20

*

*

*

Selangkah dua langkah. Dengan pasti pria itu mendekat memasuki lift, tampak acuh tak acuh.

Sementara Shannon, wanita cantik itu merasakan debaran jantungnya semakin kencang seolah akan keluar dari tempatnya. Ia memegang erat ujung bajunya dengan tangan bergetar takut.

"Shanna, ayo melangkah kau pasti bisa." batin Shanna, ia merasa sekujur tubuhnya begitu kaku hingga kakinya tak bisa diajak melangkah, ia menggigit bibir bawahnya dengan nafas yang semakin memburu dan keringat mulai nampak diwajah cantiknya.

"Nona Shanna? Apa anda baik baik saja? Apa anda akan naik keatas lagi?" Sapa Mike memecah ketegangan pada Shanna.

Ya, pria yang saat ini berdiri tepat di sampingnya tidak lain dan tidak bukan adalah Dave, pria brengsek itu.

"Nona Shanna?" Mike kembali menyapa dengan sedikit memegang bahu Shanna. Hal itu membuatnya spontan menggeser tubuh dan menghempas pegangan tangan Mike.

ia bergegas hendak keluar dari lift namun pandangannya tiba-tiba berkabut, tubuhnya sedikit terhuyung, untung saja dengan cepat ia menopang tubuh lemahnya itu pada pintu lift yang perlahan mulai menutup.

"Nona, biar aku bantu." Ucap Mike reflek bergerak cepat ingin membantu, namun dengan cepat di tepis oleh Shanna.

Sementara Dave? Pria tak berhati itu bahkan tak bergeming sedikitpun. Hingga Shanna keluar dan pintu lift beranjak naik, pria itu hanya diam seolah tak terjadi hal apapun dihadapannya. benar-benar pria sombong tak berperasaan.

Mike hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak habis fikir.

"Apa kau tidak memiliki sedikitpun rasa bersalah Dave? Kau lihat wanita itu? Dia melihatmu seperti melihat hantu." Ucap Mike tak tahan dengan sikap Dave.

Dave hanya diam tak menggubris, entah apa yang ada dikepala pria dingin itu.

"Apakah sudah ada informasi terbaru? Apa harus aku yang turun tangan langsung Mike?" tanya Dave mengalihkan pembicaraan begitu mereka tiba di koridor rumah sakit, berjalan menyusuri lorong menuju ruangan yang mereka tuju.

"Ck ... Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kalau kau mau ikutlah malam ini, aku dan jack menemukan sedikit titik terang,kami akan mengeceknya dan segera melaporkan padamu jika ada hal penting." Ujar Mike.

mereka masih belum menemukan dimana keberadaan kekasih bosnya itu. Siapa lagi kalau bukan Laura, bahkan tidak ada jejak wanita itu telah sampai di New York, semua jadwal pemotretan di cancel dan biaya penalti telah dibayar entah oleh siapa. Sudah jelas orang yang membawanya bukanlah orang sembarangan, mengingat biaya penalti yang tidak sedikit mampu dibayarnya.

"Dave, bagaimana jika Laura memang pergi atas keinginannya sendiri?" Lagi-lagi Mike mengutarakan pendapatnya.

langkah Dave terhenti, ia berbalik menatap Mike dengan tatapan membunuh. "Laura tidak akan pernah menghianatiku, kekasihku adalah wanita terhormat. Jangan pernah kau mengatakan hal menjijikkan itu lagi dihadapanku."

"Ini sudah hampir dua bulan, jika minggu ini tidak ada kemajuan apapun, buatkan schedule untuk penerbanganku ke New York." Tegas Dave tak terbantah kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Mike hanya mampu menarik nafas panjang.

Semenjak hilangnya Laura menambah banyaknya perubahan pada diri Dave, pria itu semakin murung dan menjadi gila dengan pekerjaan.

Dave hampir tidak pulang ke mansion utama jika tidak diminta dan dibujuk oleh sang Mommy. Waktunya ia habiskan pada pekerjaan dan marah-marah pada setiap karyawan yang membuat sedikit saja kesalahan.

siang hari ia akan menjadi monster di perusahaan, sementara malam hari akan menjadi monster saat di markas.

