilih baju di dalam lemari.
“ Tidak ada ibu hanya kecelakaan, sebenarnya aku ingin mengantarnya ke rumahnya tapi ia sepertinya bukan warga negara Inggris, aku tak tega bila meninggalkannya dikantor dengan tubuh penuh luka seperti itu. “
“ Mengapa tak kau antar dulu dia kerumah sakit.?, bagaimana dengan keluarga nya yang lain?. “
“ Ia menolak bu.., dia benar benar keras kepala. Dan kabar buruknya Semua keluarga nya telah tiada. “
“ sungguh gadis yang malang. “
Ms. Taylor pun keluar untuk mengantarkan baju kepada Aqila.
Selepas mandi aqila pun diajak untuk makan malam bersama, mereka makan dengan suasana yang sangat hening dan canggung sampai Ms.Taylor pun memulai pembicaraan.
“ Aku sudah mendengar semuanya dari James, aku turut prihatin. Kau bisa tinggal disini selama yang kau mau, aku akan sangat senang bila ada orang yang menemani ku saat James sibuk bekerja. “
“ Baik madam. “
“ jangan formal begitu kau bisa memanggilku Jessy. “
“ Bukankah itu kurang sopan.? “ perkataan spontan dari Aqila sempat membuat mereka bingung. “ ummm.. Maksudku memanggil orang yang lebih tua menggunakan nama depan menurut ku kurang baik, ibuku yang mengajarkan nya. “
“ Oh..., ibu mu pasti orang baik. Baiklah panggil aku mommy karena mulai sekarang aku akan menjadi ibumu. “
“ aku hanya tidak mau mengecewakan mu.., baiklah mommy. “
“ bu.., selesai makan aku ada tugas shift malam jadi aku pamit. “
“ baiklah sayang, tapi antarkan Aqila ke kamar tamu yang berada diatas. “
James mengangguk tanda setuju, setelah makan malam berakhir James mengantar Aqila menuju kamar atas. Dan kemudian pamit undur diri. Aqila berbaring menghadap tembok, ia sama sekali tak bisa tertidur. Begitu besar tekanan yang membuatnya terus terjaga, ia menangis tanpa henti ia tak tahu harus bagaimana lagi. Ia bingung dan takut, sampai akhirnya Ms. Taylor mengetuk pintu membawakan secangkir teh Cammomile untuk Aqila.
“ sayang aku tahu kau belum tertidur, ini hari yang berat untukmu minumlah. “ Ms. Taylor menaruh minuman di atas meja kecil di samping tempat tidur.
“ baiklah aku permisi dulu. “
“ Tunggu, maukah kau menemani ku malam ini?. “
“ Baiklah sayang. “ Ms. Taylor duduk disamping tempat tidur. Ia mengusap kepala Aqila, tanpa sadar air matanya kian menetes. Ia menangis sejadi jadinya, Ms. Taylor merasa iba ia memeluk erat Aqila dan mengusap kedua matanya.
“ Minumlah, teh Cammomile akan memenangkan mu. “
Setelah meminum teh Aqila sedikit merasa tenang, perlahan ia terpejam di pangkuan Ms. Taylor. Untuk saat ini Aqila benar benar rapuh, ia bahkan tak mampu berdiri untuk lari seperti sembilan tahun yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Yaser Levi
jgn bilang james ini kkak jacob yg di bunuh anggota blood?apakah angel yg membunuhnya??
2024-03-31
0
Nurwahidah Bi
Aqila, Aqila...
2020-01-21
2
Keysa
malangnya nasib mu aqila
2019-11-29
6