eps.7

*

*

"tidak, aku tidak boleh gagal, ini proyek pertamaku. Ayo Shanna berfikirlah," ucap Shanna mendesak pada diri sendiri.

Matanya memicing, dalam hitungan detik Shanna mendapatkan ide, perlahan ia meletakkan paper bag.

"sayang, mereka mengejarku." ucap Shana dengan nada mendayu manja dan bibir yang sengaja di manyunkan.

ia bergelayut manja pada pria di sebelah kirinya, sambil menunjuk petugas keamanan dan juga beberapa pria bertubuh besar.

membuat orang orang itu saling berpandangan, mereka terlihat bingung bercampur takut.

"sayang apa kau masih marah? sampai tidak menghiraukanku?" Shanna mendongakkan wajahnya, hanya bisa melihat bagian rahang karena pria di sampingnya itu terlalu tinggi.

"pak ... lihat, suamiku marah karena aku tidak memberi ciuman pagi padanya." rajuk Shanna pada para petugas keamanan itu.

"padahal aku hanya lupa." lanjutnya semakin memanyunkan bibir, ia berbicara sangat manja seperti bayi yang sedang merengek.

"seharusnya aku menjadi aktris saja." batin Shanna memuji diri sendiri.

sementara yang di ajak bicara merasa kebingungan, dengan ekspresi berbeda beda. Mereka terlihat kaget hingga hanya bisa menganga bahkan ada yang matanya melotot seolah akan keluar dari tempatnya.

lain hal dengan Dave yang saat ini lengannya sedang di rangkul oleh Shanna.

ia hanya diam saja dengan tangan yang tetap berada di saku celana, entah apa yang ada di fikaran Dave saat ini.

Ya, pria yang lengannya sedang digelayuti Shanna itu adalah Dave Abraham.

"kenapa dia diam saja? Apa dia bisu? baguslah kalau begitu." batin Shanna lagi.

Melihat situasi yang mulai tegang Mike langsung melangkah ke arah pintu dan menekan kembali tombol 20 di mana lantai tujuannya dan Dave, ia lalu memberi kode pada petugas petugas itu agar segera pergi.

Mike tersenyum samar, rasanya ia ingin skali tertawa terbahak bahak atas drama yang di buat wanita itu barusan.

Ia tau Dave sedang kesal saat ini.

"tapi, kenapa Dave diam saja?" Apa yang dia rencanakan?" Mike bertanya pada dirinya sendiri.

pintu lift tertutup ...

hening ... hening ... hening ...

perlahan Shanna melepas rangkulannya dari Dave, ia sangat hati hati seolah pria di sampingnya saat ini sedang tertidur.

Terlepas ... Shanna menghembuskan nafas lega sangat pelan, tapi masih bisa didengar oleh Dave dan Mike.

Shanna mengambil paper bag yang ia letakkan tadi, kemudian perlahan beranjak melangkah kedepan, mendekat ke arah pintu lift.

"ternyata mereka juga mau ke lantai yang sama denganku." Batin Shanna

hening ...

"sepertinya lift ini rusak," batinnya lagi, kesal karena rasanya lama skali sampai di lantai 20.

suasana masih hening hingga beberapa detik ...

selama itu pula Shanna terus menunduk terpaku, ia merasa tubuhnya kaku tidak bisa di gerakkan. ia tidak berani membuka suara, padahal beberapa menit lalu ia sangat cerewet seperti bayi menggemaskan.

"apa aku terkena stroke? tidak, tidak, sepertinya aku amnesia karen aku lupa caranya bergerak." Shanna terus berdialog dengan dirinya sendiri.

Wanita anggun dan lemah lembut itu berubah menjadi wanita bar bar hanya demi sebuah proyek.

*

*

"kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Suara bariton Dave membuat Shanna terlonjak kaget.

satu detik ... dua detik ... Lima detik ...

"ma-maaf," lirih Shanna masih menunduk.

"hanya itu?" Dave kembali bertanya masih dengan suara beratnya.

te-te-terr-rima-kasih ...." Shanna masih terus menunduk tidak berani menatap Dave.

"heeh," Dave tertawa mengejek.

"bukankah tadi kau bilang hanya lupa?"

Shanna mengangguk pelan, iya sekilas ingat tadi pernah berkata demikian. tapi tidak mengingat jelas kenapa karena saat ini dy sangat malu bercampur takut.

"lakukanlah." Dave berkata lagi

Shanna bisa merasakan tubuh Dave yang mendekat padanya.

"a-a-apa?" Tanya Shanna tergagap, ia menggeser tubuhnya selangkah menjauh dari Dave

"lakukanlah? apa? melakukan apa?" Shanna bertanya pada diri sendiri, berusaha mengingat hal apa yang ia lupakan.

Dave membungkuk, mendekatkan wajahnya ke telinga Shanna.

"pak lihaat, suamiku marah karena aku tidak memberi ciuman pagi padanya." ucap Dave memperagakan nada bicara Shanna. mengingatkan kembali perkataan yang diucapkan Shanna pada para petugas keamanan tadi.

Shanna membulatkan matanya, ia reflek menoleh pada Dave.

deg ...

hening ...

Dave dan Shanna saling memandang, wajah mereka hanya berjarak satu jengkal. Keduanya bersitatap beberapa detik hingga lupa berkedip.