"aku akan menemani Mommy dan Natsya malam ini, lakukan perkerjaan kalian dengan benar." Pungkasnya.

Langkah kedua pria tampan itu berhenti tepat de depan ruang rawat VVIP.

Ceklek ...

"Mom ...."

Dave tersenyum hangat menghampiri mommy. Pria dingin itu akan kembali hangat hanya pada mommy dan adiknya.

"Hai sayang ... kau datang?" Mommy berdiri menyambut putranya dengan pelukan dan kecupan dipip. Sementara Natsya, wanita cantik yang tengah berbaring sakit itu membuang mukanya begitu melihat siapa yang masuk.

"Cepat sembuh ya ...." Dave menghampiri adik kesayangannya itu, serta memberi kecupan pada puncak kepalanya. Natasya hanya mendengus.

"Sayang, jangan begitu." Tegur mommy tidak suka anak perempuannya itu masih saja marah.

"mom ... tolong ambil fasilitasku dari kak Dave." Rengek nya pada mommy, karena sudah dua bulan Dave masih belum juga mengembalikan semua fasilitasnya.

"Dave." Mommy ingin membujuk putranya, kedua anaknya ini sama sama keras kepala.

"Baiklah, besok kakak kembalikan semuanya."

"Benarkah?" Mata Natasya membulat ia berlonjak bangun duduk dengan tegap sangat jauh dari kata sakit.

"Sudah ku duga kau hanya berpura pura, gadis nakal." Dave mendekat dan menujuk kesal kepala sang adik.

Mommy hanya mampu menutup mata, sandiwara mereka terbongkar karena kebodohan anak gadisnya itu.

Sementara Mike hanya terkekeh di sudut sofa. Ia tidak ingin menambah berisik ruangan, karena sudah pasti gadis rewel itu akan berteriak padanya.

"kak, kumohon maafkan aku, aku bersalah, aku berjanji akan menjadi gadis yang baik." Rayu Natasya pada Dave, ia tau kakaknya itu pasti akan luluh.

"baiklah, kali ini kau berhasil. Tapi ingat, sekali lagi kau membuat masalah dan melawan, kakak akan memberi hukuman lebih dari ini." Dave memperingati, padahal adiknya itu sudah berusia dua pulu empat tahun, tetapi masih sering berperilaku seperti anak remaja.

"Okeee, aku berjanji. Ayo mom kita pulang." Ajak nya hendak turun dari tempat tidur. Membuat Mike memutar bola matanya jengah.

"besok saja sayang, ini sudah hampir malam. Kau juga masih sedikit demam." Ucap mommy mengedip-ngedipkan mata, ia tidak ingin ketahuan ikut berbohong.

"Dave, aku pulang dulu. Jack sedang menunggu di markas." Pamit Mike tidak ingin berlama-lama lagi berada di ruangan itu.

"Pergi sana, tidak ada yang memintamu kesini." Bukan Dave, tetapi Natasya yang menyauti. Mike berdecak malas dan memilih segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Dave.

*

*

Waktu menujukan pukul tujuh malam..

gadis cantik itu masih terus termenung di tengah taman rumah sakit. Suasana sunyi dengan sedikit cahaya lampu cukup membuatnya lebih tenang dan nyaman.

Disini lah Shanna berada, di taman rumah sakit tempat adiknya dirawat. Sudah hampir satu jam ia masih betah duduk dikursi tepat di bawah pohon besar. Sayup-sayup angin memainkan helaian rambut indahnya, cahaya lampu remang semakin membuat wajah cantiknya bercahaya. Tatapan kosongnya memberi isyarat betapa beban hidup begitu dahsyat menghampirinya, air mata kembali lolos begitu saja dari mata teduh itu.

Dengan memegangi selembar kertas foto berukuran kecil, bibirnya bergetar menahan tangis dan sesak didada.

Belum cukup dihantam oleh sakitnya sang adik, kini ia harus menerima kenyataan bahwa di rahimnya telah tumbuh kehidupan baru yang tidak hanya satu tetapi dua.

"Huuu ... huuu ... huuu Mom, Dad, bagaimana ini?" Lirihnya semakin pilu.

Ia mengingat kembali saat dua jam yang lalu dokter mengatakan bahwa ia sedang mengandung dua bayi kembar.

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!