Mereka saling memandang dengan ekspresi wajah yang berbeda.

Shanna yang syok karena kaget melihat wajah yang tidak asing baginya.

sedangkan Dave? tidak bisa ia pungkiri bahwa wanita di depannya saat ini sangat cantik.

Tanpa riasan tebal pun tidak mengurangi kecantikan Shanna sama skali.

"dia bahkan sepertinya tidak menggunakan lipstik." batin Dave sekilas melirik bibir pink Shanna

"apa yang ku pikirkan?" Dave menggeleng cepat, ia merutuki diri sendiri yang tiba tiba menjadi mesum. ini bukanlah dirinya.

"Lakukanlah." Ucap Dave kembali dengan nada dingin.

ia mendekatkan wajahnya pada Shanna. Secara bersamaan Shanna juga memundurkan wajahnya.

Shanna mundur satu langkah, Ia berusaha menggapai sesuatu untuk menopang tubuhnya.

"ayo ... apa perlu ku bantu?" Dave berucap dengan seringai di wajahnya.

"a-a-kk-aakuuu." Shanna tergagap, ia benar benar tidak tau harus berbuat apa. ia sadar tidak akan mendapatkan bantuan dari pria lain yang berada di sudut lift. karena Shanna yakin mereka sekomplotan.

Tiiiinggg ... pintu lift terbuka.

Shanna melirik ke arah pintu, seperti mendapatkan angin segar, kembali terlintas ide di kepalanya.

ddduuuuk ...

"aaaaarrrggggghhh." Dave mengerang kesakitan, ia memegangi hidungnya yang mendapatkan sundulan maut dari dahi Shanna.

mendengar erangan itu Mike mendekat, ia memegang bahu Dave, ingin memastikan apa yang terjadi, karena kejadiannya begitu cepat.

Mike panik karena melihat darah di hidung Dave.

"tuan, kau berdarah." Ucap Mike lalu mengambil sapu tangan di saku jas nya.

sementara Shanna? Wanita itu telah melesat secepat kilat, ia berlari sekencang kencangnya menuju ruang meeting. Tetapi, sebelum itu ia akan ke toilet terlebih dahulu untuk memperbaiki penampilannya yang sudah tidak beraturan.

*

*

Di ruangan Dave ...

mike terus tertawa terbahak-bahak, a sudah tidak bisa menahan rasa ingin tertawanya yang sejak tadi ia tahan, bahkan mike sampai memegangi perutnya.

"Siaal." geram Dave menggebrak meja kerjanya, ia tidak terima atas perlakuan wanita bar bar terhadapnya tadi. itu melukai harga dirinya.

"Lihat saja, aku akan menemukanmu," tangannya terkepal.

"Diam Mike, atau aku akan memecatmu." Ucap Dave mengancam.

"Pecatlah, aku juga sudah lama tidak pergi berlibur." Jawab Mike acuh, ia sama skali tidak takut oleh ancaman Dave.

"Ck ...." Dave berdecak.

tok ... tok ... tok

Pintu ruangan Dave diketuk, tidak lama masuklah seorang wanita berusia sekitar 30 tahun yang tak lain adalah sekertaris nya, berjalan mendekat lalu berhenti tidak jauh dari meja Dave.

"Tuan, perwakilan dari perusahaan Bonnati sudah tiba beberapa menit yang lalu, mereka berada di ruang rapat."

"dan ini adalah proposal yang telah mereka kirimkan melalui email kemarin, silahkan anda pelajari dulu tuan." Sekertaris itu berbicara sembari memberikan berkas proposal yang sudah di print.

"oh iya, nona Laura menelpon, ia mencari anda tuan, katanya akan datang menemui anda di kantor."

Dave menautkan dahinya, tidak biasanya Laura mau datang ke kantor, karena kekasihnya itu tidak ingin publik tau bahwa dia sudah memiliki kekasih.

selama empat tahun menjalin kasih Laura meminta agar hubungan mereka tidak di ekspose, ia tidak ingin karir modelingnya yang sedang naik daun akan terpengaruh dengan berita bahwa dia sudah memiliki kekasih.

Dave sendiri tidak masalah, hal itu justru bagus untuk keamanan Laura. karena bisa saja Laura juga akan menjadi target jika musuh musuhnya mengendus hubungan mereka.

baiklah, suruh dia menunggu di ruanganku,aku akan menemuinya setelah meeting.

Dave mengambil handpone dari saku jas nya.

"Pantas saja." gumam Dave, handpone nya mati, pantas saja tidak ada notifikasi apapun dari semalam, rupanya ia lupa mengisi daya.

Dave kesal merutuki kebodohannya, bisa bisanya ia lupa jika Laura berada di Italia.

Ia memberi kode melalui jari bahwa sekertarisnya itu sudah boleh pergi, ia kemudian membuka berkas proposal yang berada di tangannya.

*

*

tolong tinggalkan saran dan kritiknya ya teman teman🥰🥰

Maaf jika masih banyak kurangnya yaa

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

aku lgi ngebayangin shanna ngeliat dave di ruang meeting🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-19

0

Ria Syifa Ahmad

Ria Syifa Ahmad

semangat thor alurnya menarik

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